🔞 tw// bxb, not safe for work, smut, frontal, harsh words, public sex? (on call), oral sex, flirting

Haechan berjalan ke arah kekasihnya yang sedang asik bermain game itu. Celana panjangnya sudah ia lepas tadi dengan alasan gerah—menyisakan celana pendek yang memperlihatkan paha tan seksinya.

Bahkan saat pemuda itu sudah berdiri di belakang kursi Mark, yang lebih tua sama sekali tidak menyadari dan masih asik mengobrol ria bersama teman-temannya.

“Gue tadi main ketemu bocil anjing.”

“Dimana?”

“Marah-marah gak jelas, dikatain anak lonte padahal gue kan gak punya emak hahahaha...”

“Kencing aja masih belom lurus anjg, sok-sokan jagoan babi.”

Haechan dapat mendengar teman-teman Mark berinteraksi satu sama lain. Ia pernah bertemu salah satu, namanya Lucas. Mark kalo berdiri sebelah Lucas keliatan uke soalnya badan nya tuh tinggi besar kayak kingkong (menurut Haechan).

Lelaki manis itu menyingkirkan tangan Mark agar ia bisa duduk di pangkuan kekasihnya. Posisi Haechan membelakangi komputer, sedangkan Mark membenarkan posisi duduk Haechan lalu melanjutkan game online nya.

“Mark, dingin...” Haechan.

“Gedein aja AC nya, remotnya disitu tuh.” Tunjuk nakas di samping tempat tidur menggunakan dagunya.

Tidak menggubris ucapannya, si manis malah memeluk leher Mark dengan posesif sambil menghirup aroma shampoo yang Mark pakai.

Tadi habis mandi, jadi tubuhnya kini sudah wangi menjadikan Haechan betah menghirup aroma maskulin leher Mark—dengan seduktif.

Tapi lelaki Agustus itu sama sekali tidak terganggu. Ia malah semakin semangat bermain game, bercanda ria bersama kawan-kawannya.

“Eh ada musung njir ada musuh!!”

“Mana mana???”

“Gue gak liat njir, bentar gue lupa pake kacamata fak!”

“Aaaaaa aku ketembak tolongggg~”

Mark berhasil melumpuhkan musuh-musuh yang menembaki squad nya. Lalu ia membantu teman-temannya yang knock down.

“Mark aku gak ada first aid kit, kamu ada gakkk?” Suara perempuan itu ada lagi, dan terdengar sangat menjengkelkan bagi Haechan.

Helloooo.... Teman teman yang ikut bermain masih banyak, kenapa ia terus meminta peralatan pada Mark.

“Fel, nih nih gue ada nih!”

“Gak usah Jen, ini aku udah dapet dari Mark.”

“Owh... Ngonghey...”

Tuhkan, padahal temen yang lain punya ini malah minta ke Mark. Gak cuma sekali, Haechan udah denger berkali-kali bahkan juga saat perempuan itu menanyakan hal-hal yang out of topics bahkan lebih mengarah ke pembicaraan pribadi.

Hah?

Daripada mikirin, mending Haechan balik ngedusel sama Mark. Dia gak bohong, kamar Mark sekarang emang dingin banget. Gak tau AC nya disetel berapa sama Mark, yang pasti ia merasa tangannya hampir beku.

Guna menghangatkan, Haechan memasukkan tangannya kedalam hoodie kekasihnya, merasakan hangat tubuh sang kekasih yang membuatnya rileks.

Haechan terus membelai perut atletis Mark, mencari kehangatan disana. “Ay, boseeennn...” Yang lebih tua mulai merengek di ceruk leher Mark.

“Gue lagi main game, kan udah gue bilang tadi.” Ucap Mark ketus, sama sekali tidak beralih dari komputernya.

“Itu siapa anying nemplokin si Mark?” Tanya salah seorang teman Mark yang lain, namanya Jeno.

*“Mana? Siapa?**

“Siapa njir—LAH IYA?! MARK ITU SI ECHAN NGAPAIN???” Lucas mulai berteriak saat kembali ke discord, mendapatkan Mark yang sedang ditempeli seseorang.

Iya, mereka main game nya sambil buka kamera.

“Nape lu, iri? Cari pacar makanya.” Ujar Mark santai, tangannya menepuk-nepuk bokong sintal kekasihnya.

“Kalo pacar gue mah gak usah diraguin, noh si Luke kagak jelas jalan idupnya.”

“Bah kesian anak pak RT digantungin sama kak Jungwoo diningrat.”

“Diningrat kas, mundur deh lu su daripada jadi gembel satu-satunya di keluarga dia.”

“Bangsad ye lu pada.”

Sebenarnya Haechan terhibur dengan teman-teman Mark yang kelakuannya sangat random itu, apalagi Lucas. Tapi tetap, ia bosan sekali walau hanya bergelayutan dengan Mark.

Ingin sekali Haechan menghancurkan komputer sialan itu dengan tendangan maut nya. Terima kasih pada kakaknya, Johnny yang telah membekali Haechan dengan muay thai. Tapi tidak, pemuda itu tidak mungkin merusak komputer Mark, yang ada dia cari mati dengan Mark.

Haechan lebih memilih cara lain, cara yang lebih lembut—mungkin?

Ia punya banyak cara untuk mendapatkan perhatian Mark. Sangat banyak, namun ada satu yang paling ampuh dari yang lainnya.

Haechan menggigit perpotongan leher Mark lalu menjilatnya. Tangan tidak tinggal diam, ia masukkan lagi ke dalam hoodie Mark, jari telunjuknya mengikuti bentuk perpotongan abs yang membuat si gamers geli.

“Markhhh... Sayanghh...” Haechan memberikan desahan tepat di telinga Mark. Biasanya dengan itu adik kecil Mark terbangun dari tidurnya.

Tapi ternyata tidak. Mark masih fokus dengan game nya, seperti tidak terganggu sama sekali.

“Ay mau cium...”

Chup

Satu kecupan mendarat tepat di bibir Haechan. Tapi hanya kecupan singkat, tidak lebih. Itu membuat si manis jadi merengut sedih.

Ia mau cium dalam arti ciuman dengan lumatan, hisapan, jilatan, bukan kecupan singkat biasa.

“Markhhhh.... Gue sange nghhh....” Ujar Haechan menggoda Mark lagi, kali ini sambil menggerakkan bokongnya hingga penis keduanya saling menggesek.

Gak tau ada apa sama pendeteksi rangsangnya Mark, dia bener-bener kayak biasa aja dan fokus sama game nya. Padahal Haechan udah gesek-gesek pantat semok nya, tapi tetep gak ampuh.

“Mhhhh...” Haechan akhirnya menarik tengkuk Mark mengajaknya ke dalam ciuman panas.

“Apasih Chan?!”

“Ngewe hayoook...”

“Lagi gak mood gue.”

Beuh! Tumben-tumbenan nih Mark begini. Iya sih, bener kalo kombinasi Mark tambah game itu berbahaya, tapi kalo gini yang ada Haechan males ladenin Mark lain kali.

“Awas aja lu, gak gue belai dua bulan.” Ucap Haechan dalam hati penuh dendam.

Dia masih gesek-gesek, sekalian naik turunin pantatnya yang masih pake celana.

Kan! Sekarang malah Haechan yang basah. Apes banget, padahal niat dia godain Mark, tapi dia yang pertama kena.

Tapi gak boong, kalo gesek-gesekan sama punya nya Mark itu enak banget. Walaupun masih dibalut celana, Haechan masih bisa ngerasain penisnya karena ukurannya bisa dibilang WOW!

Tapi gak lama setelah itu...

“Mark, titit lo tegang.”

“Napa? Mau nyepongin?”

Haechan menjawab nya hanya dengan mengangguk lucu layaknya anak kecil yang senang diberi permen.

Mark ngeluarin adek kecil dia dari celananya. Gak perlu susah-susah buka resleting, soalnya Mark pake celana rumahan yang pinggang karet biasa.

Pertama, Haechan bangun dari pangkuan Mark dan berpindah ke bagian bawah meja. Sekarang wajah Haechan tepat berhadapan dengan penis Mark yang sudah ereksi.

Lelaki manis itu menjilat pangkal penis besar itu sebagai pemanasan. Perlahan mulai memasukannya kedalam mulut, dan dikeluarkan lagi sambil bibir tebal Haechan menekan kulit penis Mark.

Mark sesekali melihat ke arah selatannya. Haechan juga menatap dirinya dengan sensual sambil memainkan lidahnya, terlihat seksi sampai membuat dirinya mengerang rendah.

Mark cuma nikmatin. Toh main game sambil adeknya dimanjain sama pacar ternyata bukan ide buruk. Tangannya mengelus surai Haechan lalu turun ke tengkuk seakan memberi tahu, “good boy...”

“Tinggal berapa orang lagi weh?”

“Bentar... Satu squad lagi, tinggal tiga tapi, satu orang knock, gas ini mah!” Jeno bersemangat. Ya mereka masih satu squad lengkap, dan yakin soal kemenangan yang hampir didepan mata.

“Mark jangan jauh-jauh dong... Aku takut...”

“Akh!” Mark merasa penisnya digigit. Ia menatap tajam Haechan sedangkan yang lebih muda hanya memutar bola matanya malas.

“Mark, kamu kenapa? Tadi kayaj teriak gitu???”

“E-enggak papa kok, hehehe...”

“Inggik kik gipipi...hihihi...” Ejek Haechan dalam hati. Ia semakin liar. Deep throat yang membuat penis Mark menyentuh pangkal tenggorokan Haechan. Saat merasa sudah agak pegal, ia mengeluarkan setengah dan mengocok sisanya dengan tangan. Sesekali twins ball si Mark juga dia mainin.

“Satu lagi itu satu lagi di atas rumah!”

“Rumah yang mana kas???”

“Depan lo tuh Mark, masuk Mark!”

Karena musuh tinggal satu orang, ditambah orang itu dikepung sama squad nya Mark, beberapa saat kemudian terdengar suara tembakan dan muncul logo kemenangan berbarengan dengan pelepasan Mark di mulut Haechan.

“Tuh orang tadi ngapain njir? Ngakak.”

“Gak gerak dia.”

“Ngebug kali pake Indihome.”

“Gue Indihome dirumah lancar kok anying.”

“Si Mark kemana su? Ngikut ngelag apa?” Lucas balik lagi ke discord, dan ngeliat Mark udah remes-remes pantat Haechan sambil mereka berdua lagi saling lumat.

“Oanjing!” Pantat Haechan lebar banget di kamera, soalnya posisinya bener-bener depan monitor.

“MARK WOY!”

“DENGER GAK SIH JAMAL?”

*“DIH BANGSAT MALAH NGEWE.”

Mark gak peduliin teriakan temen-temennya yang mulai ngedumel. Tangannya malah nurunin celana Haechan, abis itu jari telunjuknya dia masukin ke dalam lubang berkedut itu.

Mark muter kursinya jadi menyamping. Karena ia tak mau teman-temannya melihat aset berharga tepat depan kamera, dan malahan sekarang lebih keliatan jelas kalau dua insan ini sedang bertukar liur.

Lelaki setengah bule itu mulai mengarahkan penisnya pada lubang Haechan setelah melakukan pemanasan.

“Anghhh! Nghhh...” Desahan Haechan terdengar jelas saat Mark mulai menggenjotnya penisnya.

Dibantu oleh Haechan dipangkuan Mark yang bergerak dari arah berlawanan sehingga membuat penis kekasihnya semakin tertanam didalam sana.

“Pelaninnn dikit ayyyyh!!!! Ahh!” Dan saat itu lah prostat Haechan berhasil Mark temui dan ditumbuk dengan kuat.

Saat Haechan sibuk menaik turunkan tubuhnya dan tidak berhenti mendesah, Mark tentu tidak menyia-nyiakan puting Haechan yang sedari tadi belum dijamah.

Tangannya mencubit, sesekali memelintir bagian tegang di dada sang submissive. Lidahnya melakukan gerakan memutar tepat di bagian sensitif itu membuat yang lebih muda membusungkan dadanya meminta lebih. Tangan Haechan menahan Mark, mengisyaratkan agar kekasih tampannya itu tidak melepas hisapan nikmat itu.

“AKHLAKLESS BANGET LO MARK ANYING!”

“BUBARIN DULU INI WOY!”

“Tinggal keluar sendiri, apa susahnya?” Ujar Mark tenang sambil melihat teman-temannya. Dirinya yang sedang menyusu pada sang kekasih memberi tatapan mengejek pada orang-orang yang melihat kegiatan panas mereka.

“Markhhh jangan digigit hhhhh!... Sakithhhh...” Bokong sintal Haechan bergerak di atas Mark dengan indah. Karena Haechan ini cukup berisi, jadi setiap kali bokongnya bertemu dengan paha Mark memberikan kesan membal.

“Aghhh dikit lagi Chan! Shhhhh....” Dan beberapa tusukan terakhir, Mark menyemburkan cairan semen nya di dalam lubang Haechan sedangkan pemuda di hadapannya sibuk mengatur napasnya.

Mark menutup lubang Haechan dengan jarinya agar spermanya tidak menetes keluar. Lalu ia menurunkan kembali kaos Haechan yang tersingkap guna menutupi dada semok nan mulus itu.

“Ngapain kalian masih disitu nyet?!” Tanya Mark saat Jeno dan Lucas masih berada disana dalam arti lain mereka menonton pergumulan pana yang dilakukannya dengan Haechan.

“Coli lah anjing, apalagi!” Ucap Lucas yang dadanya naik turun, dia barusan juga abis pelepasan.

Sedangkan Jeno langsung meninggalkan room saat Jaemin tiba-tiba muncul di pintu kamarnya, barusan aja dateng.

Haechan menatap layar monitor Mark, mancari keberadaan perempuan yang tadi membuatnya kesal karena selalu berusaha caper ke pacarnya. Tapi hasilnya nihil, disana tinggal Lucas doang.

Akhirnya ia memilih bangun dari pangkuan Mark dan berjalan ke arah tempat tidur yang terletak tak jauh dari sana dengan sisa tenaganya.

“Haechan...” Mark mendatangi kekasihnya yang tengah rebahan diatas kasur terbalut selimut. “Udah tidur kah?”

“Mmm napa?...” Jawab si manis dengan suara seraknya.

Mark menyusul Haechan naik ke tempat tidur, merebahkan dirinya tepat disamping kekasihnya. Tangan nakalnya mulai beraksi lagi. Kini ia yang berusaha menggoda Haechan.

“Jangan tidur dulu lah...”

“Capek gue, Mark.”

Tangan Mark naik ke dada Haechan untuk memijat dan meremas bagian yang cukup berisi itu.

“Mau susu ay...”

“Ambil sana dii kulkas lo, tadi banyak gue liat.”

“Bukan yang itu ay... Susu yang ini lohhh...” Mark memainkan puting Haechan dari luar kaos. “Pengen nenen...”

Haechan yang mengerti rengekan pacarnya langsung merubah posisinya jadi terlentang, lalu menaikkan kaosnya higga putingnya yang masih membengkak kembali terlihat.

Langsung aja Mark meraup nipple kesukaannya itu. Bak bayi yang kehausan, Mark menghisap puting itu dengan semangat. Tangan yang satunya meremas bagian dada lainnya, pikirnya mungkin dada Haechan lama-lama bakal tambah muncul.

Kalo diinget lagi, waktu pertama kali sama yang ini, dada Haechan sekarang lebih berisi. Mungkin karena faktor Mark yang ngasih makan terus sama serung di isepin kalo Haechan nginep.

“Pelan-pelan Mark, gue gak kemana-mana.” Beneran rakus banget manusia yang satu ini. Padahal gak akan ada orang yang bakal bisa megangin dada Haechan selain dia.

“Gak bakal keluar susu mau lo isepin kuat-kuat pun.” Haechan mengelus rambut hitam Mark. Sungguh, kalau Mark sedang mode manja seperti ini membuat yang lebih tua terlihat menggemaskan.

Sekarang Mark udah beneran kayak anak kecil minta nyusu sama ibunya. Kalo udah bosen sama kanan, pindah lagi sebelah kiri—atau enggak pondah ke belakang bawah.

Gitu aja terus sampe Mark bosen. Kalo udahan, dia juga bakal berhenti sendiri kok. Haechan juga gak keberatan. Enak juga dadanya digituin. Perih kalo Mark gigit, terus geli kalo dijilatin.

“Sambil nonton film mau gak Chan?”

[ Fin . ]