novadelue

TRY

#TRY • Markhyuck


⚠️ Content Warning: 🔞 bxb nsfw semi baku high school age


SEO HAECHAN baru saja sampai di depan pintu utama rumah mewah itu. Setelah memencet bel, tak lama salah satu maid membukakan pintu dan mempersilahkan Haechan masuk.

Pemuda berkulit tan itu menuju ruang tamu dan duduk di salah satu sofa, menunggu Taeyong dan Jaehyun yang tengah bersiap.

“Mau saya bikinin minum apa, dek?” Tanya sang maid tersebut.

“Gak usah mba, aku kan cuma nungguin daddy sama papi aja. Makasih yaa...”

Hari ini adalah hari kelulusan putra sulung Keluarga Jung—Mark Jung, dan Haechan akan pergi bersama kedua orang tua kakak kelasnya itu menuju Sekolah.

Mark adalah kakak kelas serta tunangan Haechan. Mereka berdua awalnya memang tidak menjalin hubungan sama sekali, suatu hari Haechan dan Mark dijodohkan oleh orangtua mereka.

Kala itu Mark tidak keberatan dan langsung menyetujuinya, sedangkan Haechan menolak karena lelaki manis itu sudah memiliki kekasih. Tentu saja jika Haechan dijodohkan, ia harus mengakhiri hubungannya dengan sang kekasih.

Haechan sangat mencintai kekasihnya, tetapi kedua orangtuanya—Seo Johnny dan Seo Ten bersikeras menjodohkan kedua anak adam itu. Orangtuanya berkata bahwa Haechan bisa mendapatkan seseorang yang lebih baik, seperti Mark. Selain itu, mereka juga memberi alasan perjodohan karena urusan pekerjaan.

Haechan dan Mark sudah berteman sejak kecil, ralat bersahabat. Tetapi hubungan persahabatan mereka renggang karena orangtua Mark harus pindah keluar negeri karena urusan pekerjaan Jaehyun. Bahkan keduanya lebih sibuk dengan urusan masing-masing hingga sudah tak pernah lagi berkomunikasi jarak jauh.

Mereka bertemu lagi saat masuk SMA, tetapi Haechan dan Mark sudah tidak sedekat dulu. Malah Haechan lumayan membenci kakak kelas populernya itu hingga sehari-hari pun Haechan tak pernah memanggil Mark dengan sebutan kakak—langsung memanggil nama.

Haechan tambah membenci Mark saat orangtuanya menjodohkan dirinya dengan lelaki yang lebih tua itu.

Tapi satu hal yang Haechan tidak tahu bahwa perjodohan itu adalah rencananya dari awal. Mark memang membiarkan Haechan menikmati waktunya bersama sang kekasih walaupun ia sering kali cemburu melihat Haechan bercengkrama mesra dengan lelaki yang seangkatan dengannya.

Butuh kesabaran untuk mendapatkan lelaki yang sudah Mark idamkan sejak lama itu. Terima kasih pada Taeyong dan Jaehyun, karena dengan bantuan kedua orangtuanya, rencana Mark berjalan dengan mulus walaupun setelah itu ia masih harus mendekatkan diri, membuat luluh hati si lelaki manis berkulit tan itu.

Tidak hanya bersama Jaehyun dan Taeyong, mereka juga akan pergi bersama Shotaro, Sungchan, Beomgyu, David. Sedangkan pasangan yang kedua berangkat dari rumah Jaemin karena Jeno menginap dirumah kekasihnya itu.

“Kak, udah lama?” Ucap Beomgyu yang baru saja turun bersama Sungchan.

“Enggak kok, baru aja dateng.”

“Ini kak Haechan berangkat nya bareng daddy sama papi kan?”

“Iya, kalian berarti bawa mobil lagi kan?”

“Iya kak, ini si Sungchan juga mau jemput kak Shotaro dulu.” Sungchan yang sudah mengambil kunci mobil langsung menuju garasi, begitu juga dengan Beomgyu.

Kini tinggal Haechan sendirian, menunggu pasangan suami istri yang masih bersiap itu. Taeyong juga harus ngurus David, apalagi ibu negara kalo masalah dandan pasti lama.

Yang ditunggu-tunggu akhirnya turun. Taeyong dengan hati-hati menuruni anak tangga seraya menggendong David, seraya Jaehyun yang terlihat tampan berjalan di belakangnya.

Bapak-bapak kalo punya debay, dari bawa tas kantor atau ransel pasti bakal berubah jadi bawa tas bayi. Seperti Jaehyun sekarang yang menggendong tas berisi perlengkapan David.

“Udah siap, dad, pi?” Haechan bangkit dari sofa,

“Udah kok nih. Sungchan sama Beomgyu udah berangkat?”

“Udah pi, tadi mereka duluan soalnya mau jemput Shotaro dulu.” Ucap Haechan, ia mengambil David dari gendongan Taeyong.

Bocah itu terkekeh geli saat kedua tangan kecilnya menangkup pipi gembil Haechan lalu memainkannya dengan gemas.

“Hihi... pwuduuu~”

Kalo kata David, pipi Haechan itu seperti mochi. David juga sering tertidur di gendongan Haechan, karena lelaki berkulit tan itu sangat empuk membuat si bontot jadi nyenyak.

“Jangan di unyel-unyel terus pipi kak Haechan nya dekk...”

“Hehe gak papa kok pi...”


Haechan berjalan dengan David di gendongannya mengikuti Jaehyun dan Taeyong yang berjalan lebih dulu.

Semua sorot mata tertuju pada pasangan suami istri yang berjalan berdampingan itu. Jaehyun dan Taeyong termasuk orang terpandang, banyak yang yang mengenali keluarga ini. Ada pula orang yang menatap gemas kearah David karena sungguh wajah anak itu sangat imut dengan kedua mata bulat seperti papi nya.

Mereka sampai di depan aula sekolah, tempat utama diadakannya acara kelulusan angkatan tahun ini.

Sungchan, Shotaro, dan Beomgyu berdiri diluar ruangan. Jaehyun dan Taeyong masuk ke dalam karena orangtua murid berkumpul disana, sedangkan yang lain harus menunggu diluar, kapasitas aula tidak akan mampu menampung semua orang yang datang.

“Masuk aja kak, didalem ada AC, biar David gak kegerahan nanti.” Ucap Beomgyu pada Haechan.

“Jaemin udah dateng?”

“Jaemin juga ada didalem. Udah dateng dari pagi dia mah, kan Jeno ketos.” Jawab Shotaro.

“Oh, oke kalo gitu.”

Didalem acara udah mulai. Jeno ada diatas panggung sedang memberikan sambutan, sebagai ketua OSIS mewakili para anggota yang lain.

Haechan menghampiri Jaemin yang tengah sibuk dengan kameranya, memotret kekasihnya berpidato diatas panggung.

Mereka berdiri di samping kursi Jaeyong. Sebelumnya Jaemin menjaga dua kursi itu sebelum penuh agar saat Jaeyong datang mereka langsung bisa duduk dengan tenang.

“Mau gantian, chan?” Jaemin kini mengambil alih. Ia tahu pasti Haechan yang gendong David daritadi. Soalnya David kalo ada kakak-kakaknya; Haechan, Jaemin, Shotaro, pasti gak mau lepas, nempel terus.

Jeno pun turun dari atas panggung, kembali bergabung bersama anggota OSIS yang lain.

Kini MC mengambil alih mikrofon, dan akan mengumumkan siswa dan siswi lulusan terbaik tahun ini.

Sang MC menyebutkan nama Mark setelah mengatakan, “siswa yang lulus dengan nilai terbaik tahun ini adalah...”

Mark yang memakai toga naik ke atas panggung diiringi tepukan tangan semua orang.

“Bwang Malkieee!” David berseru saat melihat abangnya.

Mark menerima penghargaan dari sekolah yang diberikan langsung oleh sang kepala sekolah.

Setelah berfoto, MC mempersilahkan Mark untuk memberikan sedikit kata-kata atas kelulusannya.

Mark juga akan mewakili semua temannya, mengucapkan terima kasih kepada seluruh guru yang mengajar, selurif staff sekolah, dan memberikan pesan dan kesan selama tiga tahun bersekolah disini.

“Pertama, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada orang-orang yang selalu mendukung saya. Terutama orang tua saya yang selalu membimbing saya selama bersekolah dua belas tahun ini.”

Haechan memperhatikan Mark yang di atas panggung. Lelaki itu memang pintar dalam berpidato. Mark dulu ketua OSIS yang sekarang sudah digantikan oleh adiknya.

“Terima kasih kepada adik-adik saya, makasih Jeno yang udah gantiin jadi Ketua OSIS—you did great, brother.

Jeno di ujung panggung mendengarnya lalu mengangguk tersenyum.

“Dan buat tunangan saya...”

Iris Mark serta Haechan bertemu. Mark dengan mudah menemukan Haechan yang berdiri dibelakang sana.

Para penonton juga menoleh ke belakang, semua mata tertuju pada Haechan.

I'm gonna marry him as soon as possible. Jadi mohon doa nya bapak, ibu, temen-temen sekalian...” Mark tersenyum lembut sambil menatap Haechan dibelakang sana.

“Weeeeeeeeeeeeeeeeeeee....”

“Cieeeeeeeeee....”

Seketika satu ruangan itu dipenuhi suara “cie” an setelah Mark mengatakan hal tersebut.

Tepuk tangan terdengar setelahnya. Sedangkan Haechan sudah membuang pandangan ke arah lain. “Bisa-bisanya dia bilang kek gitu di depan umum.” Haechan menghela napas dan menggelengkan kepalanya.

“Hahahaha anak gue tuh!” Teriak Jaehyun bangga seraya bertepuk tangan saat Mark turun dari panggung.

“Anjaiii~ yang mau jadi istri orang nih, kiw~” Jaemin menyenggol siku sahabatnya.


Kini berpindah ke lapangan outdoor. Para murid sedang berkumpul disana bersama keluarga serta kerabat mereka.

Acara kelulusan sudah selesai, dan sekarang waktunya foto-foto. Banyak yang memilih lapangan outdoor karena background nya bagus untuk berfoto.

Mark memegang satu bucket bunga, berdiri di tengah Jaehyun dan Taeyong menghadap ke arah Jaemin yang memegang kamera.

“Liat kameraa satu... dua... ti...”

Cekrek

“Sekarang sama adek-adeknya dong.” Jaemin yang mengatur acara potret memotret—lelaki itu sudah berpengalaman sebagai tukang foto dimana-mana.

“Tigaa... Duaa... Sat...”

Cekrek

Cekrek

Beberapa foto diambil. Ada yang Mark sama adek-adeknya aja, ada juga yang sama adek-adeknya sekaligus orangtuanya.

“Oke next... Tunangan kak Mark mana nih?”

Haechan nyenggol pinggang Jaemin karena sungguh sahabatnya itu sering kali membuatnya kesal—apalagi kalo Jaemin yang udah godain dia soal Mark.

“Anjim lu.”

“Xixixixi...”

Bahkan menurutnya Jaemin sekarang udah lebih ngeselin dari dia. Mungkin karena dulu Haechan yang suka bikin Jaemin kesel makanya sekarang dibales sama sahabatnya itu.

“Deketan lagi doonggg...”

Mark menarik pinggang Haechan hingga tubuh mereka menempel. Haechan berusaha tersenyum, ini hari penting dan ada orangtua Mark disana.

Cekrek

“Sekarang gaya bebas.”

Haechan mengeluarkan gaya peace andalannya, sedangkan telunjuk Mark menyentuh pipi Haechan. Pinggang Haechan direngkuh erat Mark. Jaemin mengambil foto yang lumayan banyak, bahkan saat Mark melirik Haechan sekilas, Jaemin berhasil mengabadikannya.

“Chan poppo Malk! Poppo poppo!” David yang sedang digendong Shotaro tiba-tiba berseru.

David emang baru aja bisa mulai ngomong beberapa suku kata, membuat nya sangat senang berbicara.

“Bener tuh kata David.” Jaemin tersenyum jahil kearah Haechan. Sedangkan Jaehyun dan Taeyong hanya terkekeh melihat kelakuan anak-anaknya.

Tangan Haechan bertumpu di pundak Mark, dan tangan satunya lagi menangkup dagu Mark.

Chup

Bibir Haechan mendarat tepat diujung bibir Mark. Hal itu langsung dijepret oleh Jaemin.

“Yeyy poppooo~” David bertepuk tangan, sambil terkekeh.

Telinga Mark memerah saat merasakan tekstur kenyal bibir tunangannya itu. Jujur, Haechan tidak pernah menciumnya duluan seperti ini. Pertama kali bagi Mark, ia merasa sangat senang.

Terima kasih kepada si bontot yang sudah mengusulkan ide terpendamnya.


Pukul 18.00

Mark sedang bersiap dengan setelan jas nya. Sebentar lagi ia akan pergi ke prom night di sekolah guna merayakan hari kelulusan angkatan tahun ini.

Dikamar Mark tidak sendiri, ada Haechan yang sedang duduk di lantai bersender di kasur seraya membuka satu persatu kado yang diberikan fans Mark.

Sebelum pulang, Mark ingin membawa pulang isi lokernya, tapi ternyata lokernya juga sudah dipenuhi dengan hadiah-hadiah pemberian penggemarnya di sekolah.

Haechan membuka satu persatu surat berisi ucapan selamat—ada juga yang malah confess ke Mark. Apa mereka gak tau kalo Mark udah tunangan atau malah gimana, Haechan gak ngerti.

Don't care

Malahan ada yang nulis, “Mark, aku tau kamu udah punya tunangan, tapi kamu bisa dapet yang lebih baik, kayak aku. Aku siap kok Mark jadi pendamping kamu—” blablabla Haechan gak baca semuanya. Yang pasti orang yang mengirim surat itu juga memberikan alamat rumah serta nomor teleponnya.

“Dih cantik loe?”

Bukan masalah ada yang suka sama Mark terus mau nikung atau apa, tapu Haechan kesel sama kata-kata “lebih baik” nya itu.

Dikira dia lebih bahenol dari Haechan kali yak?

Haechan numpuk surat itu bareng surat-surat lainnya yang udah dia baca tadi, sambil makan cookies pemberian salah satu siswi.

Oh ya, Mark sebelumnya juga sudah memperbolehkan Haechan membuka hadiah-hadiahnya karena Mark terlalu malas untuk itu.

Haechan udah siap, sekarang lagi pake kemeja nanti tinggak pake luarah jas nya.

Haechan masih penasaran sama hadiah-hadiah yang tak tau ada berapa banyak itu, terutama sama suratnya. Itu menjadi hiburan tersendiri bagi Haechan.

“Gimana?”

“Unik-unik ya isi suratnya. Tadi juga ada yang nulis satu kertas folio bergaris sampe penuh. Tulisan tangan pula, rajin amat.”

Mark mengambil satu cookies yang ada di sebelah Haechan. “Ini dari mana?”

“Dari sini, ada yang ngasih tadi. Mumpung cokelat jadi gue makan aja.” Mark mengangguk paham seraya menghabiskan makanannya.

Haechan mengambil jas nya yang tergantung di gagang lemari, laku memakainya di depan kaca. Ia bangga terhadap dirinya sendiri karena penampilannya malam ini, terlihat tampan sekaligus manis.

“Lo bacain semua suratnya?” Mark mengambil salah satu surat yang berisi pernyataan cinta seseorang pada dirinya.

“Iya.”

Mark menyipitkan matanya saat membaca isi surat tersebut. “Gak cemburu?”

“Biasa aja. Ayo.” Haechan telah siap dengan setelannya dan langsung berjalan keluar dari kamar Mark.


Di pintu masuk utama, ada tempat khusus berfoto bagi tamu-tamu yang baru saja datang. Seperti layaknya acara red carpet, masuk ke dalam dan lalu akan ada fotografer yang menyuruh mereka untuk berdiri berfoto sebentar.

Suasana Sekolah yang awalnya tenang dan tentram seketika berubah menjadi musik dimana-mana. Bahkan lorong sekolah dihiasi banyak lampu-lampu.

Acara prom night hanya diadakan di lantai dasar. Yang dipakai hanyalah aula sekolah dan lapangan indoor. Selebihnya sepi.

Haechan berjalan di samping Mark, mengikuti kemana arah lelaki tinggi itu menuju. Sepertinya Mark akan mencari teman-temannya terlebih dahulu.

“Yo, bro!” Mark akhirnya dapat menemukan perkumpulan teman-temannya yang tengah mengobrol di dekat meja minuman.

Satu-satunya orang yang Haechan kenal di sana hanyalah Kim Yohan. Salah satu sahabat dekat Mark yang sering ia lihat saat di sekolah.

Daripada mengikuti obrolan Mark dan teman-temannya yang tidak ia mengerti, Haechan lebih memilih izin melihat-lihat makanan yang ada disana.

Ketring atau apapun itu yang menyiapkan makanan untuk acara malam ini memerlukan seorang penyicip rasa seperti Haechan.

Skill Haechan dalam memilih makanan tentu tidak usah diragukan. Lelaki manis ini tahu dimana saja restoran bagus bahkan murah dengan rasa masakan restoran bintang lima.

“Ambil satu-satu aja kali ya.” Haechan lebih memilih menyicipi satu-persatu daripada mengambil banyak langsung. Ia harus menjaga image, gak mau laper mata juga.


Sudah sekitar dua jam lamanya, bahkan lebih—Haechan keliling tanpa Mark. Ia membiarkan lelaki itu menghabiskan waktu bersama teman-temannya

Ia bahkan sudah menyicipi setiap dessert, makanan ringan, dan beberapa pasta yang disajikan.

Kalo menurut Haechan, rasa makanannya tidak buruk tetapi akan lebih baik lagi jika sekolah mempekerjakan Jaemin, papi Taeyong, serta papanya; Seo Ten sebagai tukang masak.

Sungguh, masakan ketiga lelaki itu memang tidak ada tandingannya untuk Haechan. Terlebih lagi masakan Ten yang tak pernah bosan ia makan setiap harinya.

“Perut dah kenyang, sekarang apa?” Haechan bingung mau ngapain lagi, gabut.

Haechan sekarang lagi duduk di bleacher lapangan indoor sambil memegang segelas jus. Kalo disebelah banyak makanan, kalo disini lebih banyak orang-orang yang duduk santai sambil ngobrol.

Tadi ia sempat bertemu dengan Jaemin. Sahabatnya itu datang malam ini karena ia ikut menemani sang ketua OSIS, kekasihnya. Tapi anak itu sudah pulang setengah jam yang lalu meninggalkan Haechan sendiri.

Tidak ada yang Haechan kenal disini. Isinya hanya anak-anak angkatan nya Mark yang asing baginya.

“Hai?”

Haechan mendengar suara yang familiar di telinga nya. Suara yang sudah lama tidak ia dengar semenjak bertunangan dengan Mark.

“Kak Hangyul?” Mata Haechan membola saat melihat lelaki jangkung yang selalu terlihat tampan dimatanya. Malam ini Hangyul terlihat berkali lipat lebih tampan dengan jas krem yang ia kenakan.

“Apa kabar, Chan?” Hangyul duduk di sebelah adik kelasnya, sekaligus mantan kekasihnya.

“Baik kak.” Sungguh, terakhir kali ia berbicara dengan Hangyul adalah saat dimana ia harus mengakhiri hubungan mereka karena perjodohan.

Obrolan Haechan dan Hangyul berjalan lumayan canggung. Faktor udah lama gak ngobrol dan pas ketemu udah mantanan juga kali ya. Membangun obrolannya nya juga susah.

“Kakak nanti mau kuliah dimana?” Satu topik lagi berhasil Haechan lontarkan.

“Rencananya nya nanti mau diluar kota, saya pake beasiswa juga.” Beasiswa yang didapat Hangyul membawa lelaki itu ke kampus impiannya.

Hangyul masih menggunakan kata “saya” saat memanggil dirinya. Itu adalah salah satu ciri khas yang dimiliki Hangyul. Lelaki itu mempunyai nada suara yang rendah, tetapi selalu terdengar lembut saat berbicara, bahkan selama kenal dengan Hangyul ia tak pernah mendengar lontaran kata-kata kasar dari lelaki itu.

“Ngomong-ngomong... Selamat ya.” Haechan mendongak saat mendengarkan ucapan Hangyul.

“Selamat buat apa kak?”

“Selamat buat tunangannya.” Hangyul memberikannya senyuman yang sama seperti saat pertama kali mereka bertemu.

Haechan menatap cincin di jarinya. “Iya, makasih kak.” Dirinya tersenyum kecil.

Mereka mengobrol layaknya teman. Melupakan status yang pernah dijalani sebelumnya, sekarang mereka akan melanjutkan jalannya masing-masing.

Keduanya berjanji akan tetap berkomunikasi satu sama lain. Menjaga pertemanan, dan Haechan tetap menjadikan Hangyul sebagai mentor nya. Lelaki itu mempunyai banyak advice, dan nasihat yang selalu didengar oleh Haechan.

Disisi lain, Mark selesai berpamitan dengan teman-temannya. Mereka bubar setelah mengucapkan salam perpisahan sebelum melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya.

Mark meraih ponselnya didalam saku berniat untuk bertanya keberadaan Haechan.

Ia menekan tombol telepon, tanda berdering panggilan Mark sudah masuk ke dalam hp Haechan.

Mark mengirim beberapa pesan chat beruntun saat lelaki manis itu tak kunjung menjawab teleponnya.

“Kenapa sih?” Mark merasa Haechan masih berada di sekitar sana. Toh tempat pestanya juga aula dan lapangan, tapi yang menjadikan agak sulit banyak orang di kedua ruangan tersebut. Belum tentu Mark dapat menemukan Haechan dengan mudah.

Mungkin batrai hp Haechan habis; pikir Mark.

Mau tidak mau Mark harus mencari keberadaan lelaki itu. Hari sudah semakin malam, Mark harus keluar dari sekolah sebelum pesta dibubarkan oleh pihak sekolah.

Tak berhasil menemukan Haechan di sekitar aula, Mark mencari ke ruangan sebelah.

Memasuki pintu ruangan, Mark memperhatikan bleacher satu-persatu berharap bisa menemukan Haechan disana.

Ia menyipitkan matanya saat menemukan seseorang dengan ciri-ciri Haechan. Rambut dan pakaian nya sama dengan penampilan Haechan malam ini.

Tetapi yang membuat Mark mengerutkan dahi adalah, lelaki itu sedang memeluk seseorang—dengan erat, seakan tak rela melepaskannya.

Ya itu Haechan, dan pemandangan itu berhasil membuat emosi Mark menaik. Lelaki ber jas hitam itu mundur perlahan dan keluar dari sana.

Langkahnya membawa Mark menuju ke mobilnya. Ia akan menunggu sampai lelaki berkulit tan itu selesai dengan kegiatannya. Tak ingin peduli, perasaan Mark sudah bercampur dengan kesal.

Haechan membuka hp nya, ia melihat notifikasi banyak pesan masuk dari Mark dan beberapa panggilan tak terjawab.

Rupanya Haechan lupa menghidupkan notifikasinya, sebelumnya ia ubah ke mode silent karena notifikasi sosial media nya sering bejibun membuat hp nya berbunyi berkali-kali.

Haechan mengirim chat pada Mark, bertanya keberadaan lelaku itu sekarang.

Dengan jawaban singkat, Mark menjawab bahwa ia sudah menunggu Haechan di mobil.

Tanpa menunggu lama lagi, Haechan menuju tempat dimana mobil Mark tadi terparkir.

Sesampainya didepan mobil sedan hitam, Haechan langsung membuka pintu depan dan duduk di sebelah Mark.

“Kenapa tadi gak jawab telepon gue?”

“Sori tadi di silent, lupa gue idupin.”

Lelaki berambut hitam itu langsung melenggangkan mobilnya keluar lingkungan sekolah, menuju rumah nya.


Mark keluar dari mobil dan menutup pintu mobil itu dengan kencang membuat Haechan terkejut.

Tanpa menoleh sedikitpun, lelaki itu melesat masuk kedalam rumah, membiarkan pintu menuju kedalam terbuka agar Haechan menyusul masuk.

“Mark?” Haechan melihat Mark langsung naik ke lantai dua sambil menenteng jas nya. Ekspresi lelaki itu tampak tidak senang.

Di lantai satu tampak sepi, bahkan Taeyong yang biasanya menonton televisi di ruang tamu tidak terlihat. Mungkin orang-orang sudah sibuk di kamar masing-masing.

“Mark.” Haechan masuk kedalam kamar Mark dengan hadiah yang masih berserakan di lantai. Lelaki itu duduk diatas kasur sambil memainkan hp nya denga ekspresi acuh.

“Lo kenapa sih?” Perasaan Haechan hari ini gak ada ngelakuin kesalahan apa-apa. Hari ini semua kemauan Mark dari nemenin acara kelulusan, bukain kado, nemenin ke prom night, semua diturutin sama Haechan. Bahkan tadi siang Haechan mau nyium Mark didepan keluarganya.

“Mark.” Haechan berjalan mendekat saat lelaki itu masih saja pura-pura tak mendengarnya. Haechan menggoyangkan bahu Mark dengan tangannya hingga akhirnya lelaki itu menatapnya saat berbicara.

“Karena gak ada gue, bisa-bisanya lo sempetin ketemu mantan lo buat mesra-mesraan.”

“Maksud lo?” Haechan mengerutkan dahinya.

“Kenapa, kalian balikan? Emang sebenernya lo masih sayang kan sama dia? Lo aja gak pernah meluk gue kayak gitu, Chan.”

Oh Haechan mengerti sekarang. Sepertinya tadi Mark melihatnya saat ia memeluk Hangyul di bleacher lapangan.

“Gara-gara gue meluk kak Hangyul, lo jadi marah sama gue?”

“Kenapa, lo gak seneng kalo gue marah gara-gara itu?”

Haechan menghela napasnya lalu duduk di atas kasur sebelah Mark. “Dengerin gue, Mark.” Ucap Haechan seraya menggenggam tangan yang lebih tua.

“Oke gue minta maaf kalo gue yang udah resmi sebagai tunangan lo malah meluk orang lain, terlebih lagi itu mantan gue. Gue emang salah, gue juga yang minta izin buat meluk. Tapi yang perlu lo tau, gue meluk dia bukan karena apa-apa. Gue tetep temenan sama dia, lo tau sendiri kalo gue bahkan Jaemin, Shotaro, Yangyang, Hyunjin emang deket sama kak Hangyul dari lama.”

Amarah Mark kian mereda saat Haechan menjelaskan semuanya secara perlahan. Matanya fokus dengan Haechan yang tengah berbicara dihadapannya.

“Gue bahkan gak pernah ngobrol lagi sama dia semenjak putus, baru tadi gue ketemu sama dia lagi. Dia bakal pindah keluar kota buat kuliah, dan gue tau kita gak bakal ketemu dalam waktu yang lama. Gue minta izin ke dia buat meluk terakhir kalinya sebelum dia pulang tadi. Gue sama yang lain aja gak pernah ngumpul lagi loh sama kak Hangyul yang seharusnya kita masih bisa hangout sebentar sebelum dia pindah besok. Udah, itu doang kok Mark.” Haechan tersenyum kecil saat matanya bertemu dengan Mark.

“Kalo masalah masih sayang atau enggaknya, gue gak yakin sih. Lo tau juga kan kita putus gara-gara... Tapi yaudah, gue gak mau bahas lagi. Bukannya gue gak suka atau apa. I loved him, Mark—tapi itu dulu. Kalo sekarang... Ya... Gue berusaha... I try... I'm—trying to love you, you know? Belom sepenuhnya emang, tapi gue berusaha.”

“Berusaha buat ngisi seluruh hati gue buat lo, berusaha ngasih rasa sayang gue seluruhnya buat lo. Satu harapan kecil yang gue taro di elu itu, I hope you can treat me better than him, and maybe someday I can love you with my whole heart—

Mark menarik yang lebih muda kedalam pelukannya. “Don't need to hope, I promise I'll treat you better than him. I'm sorry for that...”

Setelah mendengarkan penjelasan Haechan, ia tahu bahwa ia sudah salah paham soal itu. Dan juga Mark merasa bersalah soal perjodohan ini.

Tapi mau bagaimana? Mark itu tipe orang yang kemauan terbesarnya harus didapatkan. Haechan ada salah satu keinginan utama Mark dalam hidup, makanya ia harus mengorbankan beberapa hal termasuk hubungan lelaki itu dengan mantan kekasihnya.

Mark sangat mencintai Haechan, ia ingin lelaki manis ini menjadi miliknya. Dan sekarang Mark akan melakukan semuanya agar senyuman lelaki ini tidak pernah pudar. His fullsun, ia akan bertanggung jawab segera atas kebahagiaan Haechan.

“Jangan ngambek lagi ah Mark, jelek lu.” Haechan memukul dada Mark bentuk protes.

“Kenapa emang?”

“Mirip bocil ngambek gak dikasih main hp sama emaknya, tau gak sih?” Haechan terkekeh disaat lengannya bertengger di pundak Mark.

Ia menjauhkan tubuh Haechan dan dapat melihat senyuman matahari penuh terukir di wajahnya. Membuat hatinya hangat dengan ekspresi indah itu, tangannya terangkat mengelus surai brunette Haechan sambil mengangkat kedua sudut bibirnya.

“Gue belom kasih hadia buat lo.'

“Hadiah apa?”

“Buat lo karena jadi lulusan terbaik tahun ini. Gue belom kasih apa-apa. Lu mau apa emangnya?” Selama Mark gak minta yang ngeluarin uang banyak, Haechan jabanin deh.

Mark memikirkan sesuatu spesial yang mungkin belum pernah ia dapatkan—tapi apa?

Mark membuat daftar di kepalanya tentang hal-hal spesial dalam hidupnya. Daftar satu, dua, tiga, dan Mark memasukkan Haechan sebagai hal spesial itu.

“Kalo gue mau elu aja, gimana?”

“Hah?” Haechan tak mengerti dengan ucapan Mark. “Gimana caranya?” Haechan sudah bertunangan dengan Mark dan akan menikah dalam waktu yang ditentukan, bukannya Haechan memang sudah milik Mark? Belum sepenuhnya, karena tanggung jawabnya masih dipegang sama Johnny dan Ten.

“Sini.” Mark menepuk pahanya, mengisyaratkan Haechan agar duduk disana.

Satu tangan Mark menangkup pipi Haechan dan yang satu lagi memeluk pinggang rampingnya.

“Can I get a kiss?” Kata-kata itu membuat Haechan membolakan matanya. “I'm good at french kiss, you know?” Ibu jarinya menyentuh bibir tebal Haechan.

Mark mendekatkan wajahnya sekaligus menarik tengkuk Haechan agar mendekat juga.

Perlahan Haechan memejamkan kedua matanya, merasakan belahan kenyalnya bertemu dengan bibir Mark.

Dilumatnya bibir plum itu dengan lembut, gerakan itu membuat Haechan terbuai dan mengalungkan lengannya dengan indah di leher Mark.

Bibir merah yang terasa manis itu menjadi candu bagi Mark sehingga ia memperdalam ciuman, tak lupa dengan pinggang yang direngkuh kuat membuat tubuh keduanya kian mendekat.

Mark melesatkan benda tak bertulang miliknya kedalam mulut Haechan. Mengabsen deretan gigi putih itu dan bergulat dengan lidah Haechan.

“Eungh...” Lenguhan kecil mulai keluar dari mulut si manis saat Mark menyesap lidahnya dan bagian bawah belakangnya yang diremas oleh Mark.

Haechan memukul-mukul bahu Mark mengisyaratkan untuk berhenti karena pasokan oksigennya sudah habis. Dengan tak rela Mark melepaskan lumatannya dan tercipta benang saliva diantara keduanya.

“Your lips so sexy, same as your ass.” Mark menghapus jejak saliva di bibir Haechan dengan ibu jarinya.

Tiba-tiba Haechan membuka jas nya dan empat kancing kemejanya yang membuat lelaki dihadapannya terkejut sekaligus panik.

“L-lo ngapain?”

“Gerah.” Haechan kembali meraih leher Mark dan membawanya kedalam ciuman. Lelaki berkulit tan itu rupanya juga merasakan candu dengan bibir Mark sehingga ia menginginkannya lagi.

AC sudah dihidupkan tetapi suhu di ruangan seketika menjadi panas saat pergumulan bibir mereka kian mengganas dengan lidah yang mendominasi masing-masing.

“Nghh Markhhh...” Haechan merasakan sesuatu dalam dirinya menaik, ia frustasi seakan tubuhnya meminta lebih.

Daripada merasakan sesak, Haechan lebih memilih membuka seluruh kancing kemejanya dan membebaskan tubuhnya terterpa udara AC.

“Chan...” Mark dapat melihat tubuh Haechan yang terpampang dihadapannya serta pemandangan mata sayu yang membuat bagian selatannya seakan mengeras.

“Cium lagi, Mark.” Soal ucapan Mark tentang french kiss itu benar adanya. Terbukti dengan Haechan yang sudah candu akan bibir Mark seakan tidak ada obat yang dapat menyembuhkannya.

Mark merebahkan tubuh Haechan di kasur dan kembali menyerang bibir manis itu lagi dan lagi. Haechan meremas surai hitam Mark guna melampiaskan kenikmatan yang ia rasakan.

Sama dengan Mark, bagian bawah nya kini juga sesak ingin dikeluarkan dari dalamannya.

“Sesek banget Markhh... Anghh...” Haechan memijat mijat kejantanannya sendiri dari luar celana, merasakan dalamannya yang sudah basah karena pre-cum.

Haechan membuka kancing Mark yang terlihat menganggu pandangannya. Ia ingin segera melihat tubuh atletis Mark yang selama ini hanya ia lihat dari jauh saat Mark berlatih renang di sekolah.

“Mhhh...” Lelaki tinggi itu merasakan otot perutnya dielus oleh tangan ramping Haechan. Erangan rendah kian terdengar saat Haechan meremas kejantanan nya guna mengecek sudah seberapa tegangnya seorang Mark Jung.

“Beneran pengen, Chan?” Mark mulai mencari tonjolan kecil di dada sang submissive. Mark membuka kemeja Haechan seluruhnya hingga tubuh bagian atas si manis terekspos sepenuhnya.

“Nghhh iyahh... Cepetan Markkhhh—ahh!” Haechan mendesah saat spot sensitif nya yang sudah menegang itu dipilin oleh Mark.

Ciuman Mark turun ke leher jenjangnya, beberapa hickey ia berikan yang lama-kelamaan memenuhi kulit mulus itu.

Ruam kemerahan mulai turun ke dada saat Mark puas dengan leher jenjang sang pujaan hati. Saat lidahnya mulai menyapa nipple Hachan, tangan yang satunya ia gunakan untuk memainkan nipple nya.

“Ahh! Jangan kenceng-kenceng tariknya... Markhh!” Saking gemasnya, mungkin Mark mengira bahwa nipple Haechan bisa mengeluarkan susu.

Mark menggesekkan miliknya dengan kejantanan Haechan yang mengeras. Keduanya merasakan sengatan listrik kala adik kecil mereka terus bergesekan.

“Jangan digesek terus, keluarin lah Markhh ahh...” Sungguh, Haechan sesak di bagian itu dan Mark terus saja menggodanya.

Hampir saja Haechan membuka celananya sendiri sebelum Mark dengan cekatan menurunkan zipper tersebut, membuka celana serta dalaman, tak lupa memanjakan kepunyaan si manis.

“Enak?” Mark mulai mengocok kejantanan Haechan yang membuat sang empu mendesah frustasi karena tempo yang sangat lambat.

Faster anghh!...” Penis Haechan menggembung tanda akan mengeluarkan cairan semennya. Tangan Mark kembali memilin nipple itu guna menambah rangsangan pada tubuh Haechan.

“Akhh morkhhhh...!” Pelepasan pertama Haechan berada ditangan Mark. Sang dominan tersenyum puas saat melihat sang empu mendesah keenakan saat menikmati klimaksnya itu.

Kini ia beralih pada kaki ramping Haechan. Di dalam cahaya remang-remang pun kaki berkulit tan itu sangat terlihat seksi. Sang dominan tak tahan melihatnya dan langsung memberikan banyak kecupan hingga paha dalam Haechan.

“Gantian Chan.” Bukan cuma Haechan yang ingin menyalurkan napsu nya. Disini Mark juga ikut terangsang yang berarti Haechan memiliki tugas untuk menyelesaikannya.

“Buka mulut.” Mark menyodorkan kedua jarinya ke hadapan mulut Haechan. Yang lebih muda mengerti apa maksud Mark, ia langsung mengulum kedua jari itu seperti lolipop.

Sayangnya kejantanan Mark tidak bisa merasakan betapa hangatnya mulut Haechan. Lelaki bermarga Jung itu ingin cepat-cepat merasakan lubang Haechan yang sudah berkedut.

Mark mengarahkan dua jarinya ke lubang Haechan, berkata bahwa semua akan baik-baik saja jika Haechan berposisi tenang.

“Awalnya doang kok Chan, tahan sebentar aja, percaya sama gue.” Sang empu hanya mengangguk lemah seraya memejamkan matanya. Kini ia hanya pasrah dengan semua hal yang Mark lakukan padanya.

“A-akhhhh....!!!” Dua jari itu mulai menerobos masuk hole Haechan. Mark bisa merasakan sempitnya hole Haechan, dinding rektum yang menjepit kedua tangannya membuat kejantanannya antusias dibawah sana.

Mark meng in-out kan kedua jarinya, melakukan gerakan menggunting untuk sedikit merenggangkan hole Haechan nantinya. Dirasa sedikit basah, Mark menambahkan satu jarinya sekaligus menambah tempo keluar masuknya.

Mark membuka laci nakas disamping tempat tidurnya, mengambil kemasan kecil disana dan memakaikan isinya pada kejantanannya. Kini sampai dengan keadaan keduanya yang sepenuhnya naked.

“Gak mau nyobain ini dulu Chan?” Mark menunjukkan penis ereksinya, dengan menggerakkan tangannya naik turun dari pangkal penisnya.

“Mau langsung aja... T-tapi emangnya itu muat kalo dimasukin?” Jujur saja nyali Haechan menciut saat melihat ukuran kejantanan Mark yang luar biasa.

Sang dominan mengarahkan kejantanannya ke hole Haechan. Iabtak perlu khawatir soal suara berisik di dalam kamarnya karena ruangan ini kedap suara. Tetapi yang Mark khawatirkan adalah Haechan.

Udah tanggung.

“Liat gue, Chan...” Mark menyuruh agar Haechan menatap matanya. Tangan Mark menyeka keringat yang membasahi pelipis sang submissive. Dengan perlahan ia memajukan pinggulnya

“Markhh...!! Sakit akh!” Pangkal penis Mark mulai menerobos masuk, Haechan sudah berteriak kesakitan.

“Langsung aja ya biar gak sakit banget.”

“Ya tapi ma— AKHHHHHH!!! MARKHHH...!! SAKIT AHH!” Tubuhnya serasa dibelah dua saat benda yang masih asing untuk hole nya berhasil menerobos masuk sepenuhnya.

Tak hanya Haechan yang tersiksa disana, ada Mark juga dengan kejantanannya yang diremas kuat oleh hole sempit Haechan.

Siksaan itu perlahan memudar saat keduanya sama-sama mulai terbiasa. Haechan kini memperbolehkan Mark untuk bergerak.

“Nghh... Ahh!... Ahh! Anghh markhh...! Akh...” Suara-suara erotis itu menyapa pendengaran Mark. Ia sengaja memelankan tempo nya karena ingin melihat Haechan menikmati permainannya.

“Terus Markhhh...!! Anghh.... Lebih cepet ahhh! Ahhh! Mhhh... Ngaahh!” Mark dapat melihat kejantanannya yang keluar masuk hole Haechan membuat libido nya kembali membuncah.

Dengan kecepatan tinggi, ia menyodok lubang anal itu hingga penisnya berhasil menemukan titik manis Haechan. Lelaki manis itu mendesah tidak karuan, merasa sesuatu didalam sana terus ditumbuk dan ditumbuk membuat dirinya serasa melayang ke surga.

“Ahh! Morkhhhh...!! Ngghhh!!! Mmhmmmm... Anghhh!.... Markhhh ahhh!” Ia melengkungkan punggungnya, salah satu kakinya dinaikkan ke pundak sang dominan agar lebih mudah menggerakkan pinggulnnya.

Haechan meraih kejantanannya sendiri guna memanjakan benda yang dianggurkan itu. Tangan Mark meremas kuat bongkahan sintal Haechan tanpa mengurangi tempo sodokannya.

Dimainkannya puting Haechan dengan gerakan memutar memberikan banyak rangsangan bagi Haechan.

“Mau keluar anghh...!! Markhhh....”

“Dikit lagi, Chan... Mhhh—Jangan diketatin Haechan...!!!” Hal yang dilakukan Haechan tambah menjepit kejantanannya yang sudah menggembung itu.

“Barengan.” Beberapa sodokan terakhir akhirnya Mark mencapai putihnya bersamaan dengan Haechan yang keluar hingga mengotori perut atletis Mark.

Keduanya sama-sama terengah-engah, mengatur napas masing-masing, seraya menikmati saat-saat setelah pasca pelepasan mereka.

“Giman, Chan?” Mark memberikan kecupan kupu-kupu di seluruh wajah Haechan membuat sang empu terkekeh geli merasakan belahan bibir Mark di kulitnya.

“Capeeekkk...”

“Yaudah kalo gitu lu tidur, nanti gue bilangin papa kalo lo nginep disini.”

“Tadi udah bilang kok... Pas disekolah...” Ucap Haechan dengan suara serak lemahnya.

Mark tersenyum karena ia tahu berarti Haechan sudah ada niatan menginap sejak awal.

Ditariknya selimut tebal itu guna menutupi tubuh indah sang pujaan hati, dan memberikan kecupan terakhir sebelum tidur di pelipis serta pundak Haechan.

“Good night, baby....”

Mark menyusul Haechan yang sudah pergi terlebih dahulu ke alam mimpi setelah membuang pengaman bekasnya.

Seraya merengkuh erat tubuh hangat si manis, Mark melewati malam ini dengan hadiah spesial yang diberikan Haechan.

[ Fin . ]