Osaka Night
tw// dirty sex, dirty talk, bathroom, toxic relationship, mention of drugs, mention of violence, mention of mental disorders
Jaemin menyusul tubuh bugil Jeno. Keduanya kini berada di dalam shower box kaca sambil melumat bibir satu sama lain. Tangan Jaemin sudah menggerayangi tubuh atletis Jeno sambil menggesek-gesekkan penis keduanya.
Jaemin membuka mulutnya guna menghirup udara sebanyak mungkin untuk mengisi pasokan oksigennya, sedangkan Jeno sudah beralih ke leher jenjang pria bermarga Na itu hingga turun ke puting tegangnya.
“Anghh~ Yashh~ Hisap terus Jenhh...”
Jeno menjauhkan bibirnya dari dada Jaemin, “kamu lupa?”, lalu menarik tonjolan itu dengan kencang.
“HYUNG AHH! Jangan terlalu kencang shhh—” Jaemin bisa merasakan putingnya yang perih dan berdenyut kencang, pasti akan terlihat bengkak.
“Good boy.” Jeno meremas bongkahan sintal Jaemin, menuntun kaki panjang itu mengalung di pinggangnya.
Tatapan Jeno terpaku, bukan pada tubuh mulus nan ramping itu tetapi pada lengan Jaemin yang penuh luka lebam di sekujurnya.
“Tangan kamu?—”
“Gak papa kok.”
Tangan Jeno mengangkat poni basah yang menutupi wajah Jaemin. Cukup terkejut saat dahi Jaemin terpampang beberapa luka lecet kering seperti tergores benda tajam sebelumnya.
Jeno mengerutkan alisnya, “Na Jaemin bilang sama aku, kamu kenapa bisa kayak gini?” Jeno menyentuh luka itu sekilas dengan menatap cemas.
“Gak kenapa-napa Jenoo... Cuma kegores aja.” Ucap Jaemin sambil mengelus rahang tegas Jeno.
Tentu pria bermarga Lee itu tidak mudah percaya apalagi dengan bekas luka-luka lain di sekujur tubuh si manis.
“Jeno please...” Jaemin menuntun tangan Jeno ke area bokongnya, “lubangku udah gatal.”
Jeno memainkan jarinya di sekitar pintu masuk lubang tersebut bermaksud menggoda Jaemin. Perlahan telunjuk panjangnya masuk menyapa dinding ketat itu, sesekali menggaruk lubang dalam itu.
“Enghhh... Deeper Jenhhh...”
“Beg me.”
“Please deeper Jenohh—AHH!” Lagi-lagi Jeno menarik kencang puting Jaemin.
“Hyungieeehh... Please hnghhh! Masukin...”
Keduanya selesai membersihkan tubuh sekaligus menyelesaikan satu ronde tadi. Ya mereka tidak ingin berlama-lama di dalam kamar mandi karena Jeno tahu hari sudah malam, tidak baik jika meneruskannya disana.
Jaemin sedang mengeringkan rambutnya dengan hairdryer sedangkan Jeno berkumur-kumur setelah menyikat giginya.
Melihat dirinya sudah tampan di cermin—maksudnya selalu tampan, Jeno melirik lelaki disebelahnya dengan tatapan khawatir sekaligus penasaran.
“Wangi.” Jeno mengecupi leher Jaemin dari belakang hingga turun ke lengannya yang banyak luka. Bibirnya mendarat di setiap lebam itu, lalu mencuri ciuman singkat di bibir Jaemin.
Jeno sedikit menyingkap bathrobe Jaemin, memperlihatkan lebih banyak bekas kebiruan di dadanya yang pastinya bukan hickey melainkan luka-luka lebam.
“What's wrong with you, sweetie?”
“Nothing, Jen...”
“Are you okay, hm? You can trust me, tell me everything.” Ia dapat melihat dari raut muka Jaemin yang seperti masih ragu. “Gakpapa kalo kamu gak mau cerita, take your time.“
“I have a boyfriend.” Jaemin menuntun jemari Jeno ke lebam di dadanya. “He is the cause.” Ucapnya tersenyum getir.
“WHAT?! WHERE'S IS HE NOW?!”
*“Mungkin lagi judi ditemenin jalang-jalang nya. It's okay, pulang dari sini bakal aku selesaiin semuanya.”*
“Tapi kenapa kamu pacaran sama dia? Dia buat kamu kayak gini!” Jeno mengerutkan dahinya.
“Well, at first he such a nice man. But then I don't know why, kayaknya dia punya masalah tapi gak pernah cerita ke aku. After that he started using drugs and stuff. Dipecat dari kantor dan pengangguran, mulai tempramental gak lama setelah itu dan sampai sekarang masih pake uang yang aku kasih buat judi dan beli obat-obatan nya.”
“Kenapa kamu kasih dia uang?”
“Sebelum masuk jeruji besi, aku kasih dia kesempatan terakhir juga buat berubah dan jadinya aku yang kena tangannya. Gak masalah dia mau minta uang sebanyak apa, aku sebenernya cuma mau dia berubah. Tapi udah terlanjur sakit jiwa, it's hard Jen.“
Jeno membalikkan tubuh Jaemin hingga menghadapnya lalu menangkup pipi Jaemin, “promise me, setelah ini kamu selesaiin semuanya, jauh-jauh dari dia, okay baby?”
Jaemin mengalungkan tangannya di leher Jeno, “okay hyungie~”
“Lio baby, boleh aku panggil begitu?”
“That's cute.”
“Pemilik nickname nya lebih cute.” Mereka mendekatkan wajah satu sama lain hingga tidak ada lagi yang namanya jarak.
Saling melumat bibir satu sama lain, sesekali menggigit bibir Jaemin agar bisa melesatkan lidahnya. Kejantanan keduanya kian terbangun saat kain bathrobe meraba kulit masing-masing.
Terlihat milik Jeno paling menyembul disana. Lelaki bermarga Lee ini benar-benar menginginkan hadiah kerja kerasnya selama di Jepang.
Saat Jaemin mulai kehabisan napas, Jeno langsung membalik tubuh itu lagi mengarah ke kaca. Dengan cekatan menaikkan sisi bathrobe yang menutupi pantat Jaemin.
“Boleh ambil hadiahku sekarang?”
“Of course hnghhh... Jeno fuck me!” Jaemin semakin menunggingkan bokong sintalnya hingga lubang yang sudah berkedut itu terlihat jelas.
Dua jarinya mulai bergesekan dengan dinding rektum Jaemin, merasakan jarinya yang terjepit sambil membayangkan saat adik kecilnya menumpuk keras lubang itu.
Penglihatan Jeno terfokus pada kaca saat Jaemin menahan kenikmatan yang sedang membuka jalan di dalam lubangnya
“Arghhh... I want your big dick so bad Hyung!”
Jeno langsung membawa Jaemin keluar dari kamar mandi, dan meletakkannya di atas kasur tepat di bagian tengah seakan Jaemin pusatnya.
Menjadi pusat perhatian Jeno juga saat tangan Jaemin dengan nakalnya mengelus serta menusuk-nusuk kecil lubangnya sendiri.
Jeno yang berdiri di hadapan Jaemin langsung membuka tali bathrobe nya lalu mengocok kejantanannya sambil melihat hole rumah sang kejantanan.
Jaemin semakin bergairah melihat tubuh atletis Jeno. Dengan wajah seksi penuh nafsu nya sambil menggigit bibir, Jaemin mulai mengobrak-abrik lubangnya sendiri.
“Ah! Ahhh! Hyungghh~” Bathrobe Jaemin melorot hingga meloloskan bahu hingga dada putihnya sambil mendongak dengan perasaan frustasi.
Tangannya tidak mampu menahan bobot tubuhnya lagi, dengan cepat Jeno menarik Jaemin hingga ke kepala kasur, menahan tangan yang basah sehabis memperkosa lubangnya sendiri, dan langsung melesatkan penis tegangnya.
“Argh fuck Lio!” Semakin lama Jeno menambah kecepatan genjotannya, membuka paksa bathrobe Jaemin agar ia bisa menyusu di nipple nya.
“Oh Jenooohhh... Too deep anghhhh... Faster!”
Keduanya mendesahkan nama satu sama lain, menggerakkan pinggulnya dari arah berlawanan dengan brutal seperti kesetanan. Dua-duanya sama saja, malah bisa dibilang melengkapi satu sama lain.
Jeno kembali mengangkat tubuh Jaemin membawa dan menurunkannya di hadapan jendela besar yang langsung memberikan pemandangan malam indah kota Osaka.
Jeno menggenjot pinggulnya tanpa mengurangi kecepatan, sedangkan Jaemin hanya bisa menumpu pada kaca berteriak menerima rangsangan surgawinya.
“Liat kedepan.” Kini Jeno memelankan tusukannya, menahan rahang Jaemin agar tetap menghadap kedepan, sambil memberikan karya berupa ruam di sekujur leher jenjang Jaemin.
“I want them to know that you're mine, Na Jaemin.” Seakan Jeno memperlihatkan ke ratusan gedung pencakar langit itu, ribuan cahaya penerangan jalanan, dan jutaan penduduk Osaka bahwa dirinya tengah bercinta dengan ciptaan Tuhan paling indah berasal dari negeri ginseng, Korea Selatan.
“I'm yours, Jeno hyung.” Jaemin bergerak dalam ritme yang disamakan dengan Jeno, menikmati waktu-waktu bercinta mereka sambil memandang kota Osaka, menyalurkan rasa nikmat dengan pergulatan lidah antara keduanya.
Jeno kembali menumbuk kasar prostat Jaemin hingga sang empu mengerang keras dengan nikmat. Tangannya bermain di keduanm tonjolan itu, titik yang sensitif untuk mempermudah Jaemin mencapai pelepasannya.
Jeno sudah memakaikan Jaemin baju kemeja kebesarannya, tanpa celana dengan alasan sakit dilubangnya masih terasa.
Disusul Jeno memakai kaos putih dengan pakaian lengkap, tak lupa dengan kacamata yang bertengger di batang hidungnya—terlalu jika harus memakai kontak lensa.
Kemudian ia menggendong Jaemin ala kola menuju balkon besar di kamar hotelnya.
Jaemin langsung membuka tangannya dengan lebar, merasakan terpaan angin yang menyapu wajah tampan nan cantiknya. Sedangkan Jeno memeluk Jaemin dari belakang guna menjaganya.
“Jangan lama-lama ya, nanti masuk angin.” Jeno mengecup-ngecup singkat pipi yang menjadi sumber rasa gemas Jeno pada pria cantik ini.
Jaemin hanya ingin melihat langsung pemandangan salah satu kota di Jepang itu. Menatap kagum jelanan-jalanan kota dengan penduduk yang masih beraktivitas disana.
“Besok kamu mau kemana?”
“Rencana awalnya pulang karena pengen cepet ketemu kamu, tapi orangnya malah nyusul aku.”
“Yaudah kamu pulang aja, masih ada kerjaan kan? Aku mau disini dulu, besok jalan-jalan.”
“Kamu tega tinggalin aku terus jalan-jalan sendiri? Aku harus ikut lah!”
Jaemin terkekeh saat Jeno memberikan respon merajuk sambil mendusal di lehernya. Dirinya merasa nyaman saat disamping pria ini, ia ingin mengelus surai kecokelatan itu dengan lembut.
“You like the view?” Tanya Jaemin saat dirinya membalikkan tubuh menghadap Jeno sambil membenarkan kacamatanya.
Pria bermarga Lee itu tersenyum hingga matanya menghilang. Menyalipkan rambut Jaemin yang berterbangan di telinganya sambil menyatukan dahinya dan si manis. “You are my best view.”
Keduanya memang saat ini tidak memiliki hubungan apapun. Anggap saja masih saling melengkapi dan mendekap untuk saat ini, dan mungkin.....
...untuk selama-lamanya.
[ Fin . ]