novadelue

blow

#Blow

NSFW, Foreplay, Kinda dirty, BXB 🔞

Jeno masuk kedalam dorm. Ia baru saja pulang dari tempat olahraga nya. Kini lelaki pemilik eye smile itu merasa dirinya sangat membutuhkan istirahat sehabis mengeluarkan banyak tenaga serta keringatnya.

Demi membentuk perut atletisnya, Jeno melakukannya. Bukan karena apa-apa, ia adalah seorang idol dan tubuhnya butuh melakukan sesuatu demi menjaga bentuk six pack nya.

Selain kewajibannya sebagai seorang idol, Jeno juga memiliki kewajiban sebagai seorang kekasih.

Kekasih bagi Na Jaemin.

Ah, suatu saat nanti ia akan merubah marga “Na” itu dengan marganya. Itu baru niat, tapi ia sudah menaruh keseriusan dalam niat itu.

“Nana...” Nama itu yang pertama kali Jeno ucapkan saat masuk kedalam dorm. Tetapi anehnya Jeno tak menemukan nana-nya disana. Padahal beberapa jam sebelum Jeno pergi ke tempat gym, lelaki manis itu berkata bahwa ia akan stay di dorm hingga Jeno pulang.

“Apa?” Suara datar muncul dari arah belakangnya. Itu Na Jaemin membawa segelas air yang ia ambil dari dapur, masuk melewati Jeno yang masih berdiri dekat pintu.

“Gak, aku kira kamu pergi kemana.” Saking capeknya, Jeno langsung masuk ke kamar tanpa memperhatikan sekitarnya, dan tanpa ia sadari bahwa Jaemin tadi sedang berada di dapur.

Jaemin naik ke tempat tidurnya setelah meminum beberapa teguk air putih lalu meletakkan gelas bening itu di atas meja.

Dengan begitu saja, ia merebahkan tubuhnya diatas kasur dengan posisi random, yang penting tubuhnya menerima posisinya. Gerakan acak membuat kaos hitamnya sedikit tersingkap hingga memperlihatkan pinggang ramping—salah satu bagian favorit Jeno, tapi sayangnya lelaki itu tidak melihatnya.

“Jeno, kamu gak capek?” Tanya Jaemin malas saat melihat Jeno duduk di bangku gaming nya dan malah menghidupkan komputer kesayangannya.

“Sebentar aja Na.” Jaemin tahu betul bahwa kekasihnya itu kecanduan bermain game khususnya di komputer.

Komputer kesayangan + hobi bermain game, itulah mengapa Jeno betah duduk disana.

Bangun dari tempat tidur, Jaemin menyeret kakinya yang sedang tidak mood berjalan ke arah Jeno. Tanpa berkata-kata, lelaki itu mengangkat kakinya hingga bokongnya terduduk diatas paha Jeno.

Gerakan tiba-tiba itu tentu membuat Jeno keheranan. Reflek, tangan Jeno menahan pinggang ramping Jaemin.

“Chenle bilang, tadi kamu nge gym sambil buka baju? Itu bener?” Jaemin mematikan komputer Jeno lanjut menatap mata dang kekasih dengan lekat.

“Iya, soalnya gerah.”

“Bangga banget gitu pamerin badan kamu?”

“Iya dong! Udah aku bentuk susah payah, sayang kalo gak dipamerin.” Ucap Jeno santai. Tangannya terangkat merapihkan surai hitam kekasihnya yang agak berantakan.

“Udah dipamerin di konser waktu itu, masih belim puas bikin fans menjerit gitu?”

“Belom.”

Jaemin memberikan tatapan malas lagi, dan lebih memilih bangkit daripada melihat muka menyebalkan Jeno yang kini tengah menyengir.

“Kenapa? Iri aset kamu diumbar-umbar?” Sebelum Jaemin pergi, Jeno sudah lebih dulu menahannya.

“Bayangin kamu keringetan, lagi nge gym, terus ada mata centil yang liatin kamu terus. Iya aku iri kalo pemandangan kayak gitu malah didapetin sama jalang.”

Dengan cekatan, Jeno meraup bibir merah plum yang sudah melontarkan satu kata kasar. “Mulutnya gak dijaga, harus dihukum.” Sang dominan kembali menyerang bibir Jaemin namun kali ini lebih kasar.

Dengan berani Jeno langsung melesatkannya benda tak bertulang miliknya kedalam mulut Jaemin yang tentu disambut oleh sang submissive.

Yang lebih tua melepaskan lumatannya saat dirasa Jaemin mulai terengah-engah dengan kegiatan mereka.

Jaemin mencari sesuatu di meja itu. Setelah menemukannya, Jaemin mengambil hp miliknya, menyalakan sebuah lagu yang langsung terhubung oleh speaker bluetooth yang ia beli waktu itu. Volumenya ia tambah guna menyamarkan suara yang akan terjadi berikutnya.

Itulah salah satu guna speaker.

“Makin rajin ya sekarang nge gym nya.” Jaemin memasukan tangannya kedalam baju kaos Jeno, menyingkap lalu menyentuh perut atletis itu dengan sensual.

“Sebentar lagi kita mau photoshoot, aku harus keliatan bagus dong nanti. Kamu bersyukur punya pacar kayak aku.” Tangan Jeno ikut bergerak, mengelus punggung mulus Jaemin membuat lelaki tampan namun manis itu melengkungkan tubuhnya.

“Harusnya cuma aku yang bisa liat, tapi karena kamu juga punya fans—”

“Mereka cuma liat, sedangkan kamu bisa naro tangan kamu disini, Na Jaemin.” Ucap Jeno menuntun jari-jari lentik Jaemin menelusuri dada hingga turun ke bagian bawah pusarnya. “Kamu beruntung Na Jaemin, kamu punya aku sebaliknya juga aku punya kamu.” Jeno meremas dada Jaemin saat tangan satunya mencapai salah satu bagian sensitif si manis.

“Mhhhh...”

Calling my name You cannot blame me For trying to be cautious Now we're in too deep Can't fall asleep

Jeno kembali mendaratkan bibirnya diatas bibir manis Jaemin saat mulut itu mulai mengeluarkan desahan kecil.

Hal kecil yang sangat berpengaruh bagi seorang Lee Jeno. Libido lelaki itu meningkat kala Jaemin mulai mengangkat kaos nya hingga terlepas, memaparkan lekuk tubuh atletis yang sangat menggoda.

Pundak dan dada yang bidang sungguh menghipnotis.

Menggigit bibir, akhirnya sang kelinci manis merasakan birahinya ikut menaik pesat, seperti termometer yang diletakkan di dekat api.

Lee Jeno adalah apinya.

Lelaki itu bisa dengan mudah membangunkan napsu siapapun yang melihat tubuh kekarnya, maka dari itu Jaemin sangat posesif soal kelebihan kekasihnya yang cukup menyusahkan tapi tetap menggairahkan.

Kepala Jaemin turun ke leher Jeno. Memberikan sebuah cupangan sebagai tanda cintanya berupa ruam kemerahan. Membekas di leher Jeno, layaknya karya seni yang dibuat Na jaemin.

Tak perduli dengan cucuran keringat Jeno. Gila memang, tapi jujur ia sangat menikmatinya.

Jeno mengecup tangan Jaemin yang menangkring di pundaknya hingga lengan. Lidahnya menyapu basah permukaan leher jenjang sang submissive.

Ia berikan tiupan kecil di bagian itu memberikan kesan menggelikan sekaligus sejuk karena jilatan sebelumnya.

Tubuh Jaemin bergetar hebat saat Jeno memilin nipple nya yang kini sudah terpampang karena bajunya juga ikut terangkat, ulah Lee Jeno.

“Anghhhhh...shhhh...” Meremas rambut Jeno guna menyalurkan kenikmatannya, sedangkan satunya mengeluarkan kejantanan yang sudah sesak didalam sana.

“Jenhhh...ahh!”

Jaemin kalah.

Jaemin kalah saat sudah dibawah kendali sang dominan. Ia tak bisa menolak. Kini tubuhnya seperti kutub yang berbeda membuat ia dan Jeno seakan menarik satu sama lain.

Jeno ikut mengeluarkan kejantanannya. Batang besar itu mengacung bebas sekaligus minta dimanjakan.

Jeno menuntun tangan Jaemin agar mempersatukan kedua penis mereka, lalu mengocoknya secara bersamaan.

Jaemin dibuat frustasi oleh gerakannya sendiri. Sang dominan sibuk memainkan nipple sebesar biji kacang yang sudah menegang itu dengan ibu jarinya, mulutnya terus memberikan tiupan sensual di setiap bagian jenjang leher kekasihnya.

“T-tolong nghh... Jenoohhh...” Ia tak bisa mengerjakan tangannya lebih lama. Tenaganya terkuras saat menerima rangsangan Jeno.

Akhirnya tangan kekar Jeno turut serta dalam menggerakkan jari naik turun pada kejantanannya.

“Mhhhh... Ooohhhh Jenhhh—” Jaemin mendongak, tangan yang berada dalam kocokan terus digerakkan oleh Jeno agar mereka mengocok bersama-sama.

Jika saja diletakan alat pengukur suhu disana, bisa mengukur seberapa panasnya ruangan itu karena ulah dua anak adam yang sedang kalut dengan napsu masing-masing namun saling membutuhkan.

Jaemin menggesekkan bokongnya di paha Jeno, membuat penis keduanya juga ikut tergesek satu sama lain. Keduanya mendesahkan nama orang dihadapan, sambil terus bergerak hingga mencapai titik itu.

“Cum! Cum! Jennhhh ahhh....”

Keduanya mencapai putihnya secara bersamaan seperti detak jantung mereka yang berdetak dengan ritme yang sama.

Sperma keduanya tercampur, penis mereka masih bertemu, tangan Jaemin dan Jeno kotor karena pelepasan mereka sendiri.

Jeno mengarahkan tangannya pada mulut Jaemin dan memasukkan ketiga jari tertengahnya.

Jaemin yang disuguhi, langsung menghisap dan menjilat jari-jari penuh sperma itu layaknya es krim. Sedangkan yang lebih tua sibuk meraup nipple Jaemin yang mulai membengkak.

It's foreplay, baby...

Your hands around my heart, you're in control You're the only one I keep so close Cause no other love has ever felt right

Mereka akan mengambil beberapa speaker lagi, dengan lagu “lights out” mengalun setelah lagu pertama selesai.

Mereka perlu menutupi suara yang lebih besar.

[ Fin .]