novadelue

Para member dreamies kembali ke tempat istirahat mereka masing-masing. Sang Leader, Mark Lee, ia kembali ke dorm 127 bersama Haechan, sedangkan yang lainnya tinggal di dorm dreamies termasuk roommate kesayangan kita semua, Jeno dan Jaemin.

“Hah... Hari ini seru banget!” Ucap Jaemin yang masuk lebih dulu kedalam sambil membuka luaran garis-garis nya.

“Iya, kamu hari ini keliatan seneng banget, ketawa terus aku liat.” Jeni menutup pintu, lalu membuka kemeja luarnya hanya meninggalkan kaos putih.

“Itu kan salah kamu, ngelawak terus sih jadi aku juga ikut ngakak sampe perut aku sakit mau nangis.”

Jaemin yang membelakangi Jeno mulai membuka satu persatu kancing bajunya, perlahan memperlihatkan leher serta bahu mulusnya.

“Iya salah aku—”

Chup

“—maaf ya...”

Pipi Jaemin memanas kala Jeno yang tidak memberi sinyal apapun tiba-tiba mengecup leher jenjangnya.

Jeno tuh udah kebiasaan. Gak bisa dia kalo cuma ngecup singkat, tapi lama kelamaan malah meluk Jaemin dari belakang terus ngelanjutin nyiumin leher Jaemin sampai bahunya.

“Aku capek Jenooo~”

Si lelaki ber eye smile itu menjauhkan wajahnya saat Jaemin perlahan mencoba menyingkirkan tangan Jeno dari pinggangnya.

“Biar cepet, gimana kalo kita mandi bareng?”

Mendengar itu, Jaemin langsung mengerutkan alisnya. Perasaannya mulai gak enak kalo Jeno udah ngajakin mandi bareng atau semacamnya.

“Gak ya, nanti kamu malah yang lain.”

“Janji enggak deh...” Tangan Jeno bergerak untuk melepaskan sisa kancing Jaemin lalu menurunkan bajunya hingga si manis kini topless.

“Katanya capek, biar aku bantuin kamu gosok punggung, ya?” Jaemin bisa merasakan permukaan punggungnya bertemu dengan dada telanjang Jeno. Rasanya sangat hangat membuat Jaemin tidak ingin melepaskannya.

Mendapat anggukan dari kekasihnya, Jeno langsung membalik lalu mengangkat tubuh Jaemin ala koala.

Di kamar mandi, Jeno menurunkan Jaemin di dalam shower tub, lalu menutup tirai nya agar lantai dibawahnya tidak basah.

Setelah itu, hanya ada suara guyuran shower dan berbagai protesan Jaemin karena tangan nakal Jeno sering kali memijat area dada dan bokongnya.

[ Fin. ]

Jsjsbjdbd

drabble

Markhyuck oneshoot nsfw

🔞 tw// bxb, not safe for work, smut, frontal, harsh words, public sex? (on call), oral sex, flirting

Haechan berjalan ke arah kekasihnya yang sedang asik bermain game itu. Celana panjangnya sudah ia lepas tadi dengan alasan gerah—menyisakan celana pendek yang memperlihatkan paha tan seksinya.

Bahkan saat pemuda itu sudah berdiri di belakang kursi Mark, yang lebih tua sama sekali tidak menyadari dan masih asik mengobrol ria bersama teman-temannya.

“Gue tadi main ketemu bocil anjing.”

“Dimana?”

“Marah-marah gak jelas, dikatain anak lonte padahal gue kan gak punya emak hahahaha...”

“Kencing aja masih belom lurus anjg, sok-sokan jagoan babi.”

Haechan dapat mendengar teman-teman Mark berinteraksi satu sama lain. Ia pernah bertemu salah satu, namanya Lucas. Mark kalo berdiri sebelah Lucas keliatan uke soalnya badan nya tuh tinggi besar kayak kingkong (menurut Haechan).

Lelaki manis itu menyingkirkan tangan Mark agar ia bisa duduk di pangkuan kekasihnya. Posisi Haechan membelakangi komputer, sedangkan Mark membenarkan posisi duduk Haechan lalu melanjutkan game online nya.

“Mark, dingin...” Haechan.

“Gedein aja AC nya, remotnya disitu tuh.” Tunjuk nakas di samping tempat tidur menggunakan dagunya.

Tidak menggubris ucapannya, si manis malah memeluk leher Mark dengan posesif sambil menghirup aroma shampoo yang Mark pakai.

Tadi habis mandi, jadi tubuhnya kini sudah wangi menjadikan Haechan betah menghirup aroma maskulin leher Mark—dengan seduktif.

Tapi lelaki Agustus itu sama sekali tidak terganggu. Ia malah semakin semangat bermain game, bercanda ria bersama kawan-kawannya.

“Eh ada musung njir ada musuh!!”

“Mana mana???”

“Gue gak liat njir, bentar gue lupa pake kacamata fak!”

“Aaaaaa aku ketembak tolongggg~”

Mark berhasil melumpuhkan musuh-musuh yang menembaki squad nya. Lalu ia membantu teman-temannya yang knock down.

“Mark aku gak ada first aid kit, kamu ada gakkk?” Suara perempuan itu ada lagi, dan terdengar sangat menjengkelkan bagi Haechan.

Helloooo.... Teman teman yang ikut bermain masih banyak, kenapa ia terus meminta peralatan pada Mark.

“Fel, nih nih gue ada nih!”

“Gak usah Jen, ini aku udah dapet dari Mark.”

“Owh... Ngonghey...”

Tuhkan, padahal temen yang lain punya ini malah minta ke Mark. Gak cuma sekali, Haechan udah denger berkali-kali bahkan juga saat perempuan itu menanyakan hal-hal yang out of topics bahkan lebih mengarah ke pembicaraan pribadi.

Hah?

Daripada mikirin, mending Haechan balik ngedusel sama Mark. Dia gak bohong, kamar Mark sekarang emang dingin banget. Gak tau AC nya disetel berapa sama Mark, yang pasti ia merasa tangannya hampir beku.

Guna menghangatkan, Haechan memasukkan tangannya kedalam hoodie kekasihnya, merasakan hangat tubuh sang kekasih yang membuatnya rileks.

Haechan terus membelai perut atletis Mark, mencari kehangatan disana. “Ay, boseeennn...” Yang lebih tua mulai merengek di ceruk leher Mark.

“Gue lagi main game, kan udah gue bilang tadi.” Ucap Mark ketus, sama sekali tidak beralih dari komputernya.

“Itu siapa anying nemplokin si Mark?” Tanya salah seorang teman Mark yang lain, namanya Jeno.

*“Mana? Siapa?**

“Siapa njir—LAH IYA?! MARK ITU SI ECHAN NGAPAIN???” Lucas mulai berteriak saat kembali ke discord, mendapatkan Mark yang sedang ditempeli seseorang.

Iya, mereka main game nya sambil buka kamera.

“Nape lu, iri? Cari pacar makanya.” Ujar Mark santai, tangannya menepuk-nepuk bokong sintal kekasihnya.

“Kalo pacar gue mah gak usah diraguin, noh si Luke kagak jelas jalan idupnya.”

“Bah kesian anak pak RT digantungin sama kak Jungwoo diningrat.”

“Diningrat kas, mundur deh lu su daripada jadi gembel satu-satunya di keluarga dia.”

“Bangsad ye lu pada.”

Sebenarnya Haechan terhibur dengan teman-teman Mark yang kelakuannya sangat random itu, apalagi Lucas. Tapi tetap, ia bosan sekali walau hanya bergelayutan dengan Mark.

Ingin sekali Haechan menghancurkan komputer sialan itu dengan tendangan maut nya. Terima kasih pada kakaknya, Johnny yang telah membekali Haechan dengan muay thai. Tapi tidak, pemuda itu tidak mungkin merusak komputer Mark, yang ada dia cari mati dengan Mark.

Haechan lebih memilih cara lain, cara yang lebih lembut—mungkin?

Ia punya banyak cara untuk mendapatkan perhatian Mark. Sangat banyak, namun ada satu yang paling ampuh dari yang lainnya.

Haechan menggigit perpotongan leher Mark lalu menjilatnya. Tangan tidak tinggal diam, ia masukkan lagi ke dalam hoodie Mark, jari telunjuknya mengikuti bentuk perpotongan abs yang membuat si gamers geli.

“Markhhh... Sayanghh...” Haechan memberikan desahan tepat di telinga Mark. Biasanya dengan itu adik kecil Mark terbangun dari tidurnya.

Tapi ternyata tidak. Mark masih fokus dengan game nya, seperti tidak terganggu sama sekali.

“Ay mau cium...”

Chup

Satu kecupan mendarat tepat di bibir Haechan. Tapi hanya kecupan singkat, tidak lebih. Itu membuat si manis jadi merengut sedih.

Ia mau cium dalam arti ciuman dengan lumatan, hisapan, jilatan, bukan kecupan singkat biasa.

“Markhhhh.... Gue sange nghhh....” Ujar Haechan menggoda Mark lagi, kali ini sambil menggerakkan bokongnya hingga penis keduanya saling menggesek.

Gak tau ada apa sama pendeteksi rangsangnya Mark, dia bener-bener kayak biasa aja dan fokus sama game nya. Padahal Haechan udah gesek-gesek pantat semok nya, tapi tetep gak ampuh.

“Mhhhh...” Haechan akhirnya menarik tengkuk Mark mengajaknya ke dalam ciuman panas.

“Apasih Chan?!”

“Ngewe hayoook...”

“Lagi gak mood gue.”

Beuh! Tumben-tumbenan nih Mark begini. Iya sih, bener kalo kombinasi Mark tambah game itu berbahaya, tapi kalo gini yang ada Haechan males ladenin Mark lain kali.

“Awas aja lu, gak gue belai dua bulan.” Ucap Haechan dalam hati penuh dendam.

Dia masih gesek-gesek, sekalian naik turunin pantatnya yang masih pake celana.

Kan! Sekarang malah Haechan yang basah. Apes banget, padahal niat dia godain Mark, tapi dia yang pertama kena.

Tapi gak boong, kalo gesek-gesekan sama punya nya Mark itu enak banget. Walaupun masih dibalut celana, Haechan masih bisa ngerasain penisnya karena ukurannya bisa dibilang WOW!

Tapi gak lama setelah itu...

“Mark, titit lo tegang.”

“Napa? Mau nyepongin?”

Haechan menjawab nya hanya dengan mengangguk lucu layaknya anak kecil yang senang diberi permen.

Mark ngeluarin adek kecil dia dari celananya. Gak perlu susah-susah buka resleting, soalnya Mark pake celana rumahan yang pinggang karet biasa.

Pertama, Haechan bangun dari pangkuan Mark dan berpindah ke bagian bawah meja. Sekarang wajah Haechan tepat berhadapan dengan penis Mark yang sudah ereksi.

Lelaki manis itu menjilat pangkal penis besar itu sebagai pemanasan. Perlahan mulai memasukannya kedalam mulut, dan dikeluarkan lagi sambil bibir tebal Haechan menekan kulit penis Mark.

Mark sesekali melihat ke arah selatannya. Haechan juga menatap dirinya dengan sensual sambil memainkan lidahnya, terlihat seksi sampai membuat dirinya mengerang rendah.

Mark cuma nikmatin. Toh main game sambil adeknya dimanjain sama pacar ternyata bukan ide buruk. Tangannya mengelus surai Haechan lalu turun ke tengkuk seakan memberi tahu, “good boy...”

“Tinggal berapa orang lagi weh?”

“Bentar... Satu squad lagi, tinggal tiga tapi, satu orang knock, gas ini mah!” Jeno bersemangat. Ya mereka masih satu squad lengkap, dan yakin soal kemenangan yang hampir didepan mata.

“Mark jangan jauh-jauh dong... Aku takut...”

“Akh!” Mark merasa penisnya digigit. Ia menatap tajam Haechan sedangkan yang lebih muda hanya memutar bola matanya malas.

“Mark, kamu kenapa? Tadi kayaj teriak gitu???”

“E-enggak papa kok, hehehe...”

“Inggik kik gipipi...hihihi...” Ejek Haechan dalam hati. Ia semakin liar. Deep throat yang membuat penis Mark menyentuh pangkal tenggorokan Haechan. Saat merasa sudah agak pegal, ia mengeluarkan setengah dan mengocok sisanya dengan tangan. Sesekali twins ball si Mark juga dia mainin.

“Satu lagi itu satu lagi di atas rumah!”

“Rumah yang mana kas???”

“Depan lo tuh Mark, masuk Mark!”

Karena musuh tinggal satu orang, ditambah orang itu dikepung sama squad nya Mark, beberapa saat kemudian terdengar suara tembakan dan muncul logo kemenangan berbarengan dengan pelepasan Mark di mulut Haechan.

“Tuh orang tadi ngapain njir? Ngakak.”

“Gak gerak dia.”

“Ngebug kali pake Indihome.”

“Gue Indihome dirumah lancar kok anying.”

“Si Mark kemana su? Ngikut ngelag apa?” Lucas balik lagi ke discord, dan ngeliat Mark udah remes-remes pantat Haechan sambil mereka berdua lagi saling lumat.

“Oanjing!” Pantat Haechan lebar banget di kamera, soalnya posisinya bener-bener depan monitor.

“MARK WOY!”

“DENGER GAK SIH JAMAL?”

*“DIH BANGSAT MALAH NGEWE.”

Mark gak peduliin teriakan temen-temennya yang mulai ngedumel. Tangannya malah nurunin celana Haechan, abis itu jari telunjuknya dia masukin ke dalam lubang berkedut itu.

Mark muter kursinya jadi menyamping. Karena ia tak mau teman-temannya melihat aset berharga tepat depan kamera, dan malahan sekarang lebih keliatan jelas kalau dua insan ini sedang bertukar liur.

Lelaki setengah bule itu mulai mengarahkan penisnya pada lubang Haechan setelah melakukan pemanasan.

“Anghhh! Nghhh...” Desahan Haechan terdengar jelas saat Mark mulai menggenjotnya penisnya.

Dibantu oleh Haechan dipangkuan Mark yang bergerak dari arah berlawanan sehingga membuat penis kekasihnya semakin tertanam didalam sana.

“Pelaninnn dikit ayyyyh!!!! Ahh!” Dan saat itu lah prostat Haechan berhasil Mark temui dan ditumbuk dengan kuat.

Saat Haechan sibuk menaik turunkan tubuhnya dan tidak berhenti mendesah, Mark tentu tidak menyia-nyiakan puting Haechan yang sedari tadi belum dijamah.

Tangannya mencubit, sesekali memelintir bagian tegang di dada sang submissive. Lidahnya melakukan gerakan memutar tepat di bagian sensitif itu membuat yang lebih muda membusungkan dadanya meminta lebih. Tangan Haechan menahan Mark, mengisyaratkan agar kekasih tampannya itu tidak melepas hisapan nikmat itu.

“AKHLAKLESS BANGET LO MARK ANYING!”

“BUBARIN DULU INI WOY!”

“Tinggal keluar sendiri, apa susahnya?” Ujar Mark tenang sambil melihat teman-temannya. Dirinya yang sedang menyusu pada sang kekasih memberi tatapan mengejek pada orang-orang yang melihat kegiatan panas mereka.

“Markhhh jangan digigit hhhhh!... Sakithhhh...” Bokong sintal Haechan bergerak di atas Mark dengan indah. Karena Haechan ini cukup berisi, jadi setiap kali bokongnya bertemu dengan paha Mark memberikan kesan membal.

“Aghhh dikit lagi Chan! Shhhhh....” Dan beberapa tusukan terakhir, Mark menyemburkan cairan semen nya di dalam lubang Haechan sedangkan pemuda di hadapannya sibuk mengatur napasnya.

Mark menutup lubang Haechan dengan jarinya agar spermanya tidak menetes keluar. Lalu ia menurunkan kembali kaos Haechan yang tersingkap guna menutupi dada semok nan mulus itu.

“Ngapain kalian masih disitu nyet?!” Tanya Mark saat Jeno dan Lucas masih berada disana dalam arti lain mereka menonton pergumulan pana yang dilakukannya dengan Haechan.

“Coli lah anjing, apalagi!” Ucap Lucas yang dadanya naik turun, dia barusan juga abis pelepasan.

Sedangkan Jeno langsung meninggalkan room saat Jaemin tiba-tiba muncul di pintu kamarnya, barusan aja dateng.

Haechan menatap layar monitor Mark, mancari keberadaan perempuan yang tadi membuatnya kesal karena selalu berusaha caper ke pacarnya. Tapi hasilnya nihil, disana tinggal Lucas doang.

Akhirnya ia memilih bangun dari pangkuan Mark dan berjalan ke arah tempat tidur yang terletak tak jauh dari sana dengan sisa tenaganya.

“Haechan...” Mark mendatangi kekasihnya yang tengah rebahan diatas kasur terbalut selimut. “Udah tidur kah?”

“Mmm napa?...” Jawab si manis dengan suara seraknya.

Mark menyusul Haechan naik ke tempat tidur, merebahkan dirinya tepat disamping kekasihnya. Tangan nakalnya mulai beraksi lagi. Kini ia yang berusaha menggoda Haechan.

“Jangan tidur dulu lah...”

“Capek gue, Mark.”

Tangan Mark naik ke dada Haechan untuk memijat dan meremas bagian yang cukup berisi itu.

“Mau susu ay...”

“Ambil sana dii kulkas lo, tadi banyak gue liat.”

“Bukan yang itu ay... Susu yang ini lohhh...” Mark memainkan puting Haechan dari luar kaos. “Pengen nenen...”

Haechan yang mengerti rengekan pacarnya langsung merubah posisinya jadi terlentang, lalu menaikkan kaosnya higga putingnya yang masih membengkak kembali terlihat.

Langsung aja Mark meraup nipple kesukaannya itu. Bak bayi yang kehausan, Mark menghisap puting itu dengan semangat. Tangan yang satunya meremas bagian dada lainnya, pikirnya mungkin dada Haechan lama-lama bakal tambah muncul.

Kalo diinget lagi, waktu pertama kali sama yang ini, dada Haechan sekarang lebih berisi. Mungkin karena faktor Mark yang ngasih makan terus sama serung di isepin kalo Haechan nginep.

“Pelan-pelan Mark, gue gak kemana-mana.” Beneran rakus banget manusia yang satu ini. Padahal gak akan ada orang yang bakal bisa megangin dada Haechan selain dia.

“Gak bakal keluar susu mau lo isepin kuat-kuat pun.” Haechan mengelus rambut hitam Mark. Sungguh, kalau Mark sedang mode manja seperti ini membuat yang lebih tua terlihat menggemaskan.

Sekarang Mark udah beneran kayak anak kecil minta nyusu sama ibunya. Kalo udah bosen sama kanan, pindah lagi sebelah kiri—atau enggak pondah ke belakang bawah.

Gitu aja terus sampe Mark bosen. Kalo udahan, dia juga bakal berhenti sendiri kok. Haechan juga gak keberatan. Enak juga dadanya digituin. Perih kalo Mark gigit, terus geli kalo dijilatin.

“Sambil nonton film mau gak Chan?”

[ Fin . ]

🔞 tw// bxb, not safe for work, smut, frontal, harsh words, public sex? (on call), oral sex, flirting

Haechan berjalan ke arah kekasihnya yang sedang asik bermain game itu. Celana panjangnya sudah ia lepas tadi dengan alasan gerah—menyisakan celana pendek yang memperlihatkan paha tan seksinya.

Bahkan saat pemuda itu sudah berdiri di belakang kursi Mark, yang lebih tua sama sekali tidak menyadari dan masih asik mengobrol ria bersama teman-temannya.

“Gue tadi main ketemu bocil anjing.”

“Dimana?”

“Marah-marah gak jelas, dikatain anak lonte padahal gue kan gak punya emak hahahaha...”

“Kencing aja masih belom lurus anjg, sok-sokan jagoan babi.”

Haechan dapat mendengar teman-teman Mark berinteraksi satu sama lain. Ia pernah bertemu salah satu, namanya Lucas. Mark kalo berdiri sebelah Lucas keliatan uke soalnya badan nya tuh tinggi besar kayak kingkong (menurut Haechan).

Lelaki manis itu menyingkirkan tangan Mark agar ia bisa duduk di pangkuan kekasihnya. Posisi Haechan membelakangi komputer, sedangkan Mark membenarkan posisi duduk Haechan lalu melanjutkan game online nya.

“Mark, dingin...” Haechan.

“Gedein aja AC nya, remotnya disitu tuh.” Tunjuk nakas di samping tempat tidur menggunakan dagunya.

Tidak menggubris ucapannya, si manis malah memeluk leher Mark dengan posesif sambil menghirup aroma shampoo yang Mark pakai.

Tadi habis mandi, jadi tubuhnya kini sudah wangi menjadikan Haechan betah menghirup aroma maskulin leher Mark—dengan seduktif.

Tapi lelaki Agustus itu sama sekali tidak terganggu. Ia malah semakin semangat bermain game, bercanda ria bersama kawan-kawannya.

“Eh ada musung njir ada musuh!!”

“Mana mana???”

“Gue gak liat njir, bentar gue lupa pake kacamata fak!”

“Aaaaaa aku ketembak tolongggg~”

Mark berhasil melumpuhkan musuh-musuh yang menembaki squad nya. Lalu ia membantu teman-temannya yang knock down.

“Mark aku gak ada first aid kit, kamu ada gakkk?” Suara perempuan itu ada lagi, dan terdengar sangat menjengkelkan bagi Haechan.

Helloooo.... Teman teman yang ikut bermain masih banyak, kenapa ia terus meminta peralatan pada Mark.

“Fel, nih nih gue ada nih!”

“Gak usah Jen, ini aku udah dapet dari Mark.”

“Owh... Ngonghey...”

Tuhkan, padahal temen yang lain punya ini malah minta ke Mark. Gak cuma sekali, Haechan udah denger berkali-kali bahkan juga saat perempuan itu menanyakan hal-hal yang out of topics bahkan lebih mengarah ke pembicaraan pribadi.

Hah?

Daripada mikirin, mending Haechan balik ngedusel sama Mark. Dia gak bohong, kamar Mark sekarang emang dingin banget. Gak tau AC nya disetel berapa sama Mark, yang pasti ia merasa tangannya hampir beku.

Guna menghangatkan, Haechan memasukkan tangannya kedalam hoodie kekasihnya, merasakan hangat tubuh sang kekasih yang membuatnya rileks.

Haechan terus membelai perut atletis Mark, mencari kehangatan disana. “Ay, boseeennn...” Yang lebih tua mulai merengek di ceruk leher Mark.

“Gue lagi main game, kan udah gue bilang tadi.” Ucap Mark ketus, sama sekali tidak beralih dari komputernya.

“Itu siapa anying nemplokin si Mark?” Tanya salah seorang teman Mark yang lain, namanya Jeno.

*“Mana? Siapa?**

“Siapa njir—LAH IYA?! MARK ITU SI ECHAN NGAPAIN???” Lucas mulai berteriak saat kembali ke discord, mendapatkan Mark yang sedang ditempeli seseorang.

Iya, mereka main game nya sambil buka kamera.

“Nape lu, iri? Cari pacar makanya.” Ujar Mark santai, tangannya menepuk-nepuk bokong sintal kekasihnya.

“Kalo pacar gue mah gak usah diraguin, noh si Luke kagak jelas jalan idupnya.”

“Bah kesian anak pak RT digantungin sama kak Jungwoo diningrat.”

“Diningrat kas, mundur deh lu su daripada jadi gembel satu-satunya di keluarga dia.”

“Bangsad ye lu pada.”

Sebenarnya Haechan terhibur dengan teman-teman Mark yang kelakuannya sangat random itu, apalagi Lucas. Tapi tetap, ia bosan sekali walau hanya bergelayutan dengan Mark.

Ingin sekali Haechan menghancurkan komputer sialan itu dengan tendangan maut nya. Terima kasih pada kakaknya, Johnny yang telah membekali Haechan dengan muay thai. Tapi tidak, pemuda itu tidak mungkin merusak komputer Mark, yang ada dia cari mati dengan Mark.

Haechan lebih memilih cara lain, cara yang lebih lembut—mungkin?

Ia punya banyak cara untuk mendapatkan perhatian Mark. Sangat banyak, namun ada satu yang paling ampuh dari yang lainnya.

Haechan menggigit perpotongan leher Mark lalu menjilatnya. Tangan tidak tinggal diam, ia masukkan lagi ke dalam hoodie Mark, jari telunjuknya mengikuti bentuk perpotongan abs yang membuat si gamers geli.

“Markhhh... Sayanghh...” Haechan memberikan desahan tepat di telinga Mark. Biasanya dengan itu adik kecil Mark terbangun dari tidurnya.

Tapi ternyata tidak. Mark masih fokus dengan game nya, seperti tidak terganggu sama sekali.

“Ay mau cium...”

Chup

Satu kecupan mendarat tepat di bibir Haechan. Tapi hanya kecupan singkat, tidak lebih. Itu membuat si manis jadi merengut sedih.

Ia mau cium dalam arti ciuman dengan lumatan, hisapan, jilatan, bukan kecupan singkat biasa.

“Markhhhh.... Gue sange nghhh....” Ujar Haechan menggoda Mark lagi, kali ini sambil menggerakkan bokongnya hingga penis keduanya saling menggesek.

Gak tau ada apa sama pendeteksi rangsangnya Mark, dia bener-bener kayak biasa aja dan fokus sama game nya. Padahal Haechan udah gesek-gesek pantat semok nya, tapi tetep gak ampuh.

“Mhhhh...” Haechan akhirnya menarik tengkuk Mark mengajaknya ke dalam ciuman panas.

“Apasih Chan?!”

“Ngewe hayoook...”

“Lagi gak mood gue.”

Beuh! Tumben-tumbenan nih Mark begini. Iya sih, bener kalo kombinasi Mark tambah game itu berbahaya, tapi kalo gini yang ada Haechan males ladenin Mark lain kali.

“Awas aja lu, gak gue belai dua bulan.” Ucap Haechan dalam hati penuh dendam.

Dia masih gesek-gesek, sekalian naik turunin pantatnya yang masih pake celana.

Kan! Sekarang malah Haechan yang basah. Apes banget, padahal niat dia godain Mark, tapi dia yang pertama kena.

Tapi gak boong, kalo gesek-gesekan sama punya nya Mark itu enak banget. Walaupun masih dibalut celana, Haechan masih bisa ngerasain penisnya karena ukurannya bisa dibilang WOW!

Tapi gak lama setelah itu...

“Mark, titit lo tegang.”

“Napa? Mau nyepongin?”

Haechan menjawab nya hanya dengan mengangguk lucu layaknya anak kecil yang senang diberi permen.

Mark ngeluarin adek kecil dia dari celananya. Gak perlu susah-susah buka resleting, soalnya Mark pake celana rumahan yang pinggang karet biasa.

Pertama, Haechan bangun dari pangkuan Mark dan berpindah ke bagian bawah meja. Sekarang wajah Haechan tepat berhadapan dengan penis Mark yang sudah ereksi.

Lelaki manis itu menjilat pangkal penis besar itu sebagai pemanasan. Perlahan mulai memasukannya kedalam mulut, dan dikeluarkan lagi sambil bibir tebal Haechan menekan kulit penis Mark.

Mark sesekali melihat ke arah selatannya. Haechan juga menatap dirinya dengan sensual sambil memainkan lidahnya, terlihat seksi sampai membuat dirinya mengerang rendah.

Mark cuma nikmatin. Toh main game sambil adeknya dimanjain sama pacar ternyata bukan ide buruk. Tangannya mengelus surai Haechan lalu turun ke tengkuk seakan memberi tahu, “good boy...”

“Tinggal berapa orang lagi weh?”

“Bentar... Satu squad lagi, tinggal tiga tapi, satu orang knock, gas ini mah!” Jeno bersemangat. Ya mereka masih satu squad lengkap, dan yakin soal kemenangan yang hampir didepan mata.

“Mark jangan jauh-jauh dong... Aku takut...”

“Akh!” Mark merasa penisnya digigit. Ia menatap tajam Haechan sedangkan yang lebih muda hanya memutar bola matanya malas.

“Mark, kamu kenapa? Tadi kayaj teriak gitu???”

“E-enggak papa kok, hehehe...”

“Inggik kik gipipi...hihihi...” Ejek Haechan dalam hati. Ia semakin liar. Deep throat yang membuat penis Mark menyentuh pangkal tenggorokan Haechan. Saat merasa sudah agak pegal, ia mengeluarkan setengah dan mengocok sisanya dengan tangan. Sesekali twins ball si Mark juga dia mainin.

“Satu lagi itu satu lagi di atas rumah!”

“Rumah yang mana kas???”

“Depan lo tuh Mark, masuk Mark!”

Karena musuh tinggal satu orang, ditambah orang itu dikepung sama squad nya Mark, beberapa saat kemudian terdengar suara tembakan dan muncul logo kemenangan berbarengan dengan pelepasan Mark di mulut Haechan.

“Tuh orang tadi ngapain njir? Ngakak.”

“Gak gerak dia.”

“Ngebug kali pake Indihome.”

“Gue Indihome dirumah lancar kok anying.”

“Si Mark kemana su? Ngikut ngelag apa?” Lucas balik lagi ke discord, dan ngeliat Mark udah remes-remes pantat Haechan sambil mereka berdua lagi saling lumat.

“Oanjing!” Pantat Haechan lebar banget di kamera, soalnya posisinya bener-bener depan monitor.

“MARK WOY!”

“DENGER GAK SIH JAMAL?”

*“DIH BANGSAT MALAH NGEWE.”

Mark gak peduliin teriakan temen-temennya yang mulai ngedumel. Tangannya malah nurunin celana Haechan, abis itu jari telunjuknya dia masukin ke dalam lubang berkedut itu.

Mark muter kursinya jadi menyamping. Karena ia tak mau teman-temannya melihat aset berharga tepat depan kamera, dan malahan sekarang lebih keliatan jelas kalau dua insan ini sedang bertukar liur.

Lelaki setengah bule itu mulai mengarahkan penisnya pada lubang Haechan setelah melakukan pemanasan.

“Anghhh! Nghhh...” Desahan Haechan terdengar jelas saat Mark mulai menggenjotnya penisnya.

Dibantu oleh Haechan dipangkuan Mark yang bergerak dari arah berlawanan sehingga membuat penis kekasihnya semakin tertanam didalam sana.

“Pelaninnn dikit ayyyyh!!!! Ahh!” Dan saat itu lah prostat Haechan berhasil Mark temui dan ditumbuk dengan kuat.

Saat Haechan sibuk menaik turunkan tubuhnya dan tidak berhenti mendesah, Mark tentu tidak menyia-nyiakan puting Haechan yang sedari tadi belum dijamah.

Tangannya mencubit, sesekali memelintir bagian tegang di dada sang submissive. Lidahnya melakukan gerakan memutar tepat di bagian sensitif itu membuat yang lebih muda membusungkan dadanya meminta lebih. Tangan Haechan menahan Mark, mengisyaratkan agar kekasih tampannya itu tidak melepas hisapan nikmat itu.

“AKHLAKLESS BANGET LO MARK ANYING!”

“BUBARIN DULU INI WOY!”

“Tinggal keluar sendiri, apa susahnya?” Ujar Mark tenang sambil melihat teman-temannya. Dirinya yang sedang menyusu pada sang kekasih memberi tatapan mengejek pada orang-orang yang melihat kegiatan panas mereka.

“Markhhh jangan digigit hhhhh!... Sakithhhh...” Bokong sintal Haechan bergerak di atas Mark dengan indah. Karena Haechan ini cukup berisi, jadi setiap kali bokongnya bertemu dengan paha Mark memberikan kesan membal.

“Aghhh dikit lagi Chan! Shhhhh....” Dan beberapa tusukan terakhir, Mark menyemburkan cairan semen nya di dalam lubang Haechan sedangkan pemuda di hadapannya sibuk mengatur napasnya.

Mark menutup lubang Haechan dengan jarinya agar spermanya tidak menetes keluar. Lalu ia menurunkan kembali kaos Haechan yang tersingkap guna menutupi dada semok nan mulus itu.

“Ngapain kalian masih disitu nyet?!” Tanya Mark saat Jeno dan Lucas masih berada disana dalam arti lain mereka menonton pergumulan pana yang dilakukannya dengan Haechan.

“Coli lah anjing, apalagi!” Ucap Lucas yang dadanya naik turun, dia barusan juga abis pelepasan.

Sedangkan Jeno langsung meninggalkan room saat Jaemin tiba-tiba muncul di pintu kamarnya, barusan aja dateng.

Haechan menatap layar monitor Mark, mancari keberadaan perempuan yang tadi membuatnya kesal karena selalu berusaha caper ke pacarnya. Tapi hasilnya nihil, disana tinggal Lucas doang.

Akhirnya ia memilih bangun dari pangkuan Mark dan berjalan ke arah tempat tidur yang terletak tak jauh dari sana dengan sisa tenaganya.

“Haechan...” Mark mendatangi kekasihnya yang tengah rebahan diatas kasur terbalut selimut. “Udah tidur kah?”

“Mmm napa?...” Jawab si manis dengan suara seraknya.

Mark menyusul Haechan naik ke tempat tidur, merebahkan dirinya tepat disamping kekasihnya. Tangan nakalnya mulai beraksi lagi. Kini ia yang berusaha menggoda Haechan.

“Jangan tidur dulu lah...”

“Capek gue, Mark.”

Tangan Mark naik ke dada Haechan untuk memijat dan meremas bagian yang cukup berisi itu.

“Mau susu ay...”

“Ambil sana dii kulkas lo, tadi banyak gue liat.”

“Bukan yang itu ay... Susu yang ini lohhh...” Mark memainkan puting Haechan dari luar kaos. “Pengen nenen...”

Haechan yang mengerti rengekan pacarnya langsung merubah posisinya jadi terlentang, lalu menaikkan kaosnya higga putingnya yang masih membengkak kembali terlihat.

Langsung aja Mark meraup nipple kesukaannya itu. Bak bayi yang kehausan, Mark menghisap puting itu dengan semangat. Tangan yang satunya meremas bagian dada lainnya, pikirnya mungkin dada Haechan lama-lama bakal tambah muncul.

Kalo diinget lagi, waktu pertama kali sama yang ini, dada Haechan sekarang lebih berisi. Mungkin karena faktor Mark yang ngasih makan terus sama serung di isepin kalo Haechan nginep.

“Pelan-pelan Mark, gue gak kemana-mana.” Beneran rakus banget manusia yang satu ini. Padahal gak akan ada orang yang bakal bisa megangin dada Haechan selain dia.

“Gak bakal keluar susu mau lo isepin kuat-kuat pun.” Haechan mengelus rambut hitam Mark. Sungguh, kalau Mark sedang mode manja seperti ini membuat yang lebih tua terlihat menggemaskan.

Sekarang Mark udah beneran kayak anak kecil minta nyusu sama ibunya. Kalo udah bosen sama kanan, pindah lagi sebelah kiri—atau enggak pondah ke belakang bawah.

Gitu aja terus sampe Mark bosen. Kalo udahan, dia juga bakal berhenti sendiri kok. Haechan juga gak keberatan. Enak juga dadanya digituin. Perih kalo Mark gigit, terus geli kalo dijilatin.

“Sambil nonton film mau gak Chan?”

[ Fin . ]

🔞 tw// bxb, not safe for work, smut, frontal, harsh words, public sex? (on call), oral sex, flirting

Haechan berjalan ke arah kekasihnya yang sedang asik bermain game itu. Celana panjangnya sudah ia lepas tadi dengan alasan gerah—menyisakan celana pendek yang memperlihatkan paha tan seksinya.

Bahkan saat pemuda itu sudah berdiri di belakang kursi Mark, yang lebih tua sama sekali tidak menyadari dan masih asik mengobrol ria bersama teman-temannya.

“Gue tadi main ketemu bocil anjing.”

“Dimana?”

“Marah-marah gak jelas, dikatain anak lonte padahal gue kan gak punya emak hahahaha...”

“Kencing aja masih belom lurus anjg, sok-sokan jagoan babi.”

Haechan dapat mendengar teman-teman Mark berinteraksi satu sama lain. Ia pernah bertemu salah satu, namanya Lucas. Mark kalo berdiri sebelah Lucas keliatan uke soalnya badan nya tuh tinggi besar kayak kingkong (menurut Haechan).

Lelaki manis itu menyingkirkan tangan Mark agar ia bisa duduk di pangkuan kekasihnya. Posisi Haechan membelakangi komputer, sedangkan Mark membenarkan posisi duduk Haechan lalu melanjutkan game online nya.

“Mark, dingin...” Haechan.

“Gedein aja AC nya, remotnya disitu tuh.” Tunjuk nakas di samping tempat tidur menggunakan dagunya.

Tidak menggubris ucapannya, si manis malah memeluk leher Mark dengan posesif sambil menghirup aroma shampoo yang Mark pakai.

Tadi habis mandi, jadi tubuhnya kini sudah wangi menjadikan Haechan betah menghirup aroma maskulin leher Mark—dengan seduktif.

Tapi lelaki Agustus itu sama sekali tidak terganggu. Ia malah semakin semangat bermain game, bercanda ria bersama kawan-kawannya.

“Eh ada musung njir ada musuh!!”

“Mana mana???”

“Gue gak liat njir, bentar gue lupa pake kacamata fak!”

“Aaaaaa aku ketembak tolongggg~”

Mark berhasil melumpuhkan musuh-musuh yang menembaki squad nya. Lalu ia membantu teman-temannya yang knock down.

“Mark aku gak ada first aid kit, kamu ada gakkk?” Suara perempuan itu ada lagi, dan terdengar sangat menjengkelkan bagi Haechan.

Helloooo.... Teman teman yang ikut bermain masih banyak, kenapa ia terus meminta peralatan pada Mark.

“Fel, nih nih gue ada nih!”

“Gak usah Jen, ini aku udah dapet dari Mark.”

“Owh... Ngonghey...”

Tuhkan, padahal temen yang lain punya ini malah minta ke Mark. Gak cuma sekali, Haechan udah denger berkali-kali bahkan juga saat perempuan itu menanyakan hal-hal yang out of topics bahkan lebih mengarah ke pembicaraan pribadi.

Hah?

Daripada mikirin, mending Haechan balik ngedusel sama Mark. Dia gak bohong, kamar Mark sekarang emang dingin banget. Gak tau AC nya disetel berapa sama Mark, yang pasti ia merasa tangannya hampir beku.

Guna menghangatkan, Haechan memasukkan tangannya kedalam hoodie kekasihnya, merasakan hangat tubuh sang kekasih yang membuatnya rileks.

Haechan terus membelai perut atletis Mark, mencari kehangatan disana. “Ay, boseeennn...” Yang lebih tua mulai merengek di ceruk leher Mark.

“Gue lagi main game, kan udah gue bilang tadi.” Ucap Mark ketus, sama sekali tidak beralih dari komputernya.

“Itu siapa anying nemplokin si Mark?” Tanya salah seorang teman Mark yang lain, namanya Jeno.

*“Mana? Siapa?**

“Siapa njir—LAH IYA?! MARK ITU SI ECHAN NGAPAIN???” Lucas mulai berteriak saat kembali ke discord, mendapatkan Mark yang sedang ditempeli seseorang.

Iya, mereka main game nya sambil buka kamera.

“Nape lu, iri? Cari pacar makanya.” Ujar Mark santai, tangannya menepuk-nepuk bokong sintal kekasihnya.

“Kalo pacar gue mah gak usah diraguin, noh si Luke kagak jelas jalan idupnya.”

“Bah kesian anak pak RT digantungin sama kak Jungwoo diningrat.”

“Diningrat kas, mundur deh lu su daripada jadi gembel satu-satunya di keluarga dia.”

“Bangsad ye lu pada.”

Sebenarnya Haechan terhibur dengan teman-teman Mark yang kelakuannya sangat random itu, apalagi Lucas. Tapi tetap, ia bosan sekali walau hanya bergelayutan dengan Mark.

Ingin sekali Haechan menghancurkan komputer sialan itu dengan tendangan maut nya. Terima kasih pada kakaknya, Johnny yang telah membekali Haechan dengan muay thai. Tapi tidak, pemuda itu tidak mungkin merusak komputer Mark, yang ada dia cari mati dengan Mark.

Haechan lebih memilih cara lain, cara yang lebih lembut—mungkin?

Ia punya banyak cara untuk mendapatkan perhatian Mark. Sangat banyak, namun ada satu yang paling ampuh dari yang lainnya.

Haechan menggigit perpotongan leher Mark lalu menjilatnya. Tangan tidak tinggal diam, ia masukkan lagi ke dalam hoodie Mark, jari telunjuknya mengikuti bentuk perpotongan abs yang membuat si gamers geli.

“Markhhh... Sayanghh...” Haechan memberikan desahan tepat di telinga Mark. Biasanya dengan itu adik kecil Mark terbangun dari tidurnya.

Tapi ternyata tidak. Mark masih fokus dengan game nya, seperti tidak terganggu sama sekali.

“Ay mau cium...”

Chup

Satu kecupan mendarat tepat di bibir Haechan. Tapi hanya kecupan singkat, tidak lebih. Itu membuat si manis jadi merengut sedih.

Ia mau cium dalam arti ciuman dengan lumatan, hisapan, jilatan, bukan kecupan singkat biasa.

“Markhhhh.... Gue sange nghhh....” Ujar Haechan menggoda Mark lagi, kali ini sambil menggerakkan bokongnya hingga penis keduanya saling menggesek.

Gak tau ada apa sama pendeteksi rangsangnya Mark, dia bener-bener kayak biasa aja dan fokus sama game nya. Padahal Haechan udah gesek-gesek pantat semok nya, tapi tetep gak ampuh.

“Mhhhh...” Haechan akhirnya menarik tengkuk Mark mengajaknya ke dalam ciuman panas.

“Apasih Chan?!”

“Ngewe hayoook...”

“Lagi gak mood gue.”

Beuh! Tumben-tumbenan nih Mark begini. Iya sih, bener kalo kombinasi Mark tambah game itu berbahaya, tapi kalo gini yang ada Haechan males ladenin Mark lain kali.

“Awas aja lu, gak gue belai dua bulan.” Ucap Haechan dalam hati penuh dendam.

Dia masih gesek-gesek, sekalian naik turunin pantatnya yang masih pake celana.

Kan! Sekarang malah Haechan yang basah. Apes banget, padahal niat dia godain Mark, tapi dia yang pertama kena.

Tapi gak boong, kalo gesek-gesekan sama punya nya Mark itu enak banget. Walaupun masih dibalut celana, Haechan masih bisa ngerasain penisnya karena ukurannya bisa dibilang WOW!

Tapi gak lama setelah itu...

“Mark, titit lo tegang.”

“Napa? Mau nyepongin?”

Haechan menjawab nya hanya dengan mengangguk lucu layaknya anak kecil yang senang diberi permen.

Mark ngeluarin adek kecil dia dari celananya. Gak perlu susah-susah buka resleting, soalnya Mark pake celana rumahan yang pinggang karet biasa.

Pertama, Haechan bangun dari pangkuan Mark dan berpindah ke bagian bawah meja. Sekarang wajah Haechan tepat berhadapan dengan penis Mark yang sudah ereksi.

Lelaki manis itu menjilat pangkal penis besar itu sebagai pemanasan. Perlahan mulai memasukannya kedalam mulut, dan dikeluarkan lagi sambil bibir tebal Haechan menekan kulit penis Mark.

Mark sesekali melihat ke arah selatannya. Haechan juga menatap dirinya dengan sensual sambil memainkan lidahnya, terlihat seksi sampai membuat dirinya mengerang rendah.

Mark cuma nikmatin. Toh main game sambil adeknya dimanjain sama pacar ternyata bukan ide buruk. Tangannya mengelus surai Haechan lalu turun ke tengkuk seakan memberi tahu, “good boy...”

“Tinggal berapa orang lagi weh?”

“Bentar... Satu squad lagi, tinggal tiga tapi, satu orang knock, gas ini mah!” Jeno bersemangat. Ya mereka masih satu squad lengkap, dan yakin soal kemenangan yang hampir didepan mata.

“Mark jangan jauh-jauh dong... Aku takut...”

“Akh!” Mark merasa penisnya digigit. Ia menatap tajam Haechan sedangkan yang lebih muda hanya memutar bola matanya malas.

“Mark, kamu kenapa? Tadi kayaj teriak gitu???”

“E-enggak papa kok, hehehe...”

“Inggik kik gipipi...hihihi...” Ejek Haechan dalam hati. Ia semakin liar. Deep throat yang membuat penis Mark menyentuh pangkal tenggorokan Haechan. Saat merasa sudah agak pegal, ia mengeluarkan setengah dan mengocok sisanya dengan tangan. Sesekali twins ball si Mark juga dia mainin.

“Satu lagi itu satu lagi di atas rumah!”

“Rumah yang mana kas???”

“Depan lo tuh Mark, masuk Mark!”

Karena musuh tinggal satu orang, ditambah orang itu dikepung sama squad nya Mark, beberapa saat kemudian terdengar suara tembakan dan muncul logo kemenangan berbarengan dengan pelepasan Mark di mulut Haechan.

“Tuh orang tadi ngapain njir? Ngakak.”

“Gak gerak dia.”

“Ngebug kali pake Indihome.”

“Gue Indihome dirumah lancar kok anying.”

“Si Mark kemana su? Ngikut ngelag apa?” Lucas balik lagi ke discord, dan ngeliat Mark udah remes-remes pantat Haechan sambil mereka berdua lagi saling lumat.

“Oanjing!” Pantat Haechan lebar banget di kamera, soalnya posisinya bener-bener depan monitor.

“MARK WOY!”

“DENGER GAK SIH JAMAL?”

*“DIH BANGSAT MALAH NGEWE.”

Mark gak peduliin teriakan temen-temennya yang mulai ngedumel. Tangannya malah nurunin celana Haechan, abis itu jari telunjuknya dia masukin ke dalam lubang berkedut itu.

Mark muter kursinya jadi menyamping. Karena ia tak mau teman-temannya melihat aset berharga tepat depan kamera, dan malahan sekarang lebih keliatan jelas kalau dua insan ini sedang bertukar liur.

Lelaki setengah bule itu mulai mengarahkan penisnya pada lubang Haechan setelah melakukan pemanasan.

“Anghhh! Nghhh...” Desahan Haechan terdengar jelas saat Mark mulai menggenjotnya penisnya.

Dibantu oleh Haechan dipangkuan Mark yang bergerak dari arah berlawanan sehingga membuat penis kekasihnya semakin tertanam didalam sana.

“Pelaninnn dikit ayyyyh!!!! Ahh!” Dan saat itu lah prostat Haechan berhasil Mark temui dan ditumbuk dengan kuat.

Saat Haechan sibuk menaik turunkan tubuhnya dan tidak berhenti mendesah, Mark tentu tidak menyia-nyiakan puting Haechan yang sedari tadi belum dijamah.

Tangannya mencubit, sesekali memelintir bagian tegang di dada sang submissive. Lidahnya melakukan gerakan memutar tepat di bagian sensitif itu membuat yang lebih muda membusungkan dadanya meminta lebih. Tangan Haechan menahan Mark, mengisyaratkan agar kekasih tampannya itu tidak melepas hisapan nikmat itu.

“AKHLAKLESS BANGET LO MARK ANYING!”

“BUBARIN DULU INI WOY!”

“Tinggal keluar sendiri, apa susahnya?” Ujar Mark tenang sambil melihat teman-temannya. Dirinya yang sedang menyusu pada sang kekasih memberi tatapan mengejek pada orang-orang yang melihat kegiatan panas mereka.

“Markhhh jangan digigit hhhhh!... Sakithhhh...” Bokong sintal Haechan bergerak di atas Mark dengan indah. Karena Haechan ini cukup berisi, jadi setiap kali bokongnya bertemu dengan paha Mark memberikan kesan membal.

“Aghhh dikit lagi Chan! Shhhhh....” Dan beberapa tusukan terakhir, Mark menyemburkan cairan semen nya di dalam lubang Haechan sedangkan pemuda di hadapannya sibuk mengatur napasnya.

Mark menutup lubang Haechan dengan jarinya agar spermanya tidak menetes keluar. Lalu ia menurunkan kembali kaos Haechan yang tersingkap guna menutupi dada semok nan mulus itu.

“Ngapain kalian masih disitu nyet?!” Tanya Mark saat Jeno dan Lucas masih berada disana dalam arti lain mereka menonton pergumulan pana yang dilakukannya dengan Haechan.

“Coli lah anjing, apalagi!” Ucap Lucas yang dadanya naik turun, dia barusan juga abis pelepasan.

Sedangkan Jeno langsung meninggalkan room saat Jaemin tiba-tiba muncul di pintu kamarnya, barusan aja dateng.

Haechan menatap layar monitor Mark, mancari keberadaan perempuan yang tadi membuatnya kesal karena selalu berusaha caper ke pacarnya. Tapi hasilnya nihil, disana tinggal Lucas doang.

Akhirnya ia memilih bangun dari pangkuan Mark dan berjalan ke arah tempat tidur yang terletak tak jauh dari sana dengan sisa tenaganya.

“Haechan...” Mark mendatangi kekasihnya yang tengah rebahan diatas kasur terbalut selimut. “Udah tidur kah?”

“Mmm napa?...” Jawab si manis dengan suara seraknya.

Mark menyusul Haechan naik ke tempat tidur, merebahkan dirinya tepat disamping kekasihnya. Tangan nakalnya mulai beraksi lagi. Kini ia yang berusaha menggoda Haechan.

“Jangan tidur dulu lah...”

“Capek gue, Mark.”

Tangan Mark naik ke dada Haechan untuk memijat dan meremas bagian yang cukup berisi itu.

“Mau susu ay...”

“Ambil sana dii kulkas lo, tadi banyak gue liat.”

“Bukan yang itu ay... Susu yang ini lohhh...” Mark memainkan puting Haechan dari luar kaos. “Pengen nenen...”

Haechan yang mengerti rengekan pacarnya langsung merubah posisinya jadi terlentang, lalu menaikkan kaosnya higga putingnya yang masih membengkak kembali terlihat.

Langsung aja Mark meraup nipple kesukaannya itu. Bak bayi yang kehausan, Mark menghisap puting itu dengan semangat. Tangan yang satunya meremas bagian dada lainnya, pikirnya mungkin dada Haechan lama-lama bakal tambah muncul.

Kalo diinget lagi, waktu pertama kali sama yang ini, dada Haechan sekarang lebih berisi. Mungkin karena faktor Mark yang ngasih makan terus sama serung di isepin kalo Haechan nginep.

“Pelan-pelan Mark, gue gak kemana-mana.” Beneran rakus banget manusia yang satu ini. Padahal gak akan ada orang yang bakal bisa megangin dada Haechan selain dia.

“Gak bakal keluar susu mau lo isepin kuat-kuat pun.” Haechan mengelus rambut hitam Mark. Sungguh, kalau Mark sedang mode manja seperti ini membuat yang lebih tua terlihat menggemaskan.

Sekarang Mark udah beneran kayak anak kecil minta nyusu sama ibunya. Kalo udah bosen sama kanan, pindah lagi sebelah kiri—atau enggak pondah ke belakang bawah.

Gitu aja terus sampe Mark bosen. Kalo udahan, dia juga bakal berhenti sendiri kok. Haechan juga gak keberatan. Enak juga dadanya digituin. Perih kalo Mark gigit, terus geli kalo dijilatin.

“Sambil nonton film mau gak Chan?”

##[ Fin . ]

Blow (short)

NSFW, Foreplay, Kinda dirty, BXB 🔞

Jeno masuk kedalam dorm. Ia baru saja pulang dari tempat olahraga nya. Kini lelaki pemilik eye smile itu merasa dirinya sangat membutuhkan istirahat sehabis mengeluarkan banyak tenaga serta keringatnya.

Demi membentuk perut atletisnya, Jeno melakukannya. Bukan karena apa-apa, ia adalah seorang idol dan tubuhnya butuh melakukan sesuatu demi menjaga bentuk six pack nya.

Selain kewajibannya sebagai seorang idol, Jeno juga memiliki kewajiban sebagai seorang kekasih.

Kekasih bagi Na Jaemin.

Ah, suatu saat nanti ia akan merubah marga “Na” itu dengan marganya. Itu baru niat, tapi ia sudah menaruh keseriusan dalam niat itu.

“Nana...” Nama itu yang pertama kali Jeno ucapkan saat masuk kedalam dorm. Tetapi anehnya Jeno tak menemukan nana-nya disana. Padahal beberapa jam sebelum Jeno pergi ke tempat gym, lelaki manis itu berkata bahwa ia akan stay di dorm hingga Jeno pulang.

“Apa?” Suara datar muncul dari arah belakangnya. Itu Na Jaemin membawa segelas air yang ia ambil dari dapur, masuk melewati Jeno yang masih berdiri dekat pintu.

“Gak, aku kira kamu pergi kemana.” Saking capeknya, Jeno langsung masuk ke kamar tanpa memperhatikan sekitarnya, dan tanpa ia sadari bahwa Jaemin tadi sedang berada di dapur.

Jaemin naik ke tempat tidurnya setelah meminum beberapa teguk air putih lalu meletakkan gelas bening itu di atas meja.

Dengan begitu saja, ia merebahkan tubuhnya diatas kasur dengan posisi random, yang penting tubuhnya menerima posisinya. Gerakan acak membuat kaos hitamnya sedikit tersingkap hingga memperlihatkan pinggang ramping—salah satu bagian favorit Jeno, tapi sayangnya lelaki itu tidak melihatnya.

“Jeno, kamu gak capek?” Tanya Jaemin malas saat melihat Jeno duduk di bangku gaming nya dan malah menghidupkan komputer kesayangannya.

“Sebentar aja Na.” Jaemin tahu betul bahwa kekasihnya itu kecanduan bermain game khususnya di komputer.

Komputer kesayangan + hobi bermain game, itulah mengapa Jeno betah duduk disana.

Bangun dari tempat tidur, Jaemin menyeret kakinya yang sedang tidak mood berjalan ke arah Jeno. Tanpa berkata-kata, lelaki itu mengangkat kakinya hingga bokongnya terduduk diatas paha Jeno.

Gerakan tiba-tiba itu tentu membuat Jeno keheranan. Reflek, tangan Jeno menahan pinggang ramping Jaemin.

“Chenle bilang, tadi kamu nge gym sambil buka baju? Itu bener?” Jaemin mematikan komputer Jeno lanjut menatap mata dang kekasih dengan lekat.

“Iya, soalnya gerah.”

“Bangga banget gitu pamerin badan kamu?”

“Iya dong! Udah aku bentuk susah payah, sayang kalo gak dipamerin.” Ucap Jeno santai. Tangannya terangkat merapihkan surai hitam kekasihnya yang agak berantakan.

“Udah dipamerin di konser waktu itu, masih belim puas bikin fans menjerit gitu?”

“Belom.”

Jaemin memberikan tatapan malas lagi, dan lebih memilih bangkit daripada melihat muka menyebalkan Jeno yang kini tengah menyengir.

“Kenapa? Iri aset kamu diumbar-umbar?” Sebelum Jaemin pergi, Jeno sudah lebih dulu menahannya.

“Bayangin kamu keringetan, lagi nge gym, terus ada mata centil yang liatin kamu terus. Iya aku iri kalo pemandangan kayak gitu malah didapetin sama jalang.”

Dengan cekatan, Jeno meraup bibir merah plum yang sudah melontarkan satu kata kasar. “Mulutnya gak dijaga, harus dihukum.” Sang dominan kembali menyerang bibir Jaemin namun kali ini lebih kasar.

Dengan berani Jeno langsung melesatkannya benda tak bertulang miliknya kedalam mulut Jaemin yang tentu disambut oleh sang submissive.

Yang lebih tua melepaskan lumatannya saat dirasa Jaemin mulai terengah-engah dengan kegiatan mereka.

Jaemin mencari sesuatu di meja itu. Setelah menemukannya, Jaemin mengambil hp miliknya, menyalakan sebuah lagu yang langsung terhubung oleh speaker bluetooth yang ia beli waktu itu. Volumenya ia tambah guna menyamarkan suara yang akan terjadi berikutnya.

Itulah salah satu guna speaker.

“Makin rajin ya sekarang nge gym nya.” Jaemin memasukan tangannya kedalam baju kaos Jeno, menyingkap lalu menyentuh perut atletis itu dengan sensual.

“Sebentar lagi kita mau photoshoot, aku harus keliatan bagus dong nanti. Kamu bersyukur punya pacar kayak aku.” Tangan Jeno ikut bergerak, mengelus punggung mulus Jaemin membuat lelaki tampan namun manis itu melengkungkan tubuhnya.

“Harusnya cuma aku yang bisa liat, tapi karena kamu juga punya fans—”

“Mereka cuma liat, sedangkan kamu bisa naro tangan kamu disini, Na Jaemin.” Ucap Jeno menuntun jari-jari lentik Jaemin menelusuri dada hingga turun ke bagian bawah pusarnya. “Kamu beruntung Na Jaemin, kamu punya aku sebaliknya juga aku punya kamu.” Jeno meremas dada Jaemin saat tangan satunya mencapai salah satu bagian sensitif si manis.

“Mhhhh...”

Calling my name You cannot blame me For trying to be cautious Now we're in too deep Can't fall asleep

Jeno kembali mendaratkan bibirnya diatas bibir manis Jaemin saat mulut itu mulai mengeluarkan desahan kecil.

Hal kecil yang sangat berpengaruh bagi seorang Lee Jeno. Libido lelaki itu meningkat kala Jaemin mulai mengangkat kaos nya hingga terlepas, memaparkan lekuk tubuh atletis yang sangat menggoda.

Pundak dan dada yang bidang sungguh menghipnotis.

Menggigit bibir, akhirnya sang kelinci manis merasakan birahinya ikut menaik pesat, seperti termometer yang diletakkan di dekat api.

Lee Jeno adalah apinya.

Lelaki itu bisa dengan mudah membangunkan napsu siapapun yang melihat tubuh kekarnya, maka dari itu Jaemin sangat posesif soal kelebihan kekasihnya yang cukup menyusahkan tapi tetap menggairahkan.

Kepala Jaemin turun ke leher Jeno. Memberikan sebuah cupangan sebagai tanda cintanya berupa ruam kemerahan. Membekas di leher Jeno, layaknya karya seni yang dibuat Na jaemin.

Tak perduli dengan cucuran keringat Jeno. Gila memang, tapi jujur ia sangat menikmatinya.

Jeno mengecup tangan Jaemin yang menangkring di pundaknya hingga lengan. Lidahnya menyapu basah permukaan leher jenjang sang submissive.

Ia berikan tiupan kecil di bagian itu memberikan kesan menggelikan sekaligus sejuk karena jilatan sebelumnya.

Tubuh Jaemin bergetar hebat saat Jeno memilin nipple nya yang kini sudah terpampang karena bajunya juga ikut terangkat, ulah Lee Jeno.

“Anghhhhh...shhhh...” Meremas rambut Jeno guna menyalurkan kenikmatannya, sedangkan satunya mengeluarkan kejantanan yang sudah sesak didalam sana.

“Jenhhh...ahh!”

Jaemin kalah.

Jaemin kalah saat sudah dibawah kendali sang dominan. Ia tak bisa menolak. Kini tubuhnya seperti kutub yang berbeda membuat ia dan Jeno seakan menarik satu sama lain.

Jeno ikut mengeluarkan kejantanannya. Batang besar itu mengacung bebas sekaligus minta dimanjakan.

Jeno menuntun tangan Jaemin agar mempersatukan kedua penis mereka, lalu mengocoknya secara bersamaan.

Jaemin dibuat frustasi oleh gerakannya sendiri. Sang dominan sibuk memainkan nipple sebesar biji kacang yang sudah menegang itu dengan ibu jarinya, mulutnya terus memberikan tiupan sensual di setiap bagian jenjang leher kekasihnya.

“T-tolong nghh... Jenoohhh...” Ia tak bisa mengerjakan tangannya lebih lama. Tenaganya terkuras saat menerima rangsangan Jeno.

Akhirnya tangan kekar Jeno turut serta dalam menggerakkan jari naik turun pada kejantanannya.

“Mhhhh... Ooohhhh Jenhhh—” Jaemin mendongak, tangan yang berada dalam kocokan terus digerakkan oleh Jeno agar mereka mengocok bersama-sama.

Jika saja diletakan alat pengukur suhu disana, bisa mengukur seberapa panasnya ruangan itu karena ulah dua anak adam yang sedang kalut dengan napsu masing-masing namun saling membutuhkan.

Jaemin menggesekkan bokongnya di paha Jeno, membuat penis keduanya juga ikut tergesek satu sama lain. Keduanya mendesahkan nama orang dihadapan, sambil terus bergerak hingga mencapai titik itu.

“Cum! Cum! Jennhhh ahhh....”

Keduanya mencapai putihnya secara bersamaan seperti detak jantung mereka yang berdetak dengan ritme yang sama.

Sperma keduanya tercampur, penis mereka masih bertemu, tangan Jaemin dan Jeno kotor karena pelepasan mereka sendiri.

Jeno mengarahkan tangannya pada mulut Jaemin dan memasukkan ketiga jari tertengahnya.

Jaemin yang disuguhi, langsung menghisap dan menjilat jari-jari penuh sperma itu layaknya es krim. Sedangkan yang lebih tua sibuk meraup nipple Jaemin yang mulai membengkak.

It's foreplay, baby...

Your hands around my heart, you're in control You're the only one I keep so close Cause no other love has ever felt right

Mereka akan mengambil beberapa speaker lagi, dengan lagu “lights out” mengalun setelah lagu pertama selesai.

Mereka perlu menutupi suara yang lebih besar.

[ Fin .]

#Blow

NSFW, Foreplay, Kinda dirty, BXB 🔞

Jeno masuk kedalam dorm. Ia baru saja pulang dari tempat olahraga nya. Kini lelaki pemilik eye smile itu merasa dirinya sangat membutuhkan istirahat sehabis mengeluarkan banyak tenaga serta keringatnya.

Demi membentuk perut atletisnya, Jeno melakukannya. Bukan karena apa-apa, ia adalah seorang idol dan tubuhnya butuh melakukan sesuatu demi menjaga bentuk six pack nya.

Selain kewajibannya sebagai seorang idol, Jeno juga memiliki kewajiban sebagai seorang kekasih.

Kekasih bagi Na Jaemin.

Ah, suatu saat nanti ia akan merubah marga “Na” itu dengan marganya. Itu baru niat, tapi ia sudah menaruh keseriusan dalam niat itu.

“Nana...” Nama itu yang pertama kali Jeno ucapkan saat masuk kedalam dorm. Tetapi anehnya Jeno tak menemukan nana-nya disana. Padahal beberapa jam sebelum Jeno pergi ke tempat gym, lelaki manis itu berkata bahwa ia akan stay di dorm hingga Jeno pulang.

“Apa?” Suara datar muncul dari arah belakangnya. Itu Na Jaemin membawa segelas air yang ia ambil dari dapur, masuk melewati Jeno yang masih berdiri dekat pintu.

“Gak, aku kira kamu pergi kemana.” Saking capeknya, Jeno langsung masuk ke kamar tanpa memperhatikan sekitarnya, dan tanpa ia sadari bahwa Jaemin tadi sedang berada di dapur.

Jaemin naik ke tempat tidurnya setelah meminum beberapa teguk air putih lalu meletakkan gelas bening itu di atas meja.

Dengan begitu saja, ia merebahkan tubuhnya diatas kasur dengan posisi random, yang penting tubuhnya menerima posisinya. Gerakan acak membuat kaos hitamnya sedikit tersingkap hingga memperlihatkan pinggang ramping—salah satu bagian favorit Jeno, tapi sayangnya lelaki itu tidak melihatnya.

“Jeno, kamu gak capek?” Tanya Jaemin malas saat melihat Jeno duduk di bangku gaming nya dan malah menghidupkan komputer kesayangannya.

“Sebentar aja Na.” Jaemin tahu betul bahwa kekasihnya itu kecanduan bermain game khususnya di komputer.

Komputer kesayangan + hobi bermain game, itulah mengapa Jeno betah duduk disana.

Bangun dari tempat tidur, Jaemin menyeret kakinya yang sedang tidak mood berjalan ke arah Jeno. Tanpa berkata-kata, lelaki itu mengangkat kakinya hingga bokongnya terduduk diatas paha Jeno.

Gerakan tiba-tiba itu tentu membuat Jeno keheranan. Reflek, tangan Jeno menahan pinggang ramping Jaemin.

“Chenle bilang, tadi kamu nge gym sambil buka baju? Itu bener?” Jaemin mematikan komputer Jeno lanjut menatap mata dang kekasih dengan lekat.

“Iya, soalnya gerah.”

“Bangga banget gitu pamerin badan kamu?”

“Iya dong! Udah aku bentuk susah payah, sayang kalo gak dipamerin.” Ucap Jeno santai. Tangannya terangkat merapihkan surai hitam kekasihnya yang agak berantakan.

“Udah dipamerin di konser waktu itu, masih belim puas bikin fans menjerit gitu?”

“Belom.”

Jaemin memberikan tatapan malas lagi, dan lebih memilih bangkit daripada melihat muka menyebalkan Jeno yang kini tengah menyengir.

“Kenapa? Iri aset kamu diumbar-umbar?” Sebelum Jaemin pergi, Jeno sudah lebih dulu menahannya.

“Bayangin kamu keringetan, lagi nge gym, terus ada mata centil yang liatin kamu terus. Iya aku iri kalo pemandangan kayak gitu malah didapetin sama jalang.”

Dengan cekatan, Jeno meraup bibir merah plum yang sudah melontarkan satu kata kasar. “Mulutnya gak dijaga, harus dihukum.” Sang dominan kembali menyerang bibir Jaemin namun kali ini lebih kasar.

Dengan berani Jeno langsung melesatkannya benda tak bertulang miliknya kedalam mulut Jaemin yang tentu disambut oleh sang submissive.

Yang lebih tua melepaskan lumatannya saat dirasa Jaemin mulai terengah-engah dengan kegiatan mereka.

Jaemin mencari sesuatu di meja itu. Setelah menemukannya, Jaemin mengambil hp miliknya, menyalakan sebuah lagu yang langsung terhubung oleh speaker bluetooth yang ia beli waktu itu. Volumenya ia tambah guna menyamarkan suara yang akan terjadi berikutnya.

Itulah salah satu guna speaker.

“Makin rajin ya sekarang nge gym nya.” Jaemin memasukan tangannya kedalam baju kaos Jeno, menyingkap lalu menyentuh perut atletis itu dengan sensual.

“Sebentar lagi kita mau photoshoot, aku harus keliatan bagus dong nanti. Kamu bersyukur punya pacar kayak aku.” Tangan Jeno ikut bergerak, mengelus punggung mulus Jaemin membuat lelaki tampan namun manis itu melengkungkan tubuhnya.

“Harusnya cuma aku yang bisa liat, tapi karena kamu juga punya fans—”

“Mereka cuma liat, sedangkan kamu bisa naro tangan kamu disini, Na Jaemin.” Ucap Jeno menuntun jari-jari lentik Jaemin menelusuri dada hingga turun ke bagian bawah pusarnya. “Kamu beruntung Na Jaemin, kamu punya aku sebaliknya juga aku punya kamu.” Jeno meremas dada Jaemin saat tangan satunya mencapai salah satu bagian sensitif si manis.

“Mhhhh...”

Calling my name You cannot blame me For trying to be cautious Now we're in too deep Can't fall asleep

Jeno kembali mendaratkan bibirnya diatas bibir manis Jaemin saat mulut itu mulai mengeluarkan desahan kecil.

Hal kecil yang sangat berpengaruh bagi seorang Lee Jeno. Libido lelaki itu meningkat kala Jaemin mulai mengangkat kaos nya hingga terlepas, memaparkan lekuk tubuh atletis yang sangat menggoda.

Pundak dan dada yang bidang sungguh menghipnotis.

Menggigit bibir, akhirnya sang kelinci manis merasakan birahinya ikut menaik pesat, seperti termometer yang diletakkan di dekat api.

Lee Jeno adalah apinya.

Lelaki itu bisa dengan mudah membangunkan napsu siapapun yang melihat tubuh kekarnya, maka dari itu Jaemin sangat posesif soal kelebihan kekasihnya yang cukup menyusahkan tapi tetap menggairahkan.

Kepala Jaemin turun ke leher Jeno. Memberikan sebuah cupangan sebagai tanda cintanya berupa ruam kemerahan. Membekas di leher Jeno, layaknya karya seni yang dibuat Na jaemin.

Tak perduli dengan cucuran keringat Jeno. Gila memang, tapi jujur ia sangat menikmatinya.

Jeno mengecup tangan Jaemin yang menangkring di pundaknya hingga lengan. Lidahnya menyapu basah permukaan leher jenjang sang submissive.

Ia berikan tiupan kecil di bagian itu memberikan kesan menggelikan sekaligus sejuk karena jilatan sebelumnya.

Tubuh Jaemin bergetar hebat saat Jeno memilin nipple nya yang kini sudah terpampang karena bajunya juga ikut terangkat, ulah Lee Jeno.

“Anghhhhh...shhhh...” Meremas rambut Jeno guna menyalurkan kenikmatannya, sedangkan satunya mengeluarkan kejantanan yang sudah sesak didalam sana.

“Jenhhh...ahh!”

Jaemin kalah.

Jaemin kalah saat sudah dibawah kendali sang dominan. Ia tak bisa menolak. Kini tubuhnya seperti kutub yang berbeda membuat ia dan Jeno seakan menarik satu sama lain.

Jeno ikut mengeluarkan kejantanannya. Batang besar itu mengacung bebas sekaligus minta dimanjakan.

Jeno menuntun tangan Jaemin agar mempersatukan kedua penis mereka, lalu mengocoknya secara bersamaan.

Jaemin dibuat frustasi oleh gerakannya sendiri. Sang dominan sibuk memainkan nipple sebesar biji kacang yang sudah menegang itu dengan ibu jarinya, mulutnya terus memberikan tiupan sensual di setiap bagian jenjang leher kekasihnya.

“T-tolong nghh... Jenoohhh...” Ia tak bisa mengerjakan tangannya lebih lama. Tenaganya terkuras saat menerima rangsangan Jeno.

Akhirnya tangan kekar Jeno turut serta dalam menggerakkan jari naik turun pada kejantanannya.

“Mhhhh... Ooohhhh Jenhhh—” Jaemin mendongak, tangan yang berada dalam kocokan terus digerakkan oleh Jeno agar mereka mengocok bersama-sama.

Jika saja diletakan alat pengukur suhu disana, bisa mengukur seberapa panasnya ruangan itu karena ulah dua anak adam yang sedang kalut dengan napsu masing-masing namun saling membutuhkan.

Jaemin menggesekkan bokongnya di paha Jeno, membuat penis keduanya juga ikut tergesek satu sama lain. Keduanya mendesahkan nama orang dihadapan, sambil terus bergerak hingga mencapai titik itu.

“Cum! Cum! Jennhhh ahhh....”

Keduanya mencapai putihnya secara bersamaan seperti detak jantung mereka yang berdetak dengan ritme yang sama.

Sperma keduanya tercampur, penis mereka masih bertemu, tangan Jaemin dan Jeno kotor karena pelepasan mereka sendiri.

Jeno mengarahkan tangannya pada mulut Jaemin dan memasukkan ketiga jari tertengahnya.

Jaemin yang disuguhi, langsung menghisap dan menjilat jari-jari penuh sperma itu layaknya es krim. Sedangkan yang lebih tua sibuk meraup nipple Jaemin yang mulai membengkak.

It's foreplay, baby...

Your hands around my heart, you're in control You're the only one I keep so close Cause no other love has ever felt right

Mereka akan mengambil beberapa speaker lagi, dengan lagu “lights out” mengalun setelah lagu pertama selesai.

Mereka perlu menutupi suara yang lebih besar.

[ Fin .]

Turn Him On • Sungtaro 🔞

Warning⚠️ – Marriage life – Not safe for work – Dirty sex

Duo mantu keluarga Jung, Haechan dan Jaemin sedang sibuk dengan peralatan dapur dan bahan makanan untuk membuat makan siang.

Tak hanya ada mereka berdua, ada satu lelaki lagi bernama Shotaro. Tetapi bedanya ia sedang menjemput para keponakannya dari sekolah.

Karena Jaemin dan Haechan memasak jadi Shotaro yang bertugas menjemput anak-anak hari ini.

Mereka masih tinggal dirumah Jaeyong. Kata Taeyong sih, dia masih pengen deket sama cucu-cucunya. Rumahnya toh juga gede, kalo tinggal Taeyong, Jaehyun, Beomgyu, sama David kan jadi sepi rasanya.

Suara pintu depan terbuka, terdengar suara langkah-langkah kecil dan gantungan kunci terbentur yang tergantung di tas mereka.

“Libur telah tiba, libur telah tiba, hore! Hore! Hore!...” Cucu pak Jaehyun, Logan, yang paling bawel udah teriak sambil lari ke arah bunda nya yang lagi masak.

“Haesun, itu kenapa mulut kamu kotor?” Haechan menatap bingung anaknya yang berjalan santai sambil memegang stik es krim yang sudah tidak ada apa-apa.

“Tadi udah abang bilangin jangan beli es krim tapi adek tetep aja ngotot.” Ucap si sulung, abang Haesun sambil memutar bola matanya malas.

“Adi ta bangnya agi iskon, di cun bweli. Mami kwan uga cuka ma iskon.” (Tadi kata abangnya lagi diskon, jadi Haesun beli. Mami kan juga suka sama diskon.)

“Kan udah dibilangin penjualnya tuh bohong! Dia bilang begitu biar dagangannya dibeli, gak denger sih apa kata abang!” Kesal Haejun pada adiknya yang hanya memasang raut polos sambil menjilati cokelat yang ada di bibirnya.

Haechan mah cuma bisa hela napas sama tolak pinggang kalo anak-anaknya udah berantem. “Udah-udah jangan berantem. Kan udah mami bilangin, kalo belum makan siang gak boleh makan es krim. Kalo Haesun mau es krim tinggal ambil di kulkas kan banyak. Daripada beli, mending duitnya ditabung buat beli mainan kan?”

Mendengar itu Haesun mengangguk dan meminta maaf pada mami nya.

Sedangkan si abang langsung pergi ke kamarnya buat ganti baju. Udah males dia tuh pengen cepet-cepet makan siang aja.

“Makasih ya Taro.”

Shotaro mengangguk. “Nana sama Echan masak apa? Baunya enak nih.”

“Sop ada, ayam goreng ada, kalo mau ikan juga ada, tadi ngabisin yang di kulkas soalnya. Banyak deh lumayan.”

Anak-anak yang sudah berganti pakaian dengan pakaian rumah satu persatu duduk di kursi meja makan. Dengan makanan yang sudah dihidangkan, mereka tinggal pilih mau makan yang mana.

Haejun sama Logan udah bisa makan sendiri. Kalo Haesun masih disuapin mami nya. Jaemin lagi numpuk penggorengan kotor di wastafel, Shotaro nikmatin makanan buatan kedua sahabatnya yamg sekarang udah disebut kakak ipar.

Shotaro makan sendiri. Iya, karena cucu pak Jaehyun baru tiga. Shotaro sudah hampir setahun menikah tetapi ia belum diberikan keturunan.

Selesai makan, Logan dan Haesun bermain di ruang tengah, Logan sangat senang menemani adik sepupunya. “Haesun, ayo bangun rel kereta Thomas.”

Kalau bosan tinggal pindah ke halaman belakang soalnya ada taman kecil, bisa main bola juga.

Sedangkan si sulung kembali ke kamarnya, ia lebih suka bermain sendiri, biasanya juga membaca buku atau belajar.

Shotaro memperhatikan kedua keponakannya yang sedang bermain itu. Ia terkekeh melihat bagaimana anak-anak itu bermain.

Sangat menggemaskan menurutnya. Apalagi bocah berambut cokelat ikal dengan pipi tembam nya itu selalu membuat Shotaro ingin mencubitnya gemas.

“Haesun cepet ya bisa ngomongnya.” Ucap Shotaro.

“Iya bagus lah. Kalo dulu Haejun kan susah kalo diajak ngomong, nanti kayaknya Haesun kalo udah lancar pasti gak berhenti ngomong.”

“Jadi kayak Logan ntar.”

“Biarin aja, biarin bawel, biar kayak gue.” Mereka bertiga tertawa membayangkan Haesun dan Logan yang tak berhenti mengobrol, atau nanti kalo sudah dewasa bisa diajak gibah sama para moms.

“Gemes ya...”

“Taro gak mau punya juga?”

“Hah?”

“Punya anak. Kesian Sungchan loh.”

Shotaro dan suaminya bukan karena belum saatnya punya anak, tetapi mereka pun juga belum mencoba membuatnya.

Keduanya tidak pernah berbicara ke arah situ. Mereka masih menikmati masa-masa masih berdua. Walaupun udah kewajiban Shotaro sebenernya, tapi Sungchan nya pun juga gak pernah minta.

Sekedar kecupan atau pelukan yang mereka lakukan sebelum tidur. Sama seperti jaman masih pacaran, cuma bedanya sekarang udah ganti status.

“Kenapa sih emangnya? Taro takut sama Sungchan atau gimana?”

“Bukan...”

“Terus? Emangnya kalo deket Sungchan, Taro gak ngerasain apa-apa gitu?”

“Kalo Taro pengen cium, Taro minta, kalo Taro pengen peluk, Taro juga minta, udah itu aja.”

“Yaampun itu gue sih juga pas masih jaman pacaran sama Jeno.”

“Bahkan gue pas masih jaman pacaran udah maksiat. Mark kan mesom terus bawaannya.” Heran Haechan tuh sama suaminya.

“Gara-gara lu terlalu bohay.”

“Jeno liat paha dikit, lu juga langsung digendong ke kamar, Na. Dah emang tuh orang dua kantong hormon berjalan.”

Denger obrolan kedua sahabatnya itu, Shotaro mah diem aja. Kalo denger-denger cerita dari mereka berdua, emang beda banget sama sehari-harinya.

Mereka berdua obrolannya suka ke arah situ, tapi kalo Taro diem aja soalnya gak ada pengalaman yang kayak gitu.

“Taro udah jadi istrinya Sungchan loh, udah kewajiban.”

“Sungchan pasti gak kasar kok mainnya.” Soalnya kalo dari mukanya sih keliatan anak alim banget, tapi gak tau ya kalo di ranjang gimana, kan Jaemin sama Haechan cuma memperkirakan dari tampangnya.

“Taro bukan takut, tapi...” Kalo takut, Shotaro sebenernya juga ngerasain soalnya belum pernah sama sekali. “Taro gak tau gimana cara mulainya.”

Jaemin sama Haechan liat-liatan. Sahabat mereka yang satu ini emang polos banget. Untung aja polos doang enggak bego.

“Yaa... Digoda gitu Sungchan nya.”

“Gimana caranya?”

Jaemin sama Haechan mau jelasin pun juga bingung gimana. Mereka kalo sama suami masing-masing, awalnya cuddle biasa lama-lama pasti minta lebih. Atau kalo emang udah sange banget, pasti langsung minta.

“Taro gak pernah turn on gitu?”

Turn on?

“Iya. Jadi tuh kayak Taro pengen gituan, terus bagian bawah Taro berdiri...” Jelas Jaemin dengan hati-hati.

“Gak pernah tuh.” Shotaro gak ngerti sama penjelasan Jaemin. Dia gak pernah ngerasain, apalagi sampe punya dia jadi berdiri gitu. “Emang kalian sebelum tidur ngapain?”

“Kalo Mark suka remes-remes pantat, ujung-ujungnya pasti minta lebih.”

“Kalo Jeno grepe dada mulu. Gue pengen tidur, tangannya gak bisa diem banget sumpah.” Kesal Jaemin.

“Kalo Sungchan?” Mereka menatap Shotaro penasaran.

“Bacain cerita, minjem bukunya sama Haejun.”

Keduanya menghela napas. Pantes aja mereka gak pernah have sex, Sungchan aja jadi kayak bapak yang mau nidurin anaknya pake baca dongeng segala.


Di ruang tv, Shotaro lagi asik ngegambar, ditemenin sama Jaemin yang masih nonton film. Kalo Haechan kayaknya udah tidur duluan, soalnya Mark juga udah pulang daritadi.

Goresan pensil Shotaro membentuk gambar ilustrasi anak-anak yang sedang bermain. Lagi kepikiran terus sama anak-anak, sampe yang digambar pun anak-anak.

Kedengeran ada suara mobil masuk di garasi. Tandanya ada yang udah pulang. Dipastikan itu Sungchan, karena Jeno hari ini lembur.

Masuk kedalam rumah, lelaki jangkung itu langsung mencari keberadaan Shotaro. Dari kursi, Shotaro melambaikan tangannya guna memberi tau bahwa ia sedang duduk disana.

Kebiasaan Sungchan setiap pulang kerja emang gitu. Kalo udah, dia langsung masuk ke kamar buat bersih-bersih sekalian istirahat.

Gambarnya Shotaro udah selesai. Tinggal tahap pewarnaan aja kalo Shotaro mau. Tapi di buku gambar ini, Shotaro biasanya gambar sketsa doang abis itu diarsir pensil.

“Pssttt Taro.”

“Hum?”

“Samperin gih.”

“Samperin?”

“Ihh Sungchan nya loohhh... Kan tadi diang udah kita kasih tau caranya.”

Sebenernya Shotaro agak ragu. Udah dikasih tips-tips sama kedua sahabatnya, tapi tetep aja masih grogi. Apalagi tips-tips nya mengharuskan Shotaro menggoda suaminya dengan intim dan...

....pokoknya begitu, tidak seperti biasanya.

Sungchan pasti udah selesai mandi juga. Shotaro berdiri di depan pintu kamarnya dengan gugup.

Dibukanya, terlihat Sungchan dengan baju kaos putih rumahnya dengan rambut yang masih basah bersandar di headboard sambil mainin hp nya.

“Uchan kebiasaan ih. Rambutnya masih basah bukannya di lap malah mainan hp.” Shotaro ngambil handuk yang tergantung, dan langsung naik ke tempat tidur untuk mengeringkan rambut suaminya.

“Ya maap, soalnya tadi bunyi terus takut ada kerjaan masuk.”

“Udah mau tanggal merah masih ada kerjaan masuk emang?”

“Orang kerja beda lah sama anak sekolah.” Sungchan mencuri satu kecupan di pipi Shotaro.

Lelaki November manis itu mempoutkan bibirnya, cemberut. Sejak kerja, Sungchan jadi sering sibuk dan lembur juga. Walaupun masih berusaha meluangkan waktu, tapi tetep berdampak banyak buat Shotaro.

Shotaro mengalungkan tangannya di leher jenjang suaminya, mulai mengecup-ngecup kecil di bagian perpotongan leher.

Yang ngerasain langsung naro hp nya, merasa ada sesuatu sama Shotaro. Walaupun ia lebih muda dari Shotaro tapi tetap saja lelaki manis itu lebih manja. Dan kalo udah begini pasti lagi ada maunya.

“Kenapa sayang, hm?” Yang dipanggil sayang langsung memerah mukanya. Shotaro belum terbiasa dengan panggilan “sayang” itu. Baginya, dipanggil “Taro” pun sudah cukup. Tapi karena mereka sudah menikah, Sungchan kadang memanggil Shotaro seperti itu membuat si manis sering salah tingkah.

Tangannya menangkup pipi suaminya. Perlahan ia mendekatkan wajahnya hingga belahan bibirnya dengan Sungchan bertemu.

Sungchan langsung menahan pinggang Shotaro saat bibir manis itu mulai bergerak, dan menyesap lembut.

Ciuman mereka semakin dalam, sampai hp diatas nakas itu berdering tanda panggilan masuk.

“Halo?” Kegiatan mereka tadi langsung terpotong begitu saja saat Sungchan mengangkat telepon.

Tuhkan, Sungchan nya aja masih sibuk, padahal Shotaro berusaha buat mulai berharap bakal lanjut lebih jauh.

Shotaro menghela napasnya, langsung rebahan terus narik selimut sampe hampir nutupin mukanya.

Sungchan yang barusan selesai terima telepon langsung nengok ke Shotaro yang tidur sambik munggungin dia.

“Maaf yaaaa... Tadi daddy nelepon soalnya, gak enak kalo aku diemin aja.” Sungchan nyalipin rambut Shotaro ke telinga sekalian ngecek udah tidur apa belom.

“Emm...”

Dikecupnya pelipis Shotaro dengan lembut sekalian ikut masuk kedalam selimut. “Aku udah pesen tiket liburan, tapi besok aku harus ke kantor dulu, bentar aja kok. Gimana, kamu mau gak?”

Shotaro mengangguk kecil saat Sungchan mendekap tubuhnya dari belakang.

Sayang banget dia tuh sama Shotaro. Terima kasih kepada bapak Yuta yang udah kasih restu setahun yang lalu walaupun proses nya susah dan butuh kesiapan mental.

Tapi sekarang anak pak Yuta udah jadi milik dia sekarang. Pengen banget ngejagain Shotaro 24 jam, gak pengen ada tangan-tangan jahat yang nyentuh kesayangannya. Kalo sampe ada, mungkin orang itu bakal hilang bak ditelan bumi.


Tiga hari setelahnya, tepatnya pada pukul 17.30 udah sampai di Pulau Jeju, Korea Selatan.

Ternyata Sungchan ngajakin Shotaro liburan di pulau yang sudah jadi destinasi wisata banyak orang ini.

Shotaro pun seneng banget karena bisa liburan, terutama bareng suaminya. Terakhir mereka liburan jauh pas honeymoon dan itu juga udah lama. Tapi akhirnya sekarang Shotaro bisa memenuhi rindunya berlibur ke tempat yang indah.

Sungchan juga udah booking penginapan dari jauh-jauh hari. Sekarang keduanya sudah berada di kamar penginapan bintang lima pilihan Sungchan.

Lelaki yang lebih mungil itu langsung melompat ke atas tempat tidur merasakan betapa nyamannya ranjang kamar itu.

“Yeayy akhirnya nyampe kasurrr...” Setelah perjalanan cukup lama tentunya Shotaro lelah. Bahkan kini tubuhnya serasa sudah menyatu dengan kasur.

Sungchan menghampiri Shotaro yang masih asik dengan kasur barunya, “aku pergi keluar sebentar ya mau cari makan, kamu mau ikut?”

“Gak mau, Taro mau dikamar aja. Gak papa kan?”

“Yaudah gak papa, kamu juga pasti capek. Tapi kamu hati-hati ya, kalo ada apa-apa langsung telepon aku, oke sayang?”

Lagi-lagi panggilan itu terucap membuat pipi si manis memerah, “iya ihhh... Yaudah sana pergi.”

“Dih, kok jadi ngusir?”

“Kan kamu juga yang mau pergi, nanti keburu makin gelap cepetannnn”

Sungchan terkekeh dan kembali memakai sandalnya. Tak lama lelaki jangkung itu melesat keluar kamar, meninggalkan Shotaro sendirian.

Bosan, ia mengambil hp nya didalam tas lalu merangkak naik hingga ke atas. Tubuhnya ia masukan kedalam selimut. Suhu diluar dan dikamar jauh berbeda.

Beberapa pesan masuk dari sahabatnya, Haechan. Lelaki berkulit tan itu menanyakan apakah ia sudah sampai atau belum.

Haechan: Dimana? Udah sampe?

Shotaro: Udah kok, ini udah dikamar. Sungchan lagi keluar sebentar bua cari makan

Haechan: Emangnya Taro gak ikut dama Sungchan?

Shotaro: Enggak. Udah pewe hehehe🤭

Haechan: Emang kalo udah masuk kamar suka gak mau keluar lagi. Gue tau tuh penginapannya, sama Mark pernah kesitu. Bagus kan?

Shotaro: Iyaaaa... Langsung ada pemandangan pantainya, seruuuu!

Haechan: Hahaha iyaaaaa...

Haechan: Btw gimana sama Sungchan?

Shotaro: Hah? Baik-baik aja kok

Haechan: Bukan itu maksud kuuu... Tapi itu loooohhhh 🌚👄🔞👀👨‍❤️‍💋‍👨🥵

Shotaro: 😳

Shotaro: belum...

Haechan: yah kok belom?? Padahal udah kita kasih tau loh, apa tips nya gak ampuh?

Shotaro: Taro udah sering kok ciuman sama Sungchan, tapi tetep aja punya Taro gak bisa berdiri

Shotaro: apa cara ciumannya beda??

Haechan: enggak kok, kayak biasa

Haechan: hmmmm bentar deh

Haechan: coba Taro nonton ini

Haechan: [sent video link]

Shotaro: ini apa?

Haechan: nonton aja, mungkin bisa bantu

Shotaro sangat penasaran dengan video yang dikasih Haechan. Katanya bisa ampuh? Emangnya itu video apa? Shotaro pun gak bisa nebak.

Ada pop up notification dari Sungchan, ngabarin kalo tempat makannya banyak yang ngantri jadi mungkin bakal agak lama baliknya.

Shotaro: okeee

Layar hp nya langsung diputer jadi landscape. Link nya Shotaro pencet. Ada muter-muter bentar, loading.

Gak lama video nya muncul. Langsung ada laki-laki yang sedang menungging tanpa busana seperti menunggu sesuatu.

Tak lama muncul seseorang di belakangnya yang juga telanjang bulat dengan penis miliknya yang sudah menegang sepenuhnya.

Shotaro sangat memperhatikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Lelaki bertubuh lebih kekar itu langsung mengarahkan penisnya ke belahan bokong yang sedang menungging.

Lenguhan keras keluar dari mulut lelaki yang sekarang disebut dengansubmissive, seakan apa yang dilakukan lelaki di belakangnya membuatnya kesakitan.

Shotaro jadi ngeri tambah kesian juga sama yang desah kesakitan, tapi ia tetap lanjut menonton sambil menggigit jarinya.

Sang dominan mulai menggerakkan pinggulnya, perlahan menyodok hole diantara bongkahan kenyal itu. Lama-kelamaan juga, sang submissive merubah desahannya menjadi desahan nikmat.

Bahkan yang sedang menonton hampir tidak mengedipkan matanya. Semakin lama semakin cepat, teriakan nikmat sang submissive pun juga menjadi-jadi, semakin keras.

Beberapa lama sampai akhirnya terdengar suara seperti sesuatu muncrat. Sang submissive terlihat menikmatinya.

Dengan mata lucu yang sayangnya sudah tidak suci lagi sekarang, Shotaro melihat gundukan aneh di selimutnya. Seperti ada sesuatu yang menyembul dari dalam selimut.

Ia coba menyentuh gundukan tersedia. Tak tahu kenapa, tapi rasanya sangat keras.

Dirinya merasakan suatu sensasi berbeda saat tangannya menggosok-gosok gundukan tersebut. Ia coba menggenggamnya membuat tubuhnya seperti tersengat sesuatu seakan gundukan itu terhubung dengan dirinya.

“Mhh...”

Disingkapnya selimut tersebut. Matanya langsung membola saat melihat gundukan itu ternyata berasal dari dalam celananya.

Seperti yang dikatakan Haechan dan Jaemin, sepertinya miliknya kini mulai berdiri. Shotaro bingung harus gimana.

Mencoba memutar otaknya, ia akhirnya memutuskan untuk melakukan apa yang dilakukan sebelumnya.

“Nghhh...” Ia memijat kejantanannya yang masih terbalut celana dengan tangan sendiri.

Merasakan sentuhannya sendiri memberikan kesan yang baru ia rasakan menjalar di sekujur tubuhnya.

Tempo tangannya semakin cepat, dengan kain yang membalut kejantanannya memberikan gesekan pada kulit penisnya.

Celananya terasa sesak, seakan kejantanan nya ingin merasakan udara bebas karena sudah sangat sesak didalam sana.

Shotaro mengeluarkannya membiarkan miliknya terterpa udara kamar. Mulutnya terbuka saat mengocok miliknya sendiri.

Ia merasakan sesuatu di pusat tubuhnya yang ingin keluar, tapi anehnya walaupun tangannya terus bergerak naik turun, orgasmenya tak kunjung keluar.

Shotaro tak mengerti kenapa. Rambutnya sudah berantakan, keringatnya bercucuran padahal suhu ruangan cukup rendah dapat membuat siapapun yang masuk langsung kedinginan.

Dirinya merasa tersiksa. Tangannya sudah mulai kelelahan bekerja dibawah sana. Dan bahkan...

...hole nya juga terasa basah.

“Anghhh!... Ini gimana hueeeeee....” Tak henti juga ia merengek. Merasa hanya dengan tangan saja tidak cukup. Shotaro ingin lebih.

Kabar baiknya, penginapan ini memiliki sesuatu yang tidak semua penginapan miliki.

Bantal Guling

Dengan tenaga yang Shotari miliki, ia berusaha bangun dari posisinya, perlahan merangkak naik ke atas guling.

Pinggulnya bergerak menggesekkan penisnya pada guling di antara kedua kakinya yang kini menjadi korban.

“Akhh!... Mhh—maafin Taro hueeeeee...” Shotaro merasa bersalah pada guling tidak berdosa itu.

Seperti apapun usaha yang ia lakukan tetap saja tidak membuatnya puas.

Miliknya memang susah dirangsang, tapi karena video yanh dikirim Haechan tadi membuatnya harus menuntaskan hasrat yang sudah diujung itu.

Susah terangsang, tapi susah juga terpuaskan. Siapa? Nakamoto Shotaro.

Terdengar suara pintu terbuka dari ruangan sebelah. Pertanda bahwa ada yang membuka pintu keluar. Dengan hasrat yang masih menggebu-gebu, Shotaro memakai celananya lagi dengan susah payah lalu masuk kedalam selimut bersama guling tadi.

“Tarooo???” Seperti biasa, abis pilang dari mana-mana pasti yang Sungchan cariin pertama itu Shotaro.

Lelaki jangkung yang baru saja pulang dari restoran langsung menghampiri Shotaro yang berbaring di ranjang, “kamu tidur?”

Sungchan dapat melihat mata Shotaro yang masih terbuka sedikit, “kamu kenapa? Kok lemes gitu, hm?” Suaminya merapihkan kekacauan rambut Shotaro dengan tangannya.

“Gak papa...” Dengan jawaban seadanya, ia mengapit penisnya dibawah sana yang masih terbangun, sesekali menggerakkan pahanya.

“Udah aku beli makanannya tuh, gak mau makan dulu?”

“Nanti a-aja.” Ia kembali membenamkan wajah memerahnya ke bantal guling di pelukannya.

Disebelah Shotaro, layar hp nya masih menyala—hampir mati karena screen timeout nya mau habis.

Buru-buru diambil sama Sungchan terus layarnya dipencet lagi langsung memperlihatkan video yang ter pause di hp Shotaro.

Sungchan membolakan mata saat melihatnya. Tak percaya kalau Shotaro menonton video itu. Tapi Sungchan emang nganggep Shotaro tuh anak yang polos-polos aja, makanya pas liat beginian kaget.

Tapi masa iya sih Shotaro nyari sendiri? Apa mungkin mukanya doang yang polos tapi sering nonton bokep. Kan, Sungchan jadi sujon.

Eh tapi pas di back-back, masih ada chattan nya Shotaro sama Haechan yang tadi. Sungchan baca sekilas dari atas dan akhirnya ngerti itu video awalnya dari mana.

Ia melihat Shotaro yang masih munggungin, dan anehnya selimutnya gerak-gerak terus.

“Ou...” Sungchan terkekeh pelan membacanya. Sepertinya nanti ia harus berterimakasih pada kakak iparnya itu.

Sepertinya ia tau apa yang terjadi dengan Shotaro dan mengapa dirinya seperti habis berolahraga tadi. Tapi mungkin ia akan berakting sebentar.

“Yaudah kalo kamu gak mau makan sekarang.” Sungchan membuka baju luarannya karena sungguh suhu diluar sangat berbeda dengan didalam. Dengan baju dalaman putuh tanpa lengan itu, Sungchan duduk di kursi yang terletak tak jauh dari ranjang sambil mengamati suami kecilnya.

Disisi lain, Shotaro mati-matian menahan penisnya yang masih mengeras. Ia tak bisa melakukan apa-apa selain gesek-gesekan sama guling. Tau tentang Sungchan yang masih duduk disana.

Shotaro membalikkan tubuhnya, mengintip sedikit ke arah Sungchan dari balik selimutnya.

Rasanya ia ingin menangis saja. Bagian bawahnya yang masih ereksi, ditambah Sungchan yang duduk disana menatap padanya sambil meneguk sebotol air mineral.

Shotaro menelan liurnya dengan susah payah saat melihat jakun suaminya yang naik turun karena meminum air. Entah pandangan apa yang diberikan Sungchan, tapi itu cukup membuatnya meremang.

Apakah laki-laki itu tidak punya pekerjaan lain selain duduk disana dan menatapnya? Batin Shotaro.

Jujur, sekarang ia menjadi takut dengan Sungchan dan segala aura menyeramkannya.

“Hiks...” Sungchan langsung beranjak dari duduknya menghampiri Shotaro yang terdengar mulai terisak.

“Taro...?” Sungchan ikut masuk kedalam selimut menghadap suaminya itu. “Sayang... Hey...?”

Sungchan mengelap air mata di pipi Shotaro. “Kenapa nangis, hm?”

“T-takut...”

“Takut? Takut kenapa?” Sungchan berusaha berpikir dengan otak pintarnya itu. Kenapa Shotaro tiba-tiba menangis?

Apa mungkin karena tadi dia berlebihan? Karena itu Shotaro nangis kah? Soalnya emang keliatan takut, pas Sungchan mau meluk pun Shotaro agak menghindar gitu.

“Maafin aku ya...” Kan Sungchan jadi merasa bersalah sendiri. Padahal dia juga yang mau ngeliat reaksi Shotaro pas tadi diliatin.

“Tapi aku mau nanya sama kamu, dan kamu harus jujur.” Ucapan yang dilontarkan Sungchan langsung diangguki Shotaro. “Video nya dapet dari kak Haechan kan?”

Shotaro mengangguk pelan. Ia takut jika Sungchan marah, dan ia tidak mau berbohong.

“Kalo kamu pengen kenapa gak pernah bilang ke aku?” Kini Sungchan menjauhkan wajahnya agar dapat melihat wajah lawan bicaranya.

“G-gak tau gimana caranya...”

Sungchan merasa gemas dengan kelakuan suami mungilnya ini. Ia ingin terkekeh tapi ini sedang ada di situasi serius.

“Padahal... Aku juga pengen loh...” Yang lebih muda mencuri kecupan di dahi Shotaro.

Nyali Shotaro jadi ciut. Awalnya memang dia yang berniat menggoda suaminya tapi gagal, tapi sekarang Sungchan sudah berada dihadapannya malah membuatnya dilema.

“Sungchan jang—anghh...”

“Kamu abis nonton begituan, udah keras loh ini, emangnya gak kamu apa-apain?” Jari-jarinya panjangnya mengelus kejantanan Shotaro yang masih terbungkus celana.

“U-udah tapi gak bisa nghh...”

“Kok dimasukin lagi? Kesian loh, pengap dia.” Sungchan membuka resleting celana jeans pendek Shotaro, membiarkan milik si manis bebas.

“Mhh... Taro malu...”

“Kalo udah bangun, kamu wajib manjain dia, ditidurin lagi. Emangnya enak ada yang ngeganjel gini?”

“E-enggak ahh! Bantuin Taro please...”

Padahal Sungchan sendiri yang awalnya nyuruh Shotaro buat istirahat, tapi kalo udah gini Sungchan juga mana mau nolak. Apalagi keadaan Shotaro yang udah merengek kayak gini, kesempatan buat dia.

“Tapi Taro harus nurut yaa.” Sungchan merubah posisinya jadi diatas Shotaro, mengukungnya.

“Huum...” Shotaro pasrah aja walaupun sebenernya masih ngeri sama Sungchan. Tapi mau gimana lagi, dia butuh Sungchan sekarang.

Yang lebih muda menurunkan wajahnya hingga jarak antara mereka berdua benar-benar terkikis.

Bibirnya bergerak melumat dan menyesap bibir atas bawah Shotaro. Sedangkan yang lebih tua mengikuti semua yang Sungchan lakukan. Shotaro kurang paham sama apa yang harus dilakukan, jadi ikutin naluri aja.

Kalo Sungchan bilang muka mulut, Shotaro lakuin. Kalo Sungchan bilang angkat bajunya, Shotaro lakuin. Pokoknya Shotaro nurut banget, sampe pas Sungchan nyuruh buat buka celana.

“Kenapa ditutupin?”

“Malu ih!” Shotaro merapatkan kakinya, tangannya menutupi sesuatu yang terdapat diantara selangkangannya.

“Jangan ditutupin dong, aku kan mau liat.” Sumpah, Shotaro benar-benar malu. Itu area privat nya dan Sungchan terus saja menarik-narik tangannya agar menyingkir. “Aku udah jadi suami kamu loh, udah hampir setahun, masa aku gak boleh liat sih?” Tangan Sungchan bergerak mengelus perut rata Shotaro.

Sungchan mengangkat kaos putih Shotaro hingga terlepas, menampilkan dua puting nya yang terlihat lezat dimata Sungchan.

“Taro itu bayi aku, kulit kamu pun juga ikutan kayak bayi.” Ia meninggalkan beberapa tanda cinta berupa ruam kemerahan di sekujur leher jenjang Shotaro. Lalu turun ke dada mulusnya, tak lupa tangan satunya memilin puting yang menganggur.

“Sungchanhh...anghh!” Hisapan kuat itu membuat tubuh Shotaro meremang. Syaraf-syaraf di puting membuatnya sensitif.

Sungchan mengangkat kedua tangan Shotaro yang mencengkram lengannya, menahannya diatas kepala agar lelaki manis itu tidak bisa menutupi miliknya lagi.

“Uchan ahhh! J-jangan...nghhh...”

“Kenapa? Enak kan?”

Keringat terus bercucuran membasahi wajah dan lehernya. Shotaro mendesah terus menerus saat Sungchan memanjakan kejantanannya dengan sentuhan-sentuhan erotis.

“Akunya jangan ditendang gitu dong. Masa tangan sama kakinya harus aku iket sih biar diem?” Setiap hal yang dilakukannya membuat Shotaro menggeliat, bahkan saat Sungchan mengocoknya cepat, Shotaro sempat beberapa kali nendang-nendang suaminya.

“Hiks jangan...”

“Iya-iya gak aku gituin kok, tapi aku jangan ditendang lagi, oke?

“I-iya maaf...”

Sungchan menegakkan tubuhnya. Membuka baju serta bawahannya karena tak ingin Shotaro merasa tidak adil karena dia yang naked sendiri.

Sekedar informasi, Sungchan sekarang emang lagi rajin-rajinnya nge gym, jadi otot perutnya udah keliatan. Gak kayak jaman sekolah, Sungchan juga pengen keliatan gagah kayak abang-abangnya pasti, apalagi didepan Shotaro.

Terakhir, ia melepas kain terakhir di tubuhnya alias dalaman. Kejantanannya daritadi juga sudah mengeras dan pengap didalam sana.

Tetapi Shotaro yang rebahan lemas seketika tubuhnya menegang, matanya membola saat melihat ukuran kejantanan suaminya yang diluar nalar.

Itulah kenapa Shotaro sudah merinding daritadi, perasaannya juga tidak enak. Bahkan menurut Shotaro, batang dihadapannya itu seperti ular amazon. Besar dan panjang, sekarang ia mengkhawatirkan nasib dirinya.

“Kenapa diliatin doang? Gak mau megang?” Melihatnya saja sudah gemetar, apalagi menyentuh.

Sungchan menarik lengan Shotaro agat mengelus otot perut yang sudah susah payah ia buat itu.

Walaupun ternyata Shotaro malah lebih fokus sama benda pusakanya, Sungchan gak kecewa. Itu berarti miliknya berhasil membuat Shotaro tercengang. Patut dibanggakan.

“Gak pengen nyobain? Dia juga pengen dipegang sama kamu loh.”

“Kenapa gede banget? Beda sama punya Taro.” Yang lebih tua manyun saat akhirnya tau perbandingan ukuran miliknya dan Sungchan.

“Bawaan. Bagus dong berarti, inget kan kalo misalnya makin gede makin enak.” Sungchan menyeringai bangga. Gak tau kemana Sungchan yang kayak hari-hari biasanya. Sekarang lelaki bertubuh tinggi itu menatapnya kelaparan.

Akhirnya Sungchan merubah posisinya jadi tiduran, “duduk disini, kamu hadep sana.” Sungchan menepuk perutnya menyuruh Shotaro agar duduk disana.

“Eung?” Shotaro menumpu tubuhnya sambil menengok ke belakang, kearah Sungchan.

“Itu masukin mulut.”

“Masukin mulut? Emangnya mau dimakan?”

“Bukan dikunyah juga, tapi diemut kayak Taro kalo makan permen aja.” Sungchan benar-benar tidak sabar ingin merasakan nikmatnya mulut Shotaro.

Shotaro membungkukkan badannya, menggenggam penis Sungchan dan memasukkan kedalam mulutnya. Posisi seperti itu membuat lubang berkedut Shotaro terpampang jelas di hadapan mukanya.

“Oh shit.” Sungchan mengintip dari posisinya bagaimana suami mungilnya itu mulai memasukan kejantanan kedalam mulut. Benar-benar melakukan apa yang dibilang sebelumnya, Shotaro memperlakukan penis tagang itu layaknya permen.

Dijilatinya kepala penis itu, perlahan ia masukan kedalam mulutnya berbarengan dengan lidahnya yang terus bermain. Mata Sungchan tambah membola lagi saat menyaksikan bagaimana kejantanannya masuk sepenuhnya. Bahkan kini ia dapat merasakan miliknya mencapai pangkal tenggorokan Shotaro.

“J-jangan dipaksain Taroo—ahhh!” Yang lebih tua seakan tidak peduli dengan Sungchan yang sudah khawatir.

Sebenarnya Sungchan menikmati bagaimana mulut hangat itu mengulum miliknya. Tapi dilain sisi, Sungchan tetaplah Sungchan yang khawatir kalo kesayangannya kenapa-napa.

Sungchan menampar bokong Shotaro guna melampiaskan kenikmatannya. Kepalanya maju, menjilat lubang berkedut yang sudah minta dimasuki itu.

“Eunghh—uchan ngapain aa-ahh!” Shotaro menengok kebelakang dan mendapati suaminya sedang melesatkan benda tak bertulang itu ke hole nya. “Jangan uchanhh... Jorok anghh...!”

“Lanjutin aja, jangan liat kebelakang.” Sungchan mendorong kepala Shotaro agar lelaki itu tetap fokus pada kulumannya.

Shotaro merasakan lubangnya sudah sangat basah dan bokongnya yang terus-menerus kena tampar tangan Sungchan. Tak lama, kulit bagian bawahnya merasa bahwa ada sesuatu yang mencoba masuk. “Kenapa gitu akhhh! S-sakit Sungchan ahh—kenapa rasanya begini...nghhhh...”

Jari telunjuknya mulai masuk menerobos lubang itu. Ditambah lagi jari tengahnya dan melakukan gerakan menggunting, pemanasan. Mempersiapkan lubang baru memang cukup menantang, apalagi dinding rektum nya yang masih rapat membuat jari-jarinya serasa diremat kuat. Gak kebayang kalo nanti kejantanannya masuk kesana.

Cairan putih setelah itu tersembur kedalam mulutnya. Shotaro mengangkat kepalanya, menengok ke belakang sambil menunjukkan mulut terbukanya yang penuh cairan ejakulasi. “Iwni gwimwana?”

“Sini.” Sungchan memutar tubuh Shotaro agar menghadap padanya. Lalu menarik tengkuk Shotaro hingga bibir keduanya bertemu. Sungchan menjulurkan lidahnya, mereka berbagi cairan.

“Gimana rasanya.”

“Uh, gak enak!”

“Hahaha tapi kalo dibuang malah sayang loh, mending ditelen.” Halah Sungchan mah ngomong doang kalo itu. Padahal sehari-hari kalo dia lagi horny pasti main solo, terus calon anaknya dibuang gitu aja.

Sungchan menjilat cairannya sendiri yang menetes dari mulut Shotaro ke lehernya. Lama-lama bibirnya jadi turun ke dada, menyesap kedua nipple itu.

Imajinasi Sungchan selama ini salah satunya itu pengen nyusu di dada Shotaro. Sekarang jadi bisa terkabulkan. Malah lelaki itu seperti bayi yang sedang kehausan, tak ingin lepas dari puting yang sudah bengkak itu.

“Langsung ke inti ya?”

“Huum...” Shotaro mengalungkan tangannya ke leher Sungchan biar tubuhnya tetap berada di posisi, tidak oleng.

Yang lebih sedikit mengangkat tubuh Shotaro dan mengarahkan kejantanannya tepat pada lubang sempit itu.

“Akkhhh! Sungchanhh sakithhh!... Aghhh!”

“Ini baru dikit, belom semua loh.” Sungchan kembali membawa Shotaro kedalam ciuman panas. Berharap Shotaro teralihkan karena pinggulnya dibawah siap untuk mendorong kejantanannya masuk sepenuhnya.

“Hmppphhh—AKHHHHH! SUNGCHANHH!.... Hiks... Sakitthhh anghhh...” Jangan khawatir kedengeran sama orang sebelah, soalnya Sungchan pesen kamar yang khusus buat penganten baru.

Iya emang udah niat dia. Buat jaga-jaga aja sih sebenernya. Eh tapi beneran terjadi kan?

Tubuh Shotaro melemas saat itu juga. Tubuhnya seakan dibelah dua. Lubang nya terasa robek. Mengingat ukuran milik Sungchan yang gak biasa.

“Shhh...” Sungchan merasakan penisnya dijemput kuat oleh dinding rektum rapat itu serta perih di punggungnya karena cakaran kuku Shotaro.

“Uchan p-perihh... sakithhhh nghhh!”

“Maafin aku ya?” Sungchan mengecup seluruh bagian wajah manis yang sudah berantakan dan memerah itu. “Mau dikeluarin lagi?” Udah kepalang tanggung, Sungchan gak rela juga kalo dibatalin. Tapi karena Shotaro ia rela jika harus berakhir bermain solo di kamar mandi.

“Jangan...” Ucap pelan yang lebih tua seraya membenamkan kepalanya di leher Sungchan.

Tak lama, Shotaro menggerakkan tubuhnya naik turun. Dengan posisi seperti itu, tentu penis Sungchan tertanam lebih dalam. Sesekali ia masih meringis karena mulut lubangnya masih perih.

“Anghh! Hhh...enghhh... Ahh!” Sungchan menggerakkan pinggulnya dari arah berlawanan membuat titik manis Shotaro tertumbuk berkali-kali.

Cairan putih Shotaro tersembur setiap kali batang panjang itu berhasil menemukan prostat nya.

Sungchan merebahkan Shotaro diatas kasur tanpa mengurangi tempo sodokannya. Tangan Shotaro meremat bantal dan seprai di sekitarnya saat Sungchan mengocok penis dan memainkan putingnya. Tubuhnya melengkung karena menerima rangsangan berlebihan itu.

Tubuh Shotaro kian melemas karena ia sudah mengeluarkan ejakulasinya berkali-kali, sedangkan Sungchan masih betah memaju mundurkan pinggulnya.

Ruangan itu kini hanya terdengar desahan nikmat kedua insan itu dan benturan antar kulit yang dihasilkan mereka.

Bahkan kini Sungchan mengangkat satu kaki Shotaro dan meletakan diatas pundaknya. Shotaro yang sudah terbaring lemah sampai menjulingkan matanya dengan mulut terbuka saking hebatnya rangsangan yang diterima tubuhnya.

Emang Jung Sungchan gak main-main.

Di dalam lubuk hatinya, Sungchan merasa bahagia. Imajinasinya selama ini akan Shotaro selama bermain dengan penisnya sendiri di dalam kamar mandi terwujud. Bagaimana miliknya menerobos lubang ketat Shotaro, semuanya terjadi hari ini.

Lelaki itu seperti tidak kenal lelah. Mungkin bisa juga karena faktor pertama kali. Malam pertama yang harusnya udah dilakuin dari lama, hari ini Sungchan anggep malam pertama dia sama Shotaro.

“Di-dikit lagihhh-ahhh! Tarooo!”

“Anghhh! Ahhh-hhh Sungchanhh... Nghh... Akhhh!”

Setelah beberapa tusukan terakhir, Sungchan mencapai klimaksnya dan mengeluarkan para calon anak di dalam lubang Shotaro.

Shotaro sibuk meraup oksigen demi pasokan udara di paru-parunya, sedangkan Sungchan memberikan Shotaro kecupan kupu-kupu dari wajah hingga turun ke perut ratanya berharap benih-benih yang sudah ia tanamkan tumbuh dengan baik didalam sana.

Sungchan menarik selimut guna menutupi tubuh naked Shotaro, dilanjutkan dengan dirinya berbaring di sebelah Shotaro sesudah memberikan kecupan terakhir sebelum tidur di dahi Shotaro.

“Makasih sayang...” Dan akhirnya Sungchan menyusul Shotaro yang lebih dulu sudah pergi ke alam mimpi sambil mendekap kesayangannya selama melewati malam yang panjang ini.


Ngomong-ngomong, makanan yang tadi Sungchan beli dibiarin di meja gitu aja. Padahal belinya lumayan banyak karena Sungchan awalnya pengen makan malem bareng sama Shotaro.

Kalo dibiarin sampe pagi pasti udah dingin lah.

Mungkin ada yang mau?

[ Fin. ]

Turn Him On • Sungtaro 🔞

Warning⚠️ – Marriage life – Not safe for work – Dirty sex

Duo mantu keluarga Jung, Haechan dan Jaemin sedang sibuk dengan peralatan dapur dan bahan makanan untuk membuat makan siang.

Tak hanya ada mereka berdua, ada satu lelaki lagi bernama Shotaro. Tetapi bedanya ia sedang menjemput para keponakannya dari sekolah.

Karena Jaemin dan Haechan memasak jadi Shotaro yang bertugas menjemput anak-anak hari ini.

Mereka masih tinggal dirumah Jaeyong. Kata Taeyong sih, dia masih pengen deket sama cucu-cucunya. Rumahnya toh juga gede, kalo tinggal Taeyong, Jaehyun, Beomgyu, sama David kan jadi sepi rasanya.

Suara pintu depan terbuka, terdengar suara langkah-langkah kecil dan gantungan kunci terbentur yang tergantung di tas mereka.

“Libur telah tiba, libur telah tiba, hore! Hore! Hore!...” Cucu pak Jaehyun, Logan, yang paling bawel udah teriak sambil lari ke arah bunda nya yang lagi masak.

“Haesun, itu kenapa mulut kamu kotor?” Haechan menatap bingung anaknya yang berjalan santai sambil memegang stik es krim yang sudah tidak ada apa-apa.

“Tadi udah abang bilangin jangan beli es krim tapi adek tetep aja ngotot.” Ucap si sulung, abang Haesun sambil memutar bola matanya malas.

“Adi ta bangnya agi iskon, di cun bweli. Mami kwan uga cuka ma iskon.” (Tadi kata abangnya lagi diskon, jadi Haesun beli. Mami kan juga suka sama diskon.)

“Kan udah dibilangin penjualnya tuh bohong! Dia bilang begitu biar dagangannya dibeli, gak denger sih apa kata abang!” Kesal Haejun pada adiknya yang hanya memasang raut polos sambil menjilati cokelat yang ada di bibirnya.

Haechan mah cuma bisa hela napas sama tolak pinggang kalo anak-anaknya udah berantem. “Udah-udah jangan berantem. Kan udah mami bilangin, kalo belum makan siang gak boleh makan es krim. Kalo Haesun mau es krim tinggal ambil di kulkas kan banyak. Daripada beli, mending duitnya ditabung buat beli mainan kan?”

Mendengar itu Haesun mengangguk dan meminta maaf pada mami nya.

Sedangkan si abang langsung pergi ke kamarnya buat ganti baju. Udah males dia tuh pengen cepet-cepet makan siang aja.

“Makasih ya Taro.”

Shotaro mengangguk. “Nana sama Echan masak apa? Baunya enak nih.”

“Sop ada, ayam goreng ada, kalo mau ikan juga ada, tadi ngabisin yang di kulkas soalnya. Banyak deh lumayan.”

Anak-anak yang sudah berganti pakaian dengan pakaian rumah satu persatu duduk di kursi meja makan. Dengan makanan yang sudah dihidangkan, mereka tinggal pilih mau makan yang mana.

Haejun sama Logan udah bisa makan sendiri. Kalo Haesun masih disuapin mami nya. Jaemin lagi numpuk penggorengan kotor di wastafel, Shotaro nikmatin makanan buatan kedua sahabatnya yamg sekarang udah disebut kakak ipar.

Shotaro makan sendiri. Iya, karena cucu pak Jaehyun baru tiga. Shotaro sudah hampir setahun menikah tetapi ia belum diberikan keturunan.

Selesai makan, Logan dan Haesun bermain di ruang tengah, Logan sangat senang menemani adik sepupunya. “Haesun, ayo bangun rel kereta Thomas.”

Kalau bosan tinggal pindah ke halaman belakang soalnya ada taman kecil, bisa main bola juga.

Sedangkan si sulung kembali ke kamarnya, ia lebih suka bermain sendiri, biasanya juga membaca buku atau belajar.

Shotaro memperhatikan kedua keponakannya yang sedang bermain itu. Ia terkekeh melihat bagaimana anak-anak itu bermain.

Sangat menggemaskan menurutnya. Apalagi bocah berambut cokelat ikal dengan pipi tembam nya itu selalu membuat Shotaro ingin mencubitnya gemas.

“Haesun cepet ya bisa ngomongnya.” Ucap Shotaro.

“Iya bagus lah. Kalo dulu Haejun kan susah kalo diajak ngomong, nanti kayaknya Haesun kalo udah lancar pasti gak berhenti ngomong.”

“Jadi kayak Logan ntar.”

“Biarin aja, biarin bawel, biar kayak gue.” Mereka bertiga tertawa membayangkan Haesun dan Logan yang tak berhenti mengobrol, atau nanti kalo sudah dewasa bisa diajak gibah sama para moms.

“Gemes ya...”

“Taro gak mau punya juga?”

“Hah?”

“Punya anak. Kesian Sungchan loh.”

Shotaro dan suaminya bukan karena belum saatnya punya anak, tetapi mereka pun juga belum mencoba membuatnya.

Keduanya tidak pernah berbicara ke arah situ. Mereka masih menikmati masa-masa masih berdua. Walaupun udah kewajiban Shotaro sebenernya, tapi Sungchan nya pun juga gak pernah minta.

Sekedar kecupan atau pelukan yang mereka lakukan sebelum tidur. Sama seperti jaman masih pacaran, cuma bedanya sekarang udah ganti status.

“Kenapa sih emangnya? Taro takut sama Sungchan atau gimana?”

“Bukan...”

“Terus? Emangnya kalo deket Sungchan, Taro gak ngerasain apa-apa gitu?”

“Kalo Taro pengen cium, Taro minta, kalo Taro pengen peluk, Taro juga minta, udah itu aja.”

“Yaampun itu gue sih juga pas masih jaman pacaran sama Jeno.”

“Bahkan gue pas masih jaman pacaran udah maksiat. Mark kan mesom terus bawaannya.” Heran Haechan tuh sama suaminya.

“Gara-gara lu terlalu bohay.”

“Jeno liat paha dikit, lu juga langsung digendong ke kamar, Na. Dah emang tuh orang dua kantong hormon berjalan.”

Denger obrolan kedua sahabatnya itu, Shotaro mah diem aja. Kalo denger-denger cerita dari mereka berdua, emang beda banget sama sehari-harinya.

Mereka berdua obrolannya suka ke arah situ, tapi kalo Taro diem aja soalnya gak ada pengalaman yang kayak gitu.

“Taro udah jadi istrinya Sungchan loh, udah kewajiban.”

“Sungchan pasti gak kasar kok mainnya.” Soalnya kalo dari mukanya sih keliatan anak alim banget, tapi gak tau ya kalo di ranjang gimana, kan Jaemin sama Haechan cuma memperkirakan dari tampangnya.

“Taro bukan takut, tapi...” Kalo takut, Shotaro sebenernya juga ngerasain soalnya belum pernah sama sekali. “Taro gak tau gimana cara mulainya.”

Jaemin sama Haechan liat-liatan. Sahabat mereka yang satu ini emang polos banget. Untung aja polos doang enggak bego.

“Yaa... Digoda gitu Sungchan nya.”

“Gimana caranya?”

Jaemin sama Haechan mau jelasin pun juga bingung gimana. Mereka kalo sama suami masing-masing, awalnya cuddle biasa lama-lama pasti minta lebih. Atau kalo emang udah sange banget, pasti langsung minta.

“Taro gak pernah turn on gitu?”

Turn on?

“Iya. Jadi tuh kayak Taro pengen gituan, terus bagian bawah Taro berdiri...” Jelas Jaemin dengan hati-hati.

“Gak pernah tuh.” Shotaro gak ngerti sama penjelasan Jaemin. Dia gak pernah ngerasain, apalagi sampe punya dia jadi berdiri gitu. “Emang kalian sebelum tidur ngapain?”

“Kalo Mark suka remes-remes pantat, ujung-ujungnya pasti minta lebih.”

“Kalo Jeno grepe dada mulu. Gue pengen tidur, tangannya gak bisa diem banget sumpah.” Kesal Jaemin.

“Kalo Sungchan?” Mereka menatap Shotaro penasaran.

“Bacain cerita, minjem bukunya sama Haejun.”

Keduanya menghela napas. Pantes aja mereka gak pernah have sex, Sungchan aja jadi kayak bapak yang mau nidurin anaknya pake baca dongeng segala.


Di ruang tv, Shotaro lagi asik ngegambar, ditemenin sama Jaemin yang masih nonton film. Kalo Haechan kayaknya udah tidur duluan, soalnya Mark juga udah pulang daritadi.

Goresan pensil Shotaro membentuk gambar ilustrasi anak-anak yang sedang bermain. Lagi kepikiran terus sama anak-anak, sampe yang digambar pun anak-anak.

Kedengeran ada suara mobil masuk di garasi. Tandanya ada yang udah pulang. Dipastikan itu Sungchan, karena Jeno hari ini lembur.

Masuk kedalam rumah, lelaki jangkung itu langsung mencari keberadaan Shotaro. Dari kursi, Shotaro melambaikan tangannya guna memberi tau bahwa ia sedang duduk disana.

Kebiasaan Sungchan setiap pulang kerja emang gitu. Kalo udah, dia langsung masuk ke kamar buat bersih-bersih sekalian istirahat.

Gambarnya Shotaro udah selesai. Tinggal tahap pewarnaan aja kalo Shotaro mau. Tapi di buku gambar ini, Shotaro biasanya gambar sketsa doang abis itu diarsir pensil.

“Pssttt Taro.”

“Hum?”

“Samperin gih.”

“Samperin?”

“Ihh Sungchan nya loohhh... Kan tadi diang udah kita kasih tau caranya.”

Sebenernya Shotaro agak ragu. Udah dikasih tips-tips sama kedua sahabatnya, tapi tetep aja masih grogi. Apalagi tips-tips nya mengharuskan Shotaro menggoda suaminya dengan intim dan...

....pokoknya begitu, tidak seperti biasanya.

Sungchan pasti udah selesai mandi juga. Shotaro berdiri di depan pintu kamarnya dengan gugup.

Dibukanya, terlihat Sungchan dengan baju kaos putih rumahnya dengan rambut yang masih basah bersandar di headboard sambil mainin hp nya.

“Uchan kebiasaan ih. Rambutnya masih basah bukannya di lap malah mainan hp.” Shotaro ngambil handuk yang tergantung, dan langsung naik ke tempat tidur untuk mengeringkan rambut suaminya.

“Ya maap, soalnya tadi bunyi terus takut ada kerjaan masuk.”

“Udah mau tanggal merah masih ada kerjaan masuk emang?”

“Orang kerja beda lah sama anak sekolah.” Sungchan mencuri satu kecupan di pipi Shotaro.

Lelaki November manis itu mempoutkan bibirnya, cemberut. Sejak kerja, Sungchan jadi sering sibuk dan lembur juga. Walaupun masih berusaha meluangkan waktu, tapi tetep berdampak banyak buat Shotaro.

Shotaro mengalungkan tangannya di leher jenjang suaminya, mulai mengecup-ngecup kecil di bagian perpotongan leher.

Yang ngerasain langsung naro hp nya, merasa ada sesuatu sama Shotaro. Walaupun ia lebih muda dari Shotaro tapi tetap saja lelaki manis itu lebih manja. Dan kalo udah begini pasti lagi ada maunya.

“Kenapa sayang, hm?” Yang dipanggil sayang langsung memerah mukanya. Shotaro belum terbiasa dengan panggilan “sayang” itu. Baginya, dipanggil “Taro” pun sudah cukup. Tapi karena mereka sudah menikah, Sungchan kadang memanggil Shotaro seperti itu membuat si manis sering salah tingkah.

Tangannya menangkup pipi suaminya. Perlahan ia mendekatkan wajahnya hingga belahan bibirnya dengan Sungchan bertemu.

Sungchan langsung menahan pinggang Shotaro saat bibir manis itu mulai bergerak, dan menyesap lembut.

Ciuman mereka semakin dalam, sampai hp diatas nakas itu berdering tanda panggilan masuk.

“Halo?” Kegiatan mereka tadi langsung terpotong begitu saja saat Sungchan mengangkat telepon.

Tuhkan, Sungchan nya aja masih sibuk, padahal Shotaro berusaha buat mulai berharap bakal lanjut lebih jauh.

Shotaro menghela napasnya, langsung rebahan terus narik selimut sampe hampir nutupin mukanya.

Sungchan yang barusan selesai terima telepon langsung nengok ke Shotaro yang tidur sambik munggungin dia.

“Maaf yaaaa... Tadi daddy nelepon soalnya, gak enak kalo aku diemin aja.” Sungchan nyalipin rambut Shotaro ke telinga sekalian ngecek udah tidur apa belom.

“Emm...”

Dikecupnya pelipis Shotaro dengan lembut sekalian ikut masuk kedalam selimut. “Aku udah pesen tiket liburan, tapi besok aku harus ke kantor dulu, bentar aja kok. Gimana, kamu mau gak?”

Shotaro mengangguk kecil saat Sungchan mendekap tubuhnya dari belakang.

Sayang banget dia tuh sama Shotaro. Terima kasih kepada bapak Yuta yang udah kasih restu setahun yang lalu walaupun proses nya susah dan butuh kesiapan mental.

Tapi sekarang anak pak Yuta udah jadi milik dia sekarang. Pengen banget ngejagain Shotaro 24 jam, gak pengen ada tangan-tangan jahat yang nyentuh kesayangannya. Kalo sampe ada, mungkin orang itu bakal hilang bak ditelan bumi.


Tiga hari setelahnya, tepatnya pada pukul 17.30 udah sampai di Pulau Jeju, Korea Selatan.

Ternyata Sungchan ngajakin Shotaro liburan di pulau yang sudah jadi destinasi wisata banyak orang ini.

Shotaro pun seneng banget karena bisa liburan, terutama bareng suaminya. Terakhir mereka liburan jauh pas honeymoon dan itu juga udah lama. Tapi akhirnya sekarang Shotaro bisa memenuhi rindunya berlibur ke tempat yang indah.

Sungchan juga udah booking penginapan dari jauh-jauh hari. Sekarang keduanya sudah berada di kamar penginapan bintang lima pilihan Sungchan.

Lelaki yang lebih mungil itu langsung melompat ke atas tempat tidur merasakan betapa nyamannya ranjang kamar itu.

“Yeayy akhirnya nyampe kasurrr...” Setelah perjalanan cukup lama tentunya Shotaro lelah. Bahkan kini tubuhnya serasa sudah menyatu dengan kasur.

Sungchan menghampiri Shotaro yang masih asik dengan kasur barunya, “aku pergi keluar sebentar ya mau cari makan, kamu mau ikut?”

“Gak mau, Taro mau dikamar aja. Gak papa kan?”

“Yaudah gak papa, kamu juga pasti capek. Tapi kamu hati-hati ya, kalo ada apa-apa langsung telepon aku, oke sayang?”

Lagi-lagi panggilan itu terucap membuat pipi si manis memerah, “iya ihhh... Yaudah sana pergi.”

“Dih, kok jadi ngusir?”

“Kan kamu juga yang mau pergi, nanti keburu makin gelap cepetannnn”

Sungchan terkekeh dan kembali memakai sandalnya. Tak lama lelaki jangkung itu melesat keluar kamar, meninggalkan Shotaro sendirian.

Bosan, ia mengambil hp nya didalam tas lalu merangkak naik hingga ke atas. Tubuhnya ia masukan kedalam selimut. Suhu diluar dan dikamar jauh berbeda.

Beberapa pesan masuk dari sahabatnya, Haechan. Lelaki berkulit tan itu menanyakan apakah ia sudah sampai atau belum.

Haechan: Dimana? Udah sampe?

Shotaro: Udah kok, ini udah dikamar. Sungchan lagi keluar sebentar bua cari makan

Haechan: Emangnya Taro gak ikut dama Sungchan?

Shotaro: Enggak. Udah pewe hehehe🤭

Haechan: Emang kalo udah masuk kamar suka gak mau keluar lagi. Gue tau tuh penginapannya, sama Mark pernah kesitu. Bagus kan?

Shotaro: Iyaaaa... Langsung ada pemandangan pantainya, seruuuu!

Haechan: Hahaha iyaaaaa...

Haechan: Btw gimana sama Sungchan?

Shotaro: Hah? Baik-baik aja kok

Haechan: Bukan itu maksud kuuu... Tapi itu loooohhhh 🌚👄🔞👀👨‍❤️‍💋‍👨🥵

Shotaro: 😳

Shotaro: belum...

Haechan: yah kok belom?? Padahal udah kita kasih tau loh, apa tips nya gak ampuh?

Shotaro: Taro udah sering kok ciuman sama Sungchan, tapi tetep aja punya Taro gak bisa berdiri

Shotaro: apa cara ciumannya beda??

Haechan: enggak kok, kayak biasa

Haechan: hmmmm bentar deh

Haechan: coba Taro nonton ini

Haechan: [sent video link]

Shotaro: ini apa?

Haechan: nonton aja, mungkin bisa bantu

Shotaro sangat penasaran dengan video yang dikasih Haechan. Katanya bisa ampuh? Emangnya itu video apa? Shotaro pun gak bisa nebak.

Ada pop up notification dari Sungchan, ngabarin kalo tempat makannya banyak yang ngantri jadi mungkin bakal agak lama baliknya.

Shotaro: okeee

Layar hp nya langsung diputer jadi landscape. Link nya Shotaro pencet. Ada muter-muter bentar, loading.

Gak lama video nya muncul. Langsung ada laki-laki yang sedang menungging tanpa busana seperti menunggu sesuatu.

Tak lama muncul seseorang di belakangnya yang juga telanjang bulat dengan penis miliknya yang sudah menegang sepenuhnya.

Shotaro sangat memperhatikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Lelaki bertubuh lebih kekar itu langsung mengarahkan penisnya ke belahan bokong yang sedang menungging.

Lenguhan keras keluar dari mulut lelaki yang sekarang disebut dengansubmissive, seakan apa yang dilakukan lelaki di belakangnya membuatnya kesakitan.

Shotaro jadi ngeri tambah kesian juga sama yang desah kesakitan, tapi ia tetap lanjut menonton sambil menggigit jarinya.

Sang dominan mulai menggerakkan pinggulnya, perlahan menyodok hole diantara bongkahan kenyal itu. Lama-kelamaan juga, sang submissive merubah desahannya menjadi desahan nikmat.

Bahkan yang sedang menonton hampir tidak mengedipkan matanya. Semakin lama semakin cepat, teriakan nikmat sang submissive pun juga menjadi-jadi, semakin keras.

Beberapa lama sampai akhirnya terdengar suara seperti sesuatu muncrat. Sang submissive terlihat menikmatinya.

Dengan mata lucu yang sayangnya sudah tidak suci lagi sekarang, Shotaro melihat gundukan aneh di selimutnya. Seperti ada sesuatu yang menyembul dari dalam selimut.

Ia coba menyentuh gundukan tersedia. Tak tahu kenapa, tapi rasanya sangat keras.

Dirinya merasakan suatu sensasi berbeda saat tangannya menggosok-gosok gundukan tersebut. Ia coba menggenggamnya membuat tubuhnya seperti tersengat sesuatu seakan gundukan itu terhubung dengan dirinya.

“Mhh...”

Disingkapnya selimut tersebut. Matanya langsung membola saat melihat gundukan itu ternyata berasal dari dalam celananya.

Seperti yang dikatakan Haechan dan Jaemin, sepertinya miliknya kini mulai berdiri. Shotaro bingung harus gimana.

Mencoba memutar otaknya, ia akhirnya memutuskan untuk melakukan apa yang dilakukan sebelumnya.

“Nghhh...” Ia memijat kejantanannya yang masih terbalut celana dengan tangan sendiri.

Merasakan sentuhannya sendiri memberikan kesan yang baru ia rasakan menjalar di sekujur tubuhnya.

Tempo tangannya semakin cepat, dengan kain yang membalut kejantanannya memberikan gesekan pada kulit penisnya.

Celananya terasa sesak, seakan kejantanan nya ingin merasakan udara bebas karena sudah sangat sesak didalam sana.

Shotaro mengeluarkannya membiarkan miliknya terterpa udara kamar. Mulutnya terbuka saat mengocok miliknya sendiri.

Ia merasakan sesuatu di pusat tubuhnya yang ingin keluar, tapi anehnya walaupun tangannya terus bergerak naik turun, orgasmenya tak kunjung keluar.

Shotaro tak mengerti kenapa. Rambutnya sudah berantakan, keringatnya bercucuran padahal suhu ruangan cukup rendah dapat membuat siapapun yang masuk langsung kedinginan.

Dirinya merasa tersiksa. Tangannya sudah mulai kelelahan bekerja dibawah sana. Dan bahkan...

...hole nya juga terasa basah.

“Anghhh!... Ini gimana hueeeeee....” Tak henti juga ia merengek. Merasa hanya dengan tangan saja tidak cukup. Shotaro ingin lebih.

Kabar baiknya, penginapan ini memiliki sesuatu yang tidak semua penginapan miliki.

Bantal Guling

Dengan tenaga yang Shotari miliki, ia berusaha bangun dari posisinya, perlahan merangkak naik ke atas guling.

Pinggulnya bergerak menggesekkan penisnya pada guling di antara kedua kakinya yang kini menjadi korban.

“Akhh!... Mhh—maafin Taro hueeeeee...” Shotaro merasa bersalah pada guling tidak berdosa itu.

Seperti apapun usaha yang ia lakukan tetap saja tidak membuatnya puas.

Miliknya memang susah dirangsang, tapi karena video yanh dikirim Haechan tadi membuatnya harus menuntaskan hasrat yang sudah diujung itu.

Susah terangsang, tapi susah juga terpuaskan. Siapa? Nakamoto Shotaro.

Terdengar suara pintu terbuka dari ruangan sebelah. Pertanda bahwa ada yang membuka pintu keluar. Dengan hasrat yang masih menggebu-gebu, Shotaro memakai celananya lagi dengan susah payah lalu masuk kedalam selimut bersama guling tadi.

“Tarooo???” Seperti biasa, abis pilang dari mana-mana pasti yang Sungchan cariin pertama itu Shotaro.

Lelaki jangkung yang baru saja pulang dari restoran langsung menghampiri Shotaro yang berbaring di ranjang, “kamu tidur?”

Sungchan dapat melihat mata Shotaro yang masih terbuka sedikit, “kamu kenapa? Kok lemes gitu, hm?” Suaminya merapihkan kekacauan rambut Shotaro dengan tangannya.

“Gak papa...” Dengan jawaban seadanya, ia mengapit penisnya dibawah sana yang masih terbangun, sesekali menggerakkan pahanya.

“Udah aku beli makanannya tuh, gak mau makan dulu?”

“Nanti a-aja.” Ia kembali membenamkan wajah memerahnya ke bantal guling di pelukannya.

Disebelah Shotaro, layar hp nya masih menyala—hampir mati karena screen timeout nya mau habis.

Buru-buru diambil sama Sungchan terus layarnya dipencet lagi langsung memperlihatkan video yang ter pause di hp Shotaro.

Sungchan membolakan mata saat melihatnya. Tak percaya kalau Shotaro menonton video itu. Tapi Sungchan emang nganggep Shotaro tuh anak yang polos-polos aja, makanya pas liat beginian kaget.

Tapi masa iya sih Shotaro nyari sendiri? Apa mungkin mukanya doang yang polos tapi sering nonton bokep. Kan, Sungchan jadi sujon.

Eh tapi pas di back-back, masih ada chattan nya Shotaro sama Haechan yang tadi. Sungchan baca sekilas dari atas dan akhirnya ngerti itu video awalnya dari mana.

Ia melihat Shotaro yang masih munggungin, dan anehnya selimutnya gerak-gerak terus.

“Ou...” Sungchan terkekeh pelan membacanya. Sepertinya nanti ia harus berterimakasih pada kakak iparnya itu.

Sepertinya ia tau apa yang terjadi dengan Shotaro dan mengapa dirinya seperti habis berolahraga tadi. Tapi mungkin ia akan berakting sebentar.

“Yaudah kalo kamu gak mau makan sekarang.” Sungchan membuka baju luarannya karena sungguh suhu diluar sangat berbeda dengan didalam. Dengan baju dalaman putuh tanpa lengan itu, Sungchan duduk di kursi yang terletak tak jauh dari ranjang sambil mengamati suami kecilnya.

Disisi lain, Shotaro mati-matian menahan penisnya yang masih mengeras. Ia tak bisa melakukan apa-apa selain gesek-gesekan sama guling. Tau tentang Sungchan yang masih duduk disana.

Shotaro membalikkan tubuhnya, mengintip sedikit ke arah Sungchan dari balik selimutnya.

Images

Rasanya ia ingin menangis saja. Bagian bawahnya yang masih ereksi, ditambah Sungchan yang duduk disana menatap padanya sambil meneguk sebotol air mineral.

Shotaro menelan liurnya dengan susah payah saat melihat jakun suaminya yang naik turun karena meminum air. Entah pandangan apa yang diberikan Sungchan, tapi itu cukup membuatnya meremang.

Apakah laki-laki itu tidak punya pekerjaan lain selain duduk disana dan menatapnya? Batin Shotaro.

Jujur, sekarang ia menjadi takut dengan Sungchan dan segala aura menyeramkannya.

“Hiks...” Sungchan langsung beranjak dari duduknya menghampiri Shotaro yang terdengar mulai terisak.

“Taro...?” Sungchan ikut masuk kedalam selimut menghadap suaminya itu. “Sayang... Hey...?”

Sungchan mengelap air mata di pipi Shotaro. “Kenapa nangis, hm?”

“T-takut...”

“Takut? Takut kenapa?” Sungchan berusaha berpikir dengan otak pintarnya itu. Kenapa Shotaro tiba-tiba menangis?

Apa mungkin karena tadi dia berlebihan? Karena itu Shotaro nangis kah? Soalnya emang keliatan takut, pas Sungchan mau meluk pun Shotaro agak menghindar gitu.

“Maafin aku ya...” Kan Sungchan jadi merasa bersalah sendiri. Padahal dia juga yang mau ngeliat reaksi Shotaro pas tadi diliatin.

“Tapi aku mau nanya sama kamu, dan kamu harus jujur.” Ucapan yang dilontarkan Sungchan langsung diangguki Shotaro. “Video nya dapet dari kak Haechan kan?”

Shotaro mengangguk pelan. Ia takut jika Sungchan marah, dan ia tidak mau berbohong.

“Kalo kamu pengen kenapa gak pernah bilang ke aku?” Kini Sungchan menjauhkan wajahnya agar dapat melihat wajah lawan bicaranya.

“G-gak tau gimana caranya...”

Sungchan merasa gemas dengan kelakuan suami mungilnya ini. Ia ingin terkekeh tapi ini sedang ada di situasi serius.

“Padahal... Aku juga pengen loh...” Yang lebih muda mencuri kecupan di dahi Shotaro.

Nyali Shotaro jadi ciut. Awalnya memang dia yang berniat menggoda suaminya tapi gagal, tapi sekarang Sungchan sudah berada dihadapannya malah membuatnya dilema.

“Sungchan jang—anghh...”

“Kamu abis nonton begituan, udah keras loh ini, emangnya gak kamu apa-apain?” Jari-jarinya panjangnya mengelus kejantanan Shotaro yang masih terbungkus celana.

“U-udah tapi gak bisa nghh...”

“Kok dimasukin lagi? Kesian loh, pengap dia.” Sungchan membuka resleting celana jeans pendek Shotaro, membiarkan milik si manis bebas.

“Mhh... Taro malu...”

“Kalo udah bangun, kamu wajib manjain dia, ditidurin lagi. Emangnya enak ada yang ngeganjel gini?”

“E-enggak ahh! Bantuin Taro please...”

Padahal Sungchan sendiri yang awalnya nyuruh Shotaro buat istirahat, tapi kalo udah gini Sungchan juga mana mau nolak. Apalagi keadaan Shotaro yang udah merengek kayak gini, kesempatan buat dia.

“Tapi Taro harus nurut yaa.” Sungchan merubah posisinya jadi diatas Shotaro, mengukungnya.

“Huum...” Shotaro pasrah aja walaupun sebenernya masih ngeri sama Sungchan. Tapi mau gimana lagi, dia butuh Sungchan sekarang.

Yang lebih muda menurunkan wajahnya hingga jarak antara mereka berdua benar-benar terkikis.

Bibirnya bergerak melumat dan menyesap bibir atas bawah Shotaro. Sedangkan yang lebih tua mengikuti semua yang Sungchan lakukan. Shotaro kurang paham sama apa yang harus dilakukan, jadi ikutin naluri aja.

Kalo Sungchan bilang muka mulut, Shotaro lakuin. Kalo Sungchan bilang angkat bajunya, Shotaro lakuin. Pokoknya Shotaro nurut banget, sampe pas Sungchan nyuruh buat buka celana.

“Kenapa ditutupin?”

“Malu ih!” Shotaro merapatkan kakinya, tangannya menutupi sesuatu yang terdapat diantara selangkangannya.

“Jangan ditutupin dong, aku kan mau liat.” Sumpah, Shotaro benar-benar malu. Itu area privat nya dan Sungchan terus saja menarik-narik tangannya agar menyingkir. “Aku udah jadi suami kamu loh, udah hampir setahun, masa aku gak boleh liat sih?” Tangan Sungchan bergerak mengelus perut rata Shotaro.

Sungchan mengangkat kaos putih Shotaro hingga terlepas, menampilkan dua puting nya yang terlihat lezat dimata Sungchan.

“Taro itu bayi aku, kulit kamu pun juga ikutan kayak bayi.” Ia meninggalkan beberapa tanda cinta berupa ruam kemerahan di sekujur leher jenjang Shotaro. Lalu turun ke dada mulusnya, tak lupa tangan satunya memilin puting yang menganggur.

“Sungchanhh...anghh!” Hisapan kuat itu membuat tubuh Shotaro meremang. Syaraf-syaraf di puting membuatnya sensitif.

Sungchan mengangkat kedua tangan Shotaro yang mencengkram lengannya, menahannya diatas kepala agar lelaki manis itu tidak bisa menutupi miliknya lagi.

“Uchan ahhh! J-jangan...nghhh...”

“Kenapa? Enak kan?”

Keringat terus bercucuran membasahi wajah dan lehernya. Shotaro mendesah terus menerus saat Sungchan memanjakan kejantanannya dengan sentuhan-sentuhan erotis.

“Akunya jangan ditendang gitu dong. Masa tangan sama kakinya harus aku iket sih biar diem?” Setiap hal yang dilakukannya membuat Shotaro menggeliat, bahkan saat Sungchan mengocoknya cepat, Shotaro sempat beberapa kali nendang-nendang suaminya.

“Hiks jangan...”

“Iya-iya gak aku gituin kok, tapi aku jangan ditendang lagi, oke?

“I-iya maaf...”

Sungchan menegakkan tubuhnya. Membuka baju serta bawahannya karena tak ingin Shotaro merasa tidak adil karena dia yang naked sendiri.

Sekedar informasi, Sungchan sekarang emang lagi rajin-rajinnya nge gym, jadi otot perutnya udah keliatan. Gak kayak jaman sekolah, Sungchan juga pengen keliatan gagah kayak abang-abangnya pasti, apalagi didepan Shotaro.

Terakhir, ia melepas kain terakhir di tubuhnya alias dalaman. Kejantanannya daritadi juga sudah mengeras dan pengap didalam sana.

Tetapi Shotaro yang rebahan lemas seketika tubuhnya menegang, matanya membola saat melihat ukuran kejantanan suaminya yang diluar nalar.

Itulah kenapa Shotaro sudah merinding daritadi, perasaannya juga tidak enak. Bahkan menurut Shotaro, batang dihadapannya itu seperti ular amazon. Besar dan panjang, sekarang ia mengkhawatirkan nasib dirinya.

“Kenapa diliatin doang? Gak mau megang?” Melihatnya saja sudah gemetar, apalagi menyentuh.

Sungchan menarik lengan Shotaro agat mengelus otot perut yang sudah susah payah ia buat itu.

Walaupun ternyata Shotaro malah lebih fokus sama benda pusakanya, Sungchan gak kecewa. Itu berarti miliknya berhasil membuat Shotaro tercengang. Patut dibanggakan.

“Gak pengen nyobain? Dia juga pengen dipegang sama kamu loh.”

“Kenapa gede banget? Beda sama punya Taro.” Yang lebih tua manyun saat akhirnya tau perbandingan ukuran miliknya dan Sungchan.

“Bawaan. Bagus dong berarti, inget kan kalo misalnya makin gede makin enak.” Sungchan menyeringai bangga. Gak tau kemana Sungchan yang kayak hari-hari biasanya. Sekarang lelaki bertubuh tinggi itu menatapnya kelaparan.

Akhirnya Sungchan merubah posisinya jadi tiduran, “duduk disini, kamu hadep sana.” Sungchan menepuk perutnya menyuruh Shotaro agar duduk disana.

“Eung?” Shotaro menumpu tubuhnya sambil menengok ke belakang, kearah Sungchan.

“Itu masukin mulut.”

“Masukin mulut? Emangnya mau dimakan?”

“Bukan dikunyah juga, tapi diemut kayak Taro kalo makan permen aja.” Sungchan benar-benar tidak sabar ingin merasakan nikmatnya mulut Shotaro.

Shotaro membungkukkan badannya, menggenggam penis Sungchan dan memasukkan kedalam mulutnya. Posisi seperti itu membuat lubang berkedut Shotaro terpampang jelas di hadapan mukanya.

“Oh shit.” Sungchan mengintip dari posisinya bagaimana suami mungilnya itu mulai memasukan kejantanan kedalam mulut. Benar-benar melakukan apa yang dibilang sebelumnya, Shotaro memperlakukan penis tagang itu layaknya permen.

Dijilatinya kepala penis itu, perlahan ia masukan kedalam mulutnya berbarengan dengan lidahnya yang terus bermain. Mata Sungchan tambah membola lagi saat menyaksikan bagaimana kejantanannya masuk sepenuhnya. Bahkan kini ia dapat merasakan miliknya mencapai pangkal tenggorokan Shotaro.

“J-jangan dipaksain Taroo—ahhh!” Yang lebih tua seakan tidak peduli dengan Sungchan yang sudah khawatir.

Sebenarnya Sungchan menikmati bagaimana mulut hangat itu mengulum miliknya. Tapi dilain sisi, Sungchan tetaplah Sungchan yang khawatir kalo kesayangannya kenapa-napa.

Sungchan menampar bokong Shotaro guna melampiaskan kenikmatannya. Kepalanya maju, menjilat lubang berkedut yang sudah minta dimasuki itu.

“Eunghh—uchan ngapain aa-ahh!” Shotaro menengok kebelakang dan mendapati suaminya sedang melesatkan benda tak bertulang itu ke hole nya. “Jangan uchanhh... Jorok anghh...!”

“Lanjutin aja, jangan liat kebelakang.” Sungchan mendorong kepala Shotaro agar lelaki itu tetap fokus pada kulumannya.

Shotaro merasakan lubangnya sudah sangat basah dan bokongnya yang terus-menerus kena tampar tangan Sungchan. Tak lama, kulit bagian bawahnya merasa bahwa ada sesuatu yang mencoba masuk. “Kenapa gitu akhhh! S-sakit Sungchan ahh—kenapa rasanya begini...nghhhh...”

Jari telunjuknya mulai masuk menerobos lubang itu. Ditambah lagi jari tengahnya dan melakukan gerakan menggunting, pemanasan. Mempersiapkan lubang baru memang cukup menantang, apalagi dinding rektum nya yang masih rapat membuat jari-jarinya serasa diremat kuat. Gak kebayang kalo nanti kejantanannya masuk kesana.

Cairan putih setelah itu tersembur kedalam mulutnya. Shotaro mengangkat kepalanya, menengok ke belakang sambil menunjukkan mulut terbukanya yang penuh cairan ejakulasi. “Iwni gwimwana?”

“Sini.” Sungchan memutar tubuh Shotaro agar menghadap padanya. Lalu menarik tengkuk Shotaro hingga bibir keduanya bertemu. Sungchan menjulurkan lidahnya, mereka berbagi cairan.

“Gimana rasanya.”

“Uh, gak enak!”

“Hahaha tapi kalo dibuang malah sayang loh, mending ditelen.” Halah Sungchan mah ngomong doang kalo itu. Padahal sehari-hari kalo dia lagi horny pasti main solo, terus calon anaknya dibuang gitu aja.

Sungchan menjilat cairannya sendiri yang menetes dari mulut Shotaro ke lehernya. Lama-lama bibirnya jadi turun ke dada, menyesap kedua nipple itu.

Imajinasi Sungchan selama ini salah satunya itu pengen nyusu di dada Shotaro. Sekarang jadi bisa terkabulkan. Malah lelaki itu seperti bayi yang sedang kehausan, tak ingin lepas dari puting yang sudah bengkak itu.

“Langsung ke inti ya?”

“Huum...” Shotaro mengalungkan tangannya ke leher Sungchan biar tubuhnya tetap berada di posisi, tidak oleng.

Yang lebih sedikit mengangkat tubuh Shotaro dan mengarahkan kejantanannya tepat pada lubang sempit itu.

“Akkhhh! Sungchanhh sakithhh!... Aghhh!”

“Ini baru dikit, belom semua loh.” Sungchan kembali membawa Shotaro kedalam ciuman panas. Berharap Shotaro teralihkan karena pinggulnya dibawah siap untuk mendorong kejantanannya masuk sepenuhnya.

“Hmppphhh—AKHHHHH! SUNGCHANHH!.... Hiks... Sakitthhh anghhh...” Jangan khawatir kedengeran sama orang sebelah, soalnya Sungchan pesen kamar yang khusus buat penganten baru.

Iya emang udah niat dia. Buat jaga-jaga aja sih sebenernya. Eh tapi beneran terjadi kan?

Tubuh Shotaro melemas saat itu juga. Tubuhnya seakan dibelah dua. Lubang nya terasa robek. Mengingat ukuran milik Sungchan yang gak biasa.

“Shhh...” Sungchan merasakan penisnya dijemput kuat oleh dinding rektum rapat itu serta perih di punggungnya karena cakaran kuku Shotaro.

“Uchan p-perihh... sakithhhh nghhh!”

“Maafin aku ya?” Sungchan mengecup seluruh bagian wajah manis yang sudah berantakan dan memerah itu. “Mau dikeluarin lagi?” Udah kepalang tanggung, Sungchan gak rela juga kalo dibatalin. Tapi karena Shotaro ia rela jika harus berakhir bermain solo di kamar mandi.

“Jangan...” Ucap pelan yang lebih tua seraya membenamkan kepalanya di leher Sungchan.

Tak lama, Shotaro menggerakkan tubuhnya naik turun. Dengan posisi seperti itu, tentu penis Sungchan tertanam lebih dalam. Sesekali ia masih meringis karena mulut lubangnya masih perih.

“Anghh! Hhh...enghhh... Ahh!” Sungchan menggerakkan pinggulnya dari arah berlawanan membuat titik manis Shotaro tertumbuk berkali-kali.

Cairan putih Shotaro tersembur setiap kali batang panjang itu berhasil menemukan prostat nya.

Sungchan merebahkan Shotaro diatas kasur tanpa mengurangi tempo sodokannya. Tangan Shotaro meremat bantal dan seprai di sekitarnya saat Sungchan mengocok penis dan memainkan putingnya. Tubuhnya melengkung karena menerima rangsangan berlebihan itu.

Tubuh Shotaro kian melemas karena ia sudah mengeluarkan ejakulasinya berkali-kali, sedangkan Sungchan masih betah memaju mundurkan pinggulnya.

Ruangan itu kini hanya terdengar desahan nikmat kedua insan itu dan benturan antar kulit yang dihasilkan mereka.

Bahkan kini Sungchan mengangkat satu kaki Shotaro dan meletakan diatas pundaknya. Shotaro yang sudah terbaring lemah sampai menjulingkan matanya dengan mulut terbuka saking hebatnya rangsangan yang diterima tubuhnya.

Emang Jung Sungchan gak main-main.

Di dalam lubuk hatinya, Sungchan merasa bahagia. Imajinasinya selama ini akan Shotaro selama bermain dengan penisnya sendiri di dalam kamar mandi terwujud. Bagaimana miliknya menerobos lubang ketat Shotaro, semuanya terjadi hari ini.

Lelaki itu seperti tidak kenal lelah. Mungkin bisa juga karena faktor pertama kali. Malam pertama yang harusnya udah dilakuin dari lama, hari ini Sungchan anggep malam pertama dia sama Shotaro.

“Di-dikit lagihhh-ahhh! Tarooo!”

“Anghhh! Ahhh-hhh Sungchanhh... Nghh... Akhhh!”

Setelah beberapa tusukan terakhir, Sungchan mencapai klimaksnya dan mengeluarkan para calon anak di dalam lubang Shotaro.

Shotaro sibuk meraup oksigen demi pasokan udara di paru-parunya, sedangkan Sungchan memberikan Shotaro kecupan kupu-kupu dari wajah hingga turun ke perut ratanya berharap benih-benih yang sudah ia tanamkan tumbuh dengan baik didalam sana.

Sungchan menarik selimut guna menutupi tubuh naked Shotaro, dilanjutkan dengan dirinya berbaring di sebelah Shotaro sesudah memberikan kecupan terakhir sebelum tidur di dahi Shotaro.

“Makasih sayang...” Dan akhirnya Sungchan menyusul Shotaro yang lebih dulu sudah pergi ke alam mimpi sambil mendekap kesayangannya selama melewati malam yang panjang ini.


Ngomong-ngomong, makanan yang tadi Sungchan beli dibiarin di meja gitu aja. Padahal belinya lumayan banyak karena Sungchan awalnya pengen makan malem bareng sama Shotaro.

Kalo dibiarin sampe pagi pasti udah dingin lah.

Mungkin ada yang mau?

[ Fin. ]