Morning World, Morning Mr. D.
Seperti pagi-pagi biasanya Sungchan terbangun dari dunia mimpi dan mendarat kembali di dunia asalnya. Sinar matahari sudah menembus gorden putih kamarnya, cahaya soleil memberikan kecupan pertama pagi ini.
Sungchan meraba kasur disebelahnya dan dapat dipastikan bahwa sang suami sedang menyiapkan sarapan di luar.
Dengan tenaga yang baru terisi semalaman, lelaki jangkung itu merenggangkan tubuhnya, berusaha membuka mata dan mengumpulkan nyawa sepenuhnya.
“Huh?”
Sungchan merasakan dibalik selimutnya sesuatu menyembul. Berada diantara selangkangannya, sesuatu ikut bangun dari tidurnya.
🚨🚨🚨❗
Dirinya menghela napas, adiknya (bukan david) terbangun pagi-pagi seperti ini. Sungchan bangkit dari tempat tidurnya, ia tak akan melangkah ke kamar mandi melainkan keluar kamar.
Turun ke lantai satu, pemandangan pertama yang menyapa netranya adalah sang suami mungil memakai apron sedang mengaduk kuah berisi berbagai macam bahan makanan yang terlihat lezat.
“Morning Uchan!” Ucapnya bersemangat sambil tersenyum cerah.
Sungchan menyenderkan dagunya di bahu sang suami, “morning too sayang~ Kiss dong!” Sungchan sudah memajukan bibirnya.
Chup!
“Aku belom selesai iniii.... Lepas dulu doongggg....”
Dengan berat hati, si jangkung melepaskan suaminya dan membiarkannya menyiapkan semua lauk diatas meja.
Mata nakalnya malah salah fokus ke bokong suaminya saat berjalan menuju meja makan untuk meletakkan semua makanan. Pikirannya semakin liar seraya mengelus kemaluannya yang masih terbalut celana piyama itu.
“Sshhh...”
Sungchan tak tahan lagi. Saat suaminya kembali didepan mata, ia tak menyia-nyiakan kesempatan lagi dan langsung mengendus leher jenjang itu dengan tangannya yang mulai membelai bagian-bagian sensitif tubuh suaminya.
“A-anghhh uchanhh ngapain-ah!”
Seolah tuli, Sungchan tak berhenti memberikan kecupan-kecupan basah dan kini tangannya sudah masuk ke dalam kaos suaminya, meremas kuat dada itu sekalian bermain dengan dua tonjolan di sana.
“U-uchanhh jangan beginiii akh! Geli!”
“Taro tega biarin aku main sendiri?”
“Jangan diteken sungchanhhh!”
Lelaki bermarga Jung itu tak berhenti menekan penis tegangnya guna memberi tahu suaminya bahwa ia sedang benar-benar needy.
Dengan cekatan tangannya langsung menurunkan celana training suaminya, beberapa kali menampar pipi pantat Shotaro.
Sedangkan yang sudah dipaksa menungging hanya bisa menahan bobot tubuhnya dengan tenaga yang masih tersisa, memegang ujung meja.
“Bukannya kita udah sepakat sampe dedek bayi nya jadi?” Sungchan menurunkan celana piyama nya dan mulai mengocok penisnya agar semakin tegang.
“Tapi Taro gak mau sekarang anghh! Uchanhh jangannhhh pleasee~”
Yang lebih muda langsung membalikkan tubuh suaminya dan langsung menyambar bibir yang setengah terbuka itu. Dalam pangutan yang semakin panas, Sungchan memainkan tonjolan sensitif itu hingga Shotaro melenguh keras.
“Taro, liat.” Pandangan keduanya mengarah kepada batang yang mengacung tegak, “Sungchan junior butuh Taro, dia pengen ditidurin lagi.” Sebenarnya Shotaro tak tega, tapi tolonglah ini masih pagi hari!
Mengapa ular amazon itu harus terangsang hari ini?! Shotaro lapar, ia ingin makan! Bukan sarapan peju, tapi makan nasi!
Buru-buru Sungchan membalik badan itu lagi hingga bokong sintalnya terhidang didepan mata.
“Please tolong aku ya sayang? Sebentar aja kok, aku bakal pelan-pelan gerakinnya, oke?” Bisik Sungchan tepat di telinga suaminya hingga si manis meremang.
Sungchan menahan apron itu agar rumah si Sungchan junior dapat terlihat. Perlahan tapi pasti, batang panjang itu membelah pintu masuk yang akhirnya menjepit dirinya kuat.
Untuk mengalihkan rasa sakit, Sungchan mulai mencubui leher jenjang itu lagi, memberikan sebua tanda kepemilikan yang sangat kentara.
“Uhh... Unghh! Sungchanhhh ahh!”
Langsung saja Sungchan menambah kecepatan, sedikit demi sedikit hingga Shotaro mendesahkan namanya dengan keras.
Tak peduli jika ada maid yang mendengar pergumulan panas pasusu baru ini di pagi hari. Seharusnya mereka sudah terbiasa dengan keturunan pak Jung yang hormon nya mengikuti sang daddy. Apalagi perihal pasangan baru ini, mereka sedang berusaha agar salah satu benih Sungchan dapat berenang dengan selamat sampai ke rahim.
Shotaro tak bisa mengontrol ekspresinya lagi, penampilannya pasti sudah sangat berantakan dengan wajah yang memerah nafsu. Kepala penis Sungchan berkali-kali menumbuk titik sensitif nya membuat Shotaro mendongakkan kepalanya.
“Akhhhhh! Sungchaaannhh!!!”
Tubuhnya benar-benar di tahan—terdapat bekas kemerahaydi pinggangnya yang disebabkan cengkraman suaminya. Jika Sungchan sudah mengukungnya itu berarti kecil kemungkinan untuk Shotaro melarikan diri. Tenaga mereka tidak sepadan. Jika semua area sensitifnya sudah dimainkan, dari atas hingga kaki pasti akan terasa lemas.
Sampai sesuatu yang nyaring menggema, “YEAYYY AKHIRNYA SAMPE RUMAH!” Sungchan membolakan matanya kala suara yang tak lain dan tak bukan berasal dari keponakannya, Jung Logan.
Kepala Sungchan sedang memproses apa yang terjadi, mencari jalan keluar dengan kejantanannya yang masih terjepit kuat oleh dinding rektum Shotaro.
Melihat suaminya lengah, Shotaro dengan cepat melepas penyatuan mereka walaupun setelahnya ia merasakan nyeri yang luar biasa dan langsung berlari menuju kamar seraya memakai kembali celananya.
“Kenapa lo?” Tanya Jeno diikuti oleh Jaemin di belakangnya, keluarga itu habis bersepeda bersama, berolahraga pagi. Apalagi Logan, bocah itu menatap bingung pamannya yang terlihat lumayan berantakan. Untung saja aset nya itu sudah terbungkus kembali dengan celana.
“Itu sarapan udah di atas meja.” Sungchan tersenyum sekilas, lalu lekas menyusul Shotaro yang sudah lebih dulu kabur ke atas.
Tok tok tok
“Taro, sayang—”
“JANGAN KETEMU TARO DUKU SEBELUM UCHAN SELESAI!”
“Ya tapi masa Taro tega sih? Sayang loh kalo calon anaknya dibuang-buang, siapa tau kali ini ada yang menang lomba berenang.” Sungchan menumpu badannya di pintu, menahan ereksi penis nya yang belum terselesaikan.
“NOOOO! DON'T TALK TO ME! TARO IS ANGRY! 😡💢❗”
.
.
Sekarang semuanya merapat, mari kita berdoa bersama agar Sungchan bisa membujuk suami menggemaskannya itu. Walau mati-matian harus menahan gejolak yang didalam, putra keluarga Jung itu harus mencari cara atau ia akan tetap menderita.
HA.HA.HA...