Mine • Luwoo 🔞
⚠️ Content Warning ⚠️ 🔞 bxb baku smut nsfw mature dirty xxxx kinda bdsm lil bit english
RUANGAN itu dipenuhi oleh dentuman musik yang keras dengan para penari tiang berpakaian kekurangan bahan menari, menghibur para tamu yang datang disana.
Tak peduli batasan umur, semua yang berpengaruh pada kelompok ini dipersilahkan hadir.
Tentu hanya mereka yang pernah bekerja sama dengan sang boss salah satu kelompok mafia terbesar abad ini.
Wong Yukhei, ketua mafia yang menggantikan sang ayah sekaligus tuan rumah yang mengadakan pesta setelah keberhasilan misi nya.
Bermaksud bersenang-senang dengan petinggi mafia lainnya, setelah mengobrol dengan beberapa orang, lelaki keturunan Hongkong ini sudah merasa bosan.
Bagaimana tidak? Sedari tadi ia hanya berpindah duduk sana sini untuk menyapa rekan, serta ketua yang lain, setelah itu ia kembali duduk di sofa mewah miliknya dengan seorang pengawal pribadi kepercayaan nya.
Kim Jungwoo, lelaki berdarah Korea Selatan itu telah bekerja dengan Wong Yukhei selama sepuluh tahun. Tak heran Yukhei mempercayai pengawalnya itu, mereka sudah kenal sejak lama dan memiliki banyak pengalaman di dunia per mafiaan ini.
“Aku akan menemui jalang itu. Pandangan ku tidak bisa berpaling sedikitpun dari tubuh indahnya.”
“Oh ayolah Mark Lee, kau sudah memiliki kekasih mengapa masih bermain dengan jalang?”
“Kau tau, dia hanyalah kekasih tidak lebih. Aku bisa membuangnya kapan pun aku mau. Tidak ada aturan bagiku untuk tidak menyicipi orang lain.” Ucap lelaki Canada, sahabat terdekat Yukhei. “Kalau begitu tunggu apalagi? Temuilah lelaki manis itu.”
“Sebentar lagi, aku ingin melihatnya menari seperti itu.” Mark meneguk minuman di gelasnya dan tersenyum puas saat melihat lelaki yang sedari tadi ia perhatikan.
Pertunjukkan selesai, lelaki berkulit tan itu digantikan oleh penari yang lain yang tak kalah seksi darinya. Tapi tetap saja tujuan Mark hari ini hanya tertuju pada satu orang.
“Sudah selesai, siap menikmati malam mu kawan?”
“Tentu saja, akan kubuat dia tunduk kepadaku.”
“That's my bro.” Sepergian Mark, kini Yukhei tertinggal sendirian lagi, dengan Jungwoo dan beberapa bodyguard lain yang menjaga pintu.
“Welcome back to me bored.” Yukhei menghabiskan minuman miliknya lalu meminta seseorang untuk mengisinya lagi.
Melihat orang-orang menikmati malamnya, dengan iringan musik mereka menggerakkan tubuh mereka mengikuti irama.
Yukhei mendapat ide, ia akan membuat dirinya seperti yang lain. Ia akan bergabung ke kerumunan tersebut. Tapi sebelum itu, Yukhei perlu seseorang untuk menemaninya.
“Jungwoo-ssi, shall we dance?” Tawar Yukhei pada orang kepercayaannya itu.
“Maaf tuan, tapi aku sedang bertugas.” Jungwoo menolak ajakan boss nya, karena tugas yang mengharuskan dirinya menjaga keselamatan sang ketua mafia.
“Apa kau baru saja menolak ku?” Tanya Lucas tak terima.
“You ask me 'shall', sir. Itu berarti aku bisa menerima maupun menolak.” Jungwoo terus fokus dengan keadaan sekitarnya, memastikan tidak ada bahaya yang mengancam keselamatan Yukhei.
Yukhei menghela napasnya. “Alright then...” Ia melihat keadaan tempat itu, mencari sesuatu yang 'menarik' dan mungkin bisa menghilangkan rasa bosannya.
“Hello daddy~” Seorang wanita dengan baju kekurangan bahan berjalan mendekati Yukhei dengan sepatu hak tinggi dan bibir merahnya. Wanita itu berusaha membujuk Yukhei dengan mengusap bahu Yukhei secara sensual.
“Are you alone daddy?” Membuat suara menggoda.
“He's not alone bitch! He's with me!” Batin Jungwoo.
“Of course girl, come here...” Yukhei mempersilahkan wanita itu duduk di pangkuannya.
Di jarak itu, tentu Jungwoo dapat melihat jelas wanita itu melingkarkan tangannya di leher Yukhei dan berbicara dengan nada manja. Sesekali juga mengelus dada bidang Yukhei, keduanya saling melempar senyuman.
“Singkirkan tangan kotormu jalang!” Lagi-lagi Jungwoo hanya bisa membantin. Hatinya sekaligus tidak suka dengan pemandangan di hadapannya.
“Hentikan itu!” Jungwoo semakin resah karena tubuh wanita itu semakin mendekati Yukhei. Jungwoo tau apa yang diinginkan wanita itu.
Melihat hal itu, Jungwoo mengeluarkan pistol dari sakunya yang selalu ia bawa kemana-mana dan mengarahkan benda tersebut tepat ke wanita itu.
Mendengar tarikan pelatuk yang tak jauh darinya, wanita itu terkejut saat melihat Jungwoo menatapnya tajam dan sudah bersiap menembak tempat di kepala.
Isyarat pistol itu menyuruh wanita itu untuk pergi sebelum sebuah peluru menembus tengkoraknya.
“M-maaf tuan... Sepertinya a-aku mengganggu mu...” Wanita itu berdiri lalu pergi meninggalkan Yukhei. Sementara itu, Jungwoo memasukkan pistolnya kembali.
Yukhei terkekeh lalu tersenyum miring. Ia juga mendengar suara pelatuk itu, rupanya pengawal pribadi nya sedang cemburu.
“Kim Jungwoo-ssi,” panggil Yukhei tanpa berbalik badan. “Sampai kapan kau akan terus menyangkalnya?”
“Aku hanya melakukan tugasku, tuan.”
“Dia hanya wanita yang ingin menemaniku, lagipula kau sudah ku ajak pergi kesana tapu tetap tidak mau.”
“Dia terlihat menganggu, tuan.”
“Menganggu?”
“Tugasku adalah memastikan keselamatan mu, menjaga, serta membersihkan hama.” Beberapa orang yang baru saja datang masuk ke ruangan super luas itu. Mengenali mereka, Jungwoo merasa semuanya masih aman.
Merasa tak ada yang dilakukan lagi disini, Yukhei berdiri dari sofa nya. “Kau, Jungwoo-ssi, ikut dengan ku.“ Yukhei melangkahkan kakinya menuju pintu yang dijaga oleh beberapa bodyguard.
Pria-pria bertubuh besar itu membukakan pintu untuk sang boss, sedangkan pengawalnya mengikuti dari belakang.
Yukhei dan Jungwoo menjauh dari ruangan bising itu. Semakin mereka berjalan, suara musik EDM juga semakin menghilang.
Di lorong besar ber karpet ini, terus berjalan kedalam semakin sunyi. Bahkan hanya ada suara hujan diluar mengiringi langkah dua lelaki yang entah menuju kemana.
Mereka sampai didepan pintu besar dengan tombol-tombol angka yang mengunci pintu, Yukhei harus memasukkan password nya agar bisa masuk.
Ceklek
Pintu terbuka, Yukhei masih memegang gagang pintu sambil melihat pada Jungwoo, mengisyaratkan agar lelaki manis itu masuk duluan.
Setelah masuk kedalam, Yukhei berjalan ke arah kursi tak jauh dari ranjangnya, melepas jas biru navy nya lalu menyampirkan di kepala kursi.
“Kau mau?” Yukhei menawarkan gelas pada Jungwoo.
“Tidak, terimakasih tuan.”
“Doesn't that look so obvious, Kim Jungwoo?” Yukhei meneguk minumannya.
“Terlalu jelas apa?” Sinis Jungwoo.
Yukhei berjalan mendekati Jungwoo membuat lelaki manis itu semakin mundur hingga tubuhnya menabrak pintu.
“You're jealous, baby.” Ucap Yukhei seraya mengelus pipi dan menatap lekat pada netra pengawalnya.
Jungwoo mengalihkan pandangannya ke arah lain, tidak mau menghadap wajah Yukhei.
“Kau khawatir jika aku melirik yang lain?” Tangannya memegang dagu Jungwoo agar lelaki itu melihat ke arahnya. “Takut posisi mu tergantikan, hm?” Ibu jari Yukhei mengelus lembut bibir merah plum Jungwoo.
Yukhei meletakkan gelas diatas meja sebelahnya, lalu mengambil pistol Jungwoo dan meletakan nya juga.
Piringan hitam itu berputar, ruangan yang awalnya penuh suara hujan dan petir kini dihiasi irama lagu klasik dari benda tersebut.
“Kim Jungwoo-ssi, apakah kau hanya akan berdiri disana?” Yukhei mengulurkan tangannya mengajak Jungwoo berdansa.
Berjalan mendekati Yukhei, Jungwoo menerima uluran tangan bos sekaligus kekasihnya itu. Yukhei memeluk pinggang Jungwoo sedangkan si manis meletakkan lengannya di atas pundak sang dominan.
“Kau lebih menyukai lagu klasik daripada EDM, bukan begitu, sayang?” Tubuh mereka mulai bergerak mengikuti alunan musik, di atas ubin yang dibuat pada abad dua puluh itu.
Kamar tidur Yukhei masih didominasi barang-barang antik serta arsitektur klasik. Beberapa bagian memang sudah diganti dengan yang lebih modern, tetapi Yukhei lebih memilih tetap memakai barang-barang yang ada du beberapa tempat, seperti yang dilakukan ayahnya.
Keluarga mafia ini sudah turun temurun.
“Jungwoo-ya, asal kau tau, tidak ada satupun orang yang pernah masuk kedalam hatiku selain dirimu.” Kini posisi Yukhei berada di belakang Jungwoo, keduanya masih berdansa menghadap ke arah jendela yang luarnya basah karena hujan.
“Hanya ada kita berdua disini, apakah kau akan terus memanggilku dengan sebutan 'tuan'? Kemana panggilan kesayanganmu itu?” Yukhei memeluk Jungwoo dengan posesif.
“Panggilan 'tuan' terdengar formal untukku, itu lebih nyaman.” Jawab Jungwoo.
“Aku ingin mendengar nama itu, sayang..... Jangan panggil aku 'tuan'.”
“Apa kau puas sekarang, Lucas?”
“Teruslah sebut nama itu, aku menyukainya.” Lucas mengecup pelan leher putih Jungwoo. Lama-lama kecupan itu menjadi lumatan, lalu menjadikan hisapan dan gigitan, berakhir dengan ruam merah keunguan.
“Aku menginginkan mu, sayang...” Ucap Lucas tepat ditelinga Jungwoo dengan seduktif. Tangannya mulai bergerak meremas bongkahan sintal itu lalu turun ke paha Jungwoo.
“Kau masih marah?” Lucas melihat pantulan wajah Jungwoo dari kaca yang terlihat masih kesal.
Jungwoo tidak menjawab pertanyaan Lucas, ia lebih memilih diam dan menatap lurus ke jendela luar.
“Kau tau aku tidak pernah bermain dengan siapapun selain dirimu bukan? Kau marah karena wanita tadi menyentuhku, apa kau mengakuinya?”
“I'm not—”
“Yes you are, babe.”
Jungwoo memutar bola matanya malas, menghela napas pasrah. “Aku tidak suka seseorang menyentuh milikku.” Si manis sebetulnya masih dalam mode denial.
“Apalagi seorang jalang, tidak akan kubiarkan dia menyentuh aset ku.” Jelas Jungwoo.
Lucas terkekeh kecil. “Kau bahkan masih menggemaskan di saat seperti ini.” Ia mengecup pipi Jungwoo.
Jungwoo mendengus kesal. “Aku tidak menggemaskan, camkan itu!”
“Kalau begitu—seksi?”
“Tidak.”
“Aku menginginkan mu sekarang, sexy boy...” Lagi-lagi Lucas menggoda Jungwoo dengan berucap tepat di telinga nya.
“Aku tidak ingin melihat wajahmu!”
Dengan cepat, Lucas membalikkan tubuh Jungwoo. “Sungguh? Kau tidak ingin melihat wajah tampan ku?” Nada bicara Lucas membuat Jungwoo semakin kesal.
“Aku bahkan tidak ingin melihat dirimu!” Jungwoo menatap ke arah lain, selain ke arah Lucas.
“Are you sure?” Lucas mendekatkan wajahnya. “Not even my dick?” Tangannya mengelus paha dalam Jungwoo.
Tanpa aba-aba, Lucas meraup bibir Jungwoo. Lumatan yang awalnya lembut menjadi kasar, sambil tangannya meremas pinggang Jungwoo.
“Nghh...” Dengan pasrah, Jungwoo melingkarkan lengannya di leher Lucas dan berusaha menyeimbangkan lumatan sang kekasih.
Tubuh Jungwoo kembali menabrak tembok karena Lucas terus bergerak maju.
Dengan cekatan, Lucas melepas jas merah maroon yang dipakai Jungwoo dan membuangnya ke sembarang arah. Lalu ia mengangkat tubuh Jungwoo, membawanya menuju ranjang.
Merebahkan tubuh Jungwoo di ranjang, lalu mereka kembali menyatukan bibir. Lucas mengetuk bibir Jungwoo dengan lidahnya meminta akses masuk.
Kini bunyi cipakan kotor dua anak adam itu semakin terdengar. Walaupun diluar pasti dingin karena hujan malam hari, tetapi dikamar Lucas hawanya berubah semakin panas ketika perlahan ia membuka kancing kemeja hitam Jungwoo.
Kedua lidah mereka beradu, menyapa deretan gigi dan saling menghisap berbagi liur. Hingga menciptakan sebuah benang saliva diantara mereka.
Lucas turun ke leher putih Jungwoo, menambah hickey di dekat yang sebelumnya, ditambah lagi dan lagi hingga leher Jungwoo dipenuhi oleh mahakarya seorang Wong Yukhei.
“Eughhh...” Jungwoo merasakan sensasi menggelitik saat Lucas menjilat dan mengecup bekas kissmark di lehernya.
Kemudian Lucas memainkan area sensitif Jungwoo membuat sang empu mendesah karena itu salah satu area sensitifnya. Melihat itu, Lucas lalu meraup nipple merah mudah Jungwoo sambil menarik dengan tangan satunya.
“Aahhh!... Lucas jangan disitu!” Tidak menggubris, Lucas malah semakin menghisap nipple Jungwoo hingga keduanya sama-sama membengkak.
“Otot perutmu semakin terlihat jelas.”
“Anghh... Itu terbentuk alami karena aku selalu ngghh!...ikut denganmu disetiap misi.”
Tak lupa, Lucas juga memberikan tanda di area dada Jungwoo. Sang submissive menekan kepala Lucas seakan meminta lebih.
Tangan Lucas bergerak untuk membuka celana serta dalaman Jungwoo. Terlihat penis si manis sudah menegak dan mengeluarkan cairan bening.
“Aku baru pegang sedikit, kamu udah basah.” Lucas mengurut-ngurut kecil penis Jungwoo.
“Nghhh.... Lucas...” Jungwoo tak tahan dengan setiap sentuhan nikmat yang diberikan kekasihnya ini.
“Kenapa? Enak?”
Jungwoo menjawab dengan anggukan.
“Yang ini sepertinya juga minta dimasuki.” Jari-jari Lucas berada di sekitar lubang anal Jungwoo, bermaksud untuk menggodanya.
“Cepat lakukan!”
“Shhhtt... Jangan berbicara dengan nada tinggi padaku.” Ucap Lucas seraya membelai wajah Jungwoo. “Aku selalu suka dengan sikap lembutmu, tetapi jika seperti ini kau harus aku beri hukuman.”
“Lucas, no—” Jungwoo ketakutan saat melihat Lucas bangun dari ranjang menuju lemari yang terletak dibelakang dinding pembatas ranjang dan ruang pakaian.
Jungwoo dapat mendengar suara khas pintu lemari yang terbuka, lalu...
CTASH!
Suara keras itu, Jungwoo mengenalinya. Itu adalah suara cambukan yang pernah Lucas pakai saat waktu itu Jungwoo mabuk dan tak sengaja mencium seorang stranger. Lucas melihatnya dan Jungwoo langsung diberikan hukuman kedisiplinan oleh Lucas.
Jungwoo mengulum bibirnya takut jika Lucas memakai barang sialan itu lagi yang membuat bokong serta punggungnya kesakitan sepanjang malam.
Lagu dansa tadi masih mengalun indah memenuhi kamar tidur Lucas. Setelah menutup kembali lemarinya, Lucas berjalan menuju meja didekat pintu dan mematikan musik.
Kini suasana semakin mencekam, semakin membuat Jungwoo merinding saat Lucas mematikan lampu dan hanya menyisakan dua lampu kecil di dekat ranjang membuat penerangan remang-remang.
Jungwoo bahkan tak berani membuka kedua matanya saat Lucas perlahan naik ke atas ranjang. Ia tak ingin melihat benda-benda yang dibawa Lucas.
“Mengapa kau memejamkan mata, hm?” Lucas melihat Jungwoo membuang pandangan dengan lengan yang menutupi kedua matanya.
“C'mon babe, ini hanya benda-benda kecil tidak akan menyakitimu. Kita akan bersenang-senang sebentar.” Lucas sudah seperti anak kecil yang sedang minta ditemani bermain oleh kakaknya.
“Tak percaya? Kau ingin melihatnya?” Tawar Lucas.
Jungwoo lebih memilih tidak dan menggeleng sebagai jawaban. Kini ia sudah pasrah. Lucas tidak akan berhenti jika Jungwoo memohon untuk berhenti.
“Kau sudah berhadapan dengan berbagai senjata, tembakan, pertarungan, dan musuh, tapi mengapa dengan barang-barang ini kau jadi lemah, Jungwoo-sii?” Lucas menatap wajah Jungwoo dengan sayang.
“Ini bahkan ukurannya lebih kecil dari punyaku, tenang saja.” Lucas mengusap surai lalu mengecup bibir Jungwoo sekilas.
Lucas melebarkan kedua kaki Jungwoo, perlahan ia memasukkan vibrator itu kedalam lubang anal Jungwoo.
“Akh! Luke...” Jungwoo merasakan lubangnya penuh dengan benda mati itu. Tak sampai disitu, Lucas meraih penis Jungwoo lalu memasukkan sounding rod pada lubang penis Jungwoo.
“Eunghh!... Apa yang kau lakukan ahh...” Setelah benda-benda itu berhasil masuk, Lucas merubah posisinya menjadi duduk bersender di kepala ranjang.
“Kemari sayang.” Lucas mengisyaratkan agar Jungwoo mendekat padanya.
Jungwoo langsung bangun terduduk lalu perlahan bergerak mundur hingga punggung mulusnya menabrak dada Lucas.
Posisi Lucas kini berada dibelakang Jungwoo sambil memeluk pinggang kekasihnya, sedangkan Jungwoo bersandar lemah di dada Lucas seraya melenguh singkat menerima kecupan-kecupan lembut di leher jenjangnya.
Merasa ada sesuatu yang mengganjal di belahan sintalnya, Jungwoo menggesekkan bokongnya hingga sang pemilik penis yang tengah ereksi mengerang rendah.
“Sshhhh.... Udah gak sabar, hm?” Lucas meraih handphone miliknya lalu menyalakannya. Setelah membuka lockscreen, terlihat wallpaper homescreen dengan foto mereka berdua yang baru saja bangun tidur didepan cermin.
Jungwoo dengan tubuh yang terbalut tersenyum kecil ke arah cermin sambil memegang handphone, dan Lucas topless dibelakangnya sedang merangkul pinggang Jungwoo dan kepalanya ia letakkan di pundak kekasihnya.
Ya, Lucas memakainya sebagai wallpaper hp. Ketua mafia juga bisa bucin.
Siapapun yang melihat foto itu tidak akan mengira kalau keduanya adalah pasangan dari grup mafia. Tetapi sayangnya foto itu tidak disebar kemanapun, hanya disimpan oleh mereka berdua.
Lucas menyalakan vibrator tersebut lewat handphone miliknya dengan getaran paling rendah membuat Jungwoo mendesah kecil sambil menggigit bibirnya.
“Jangan tahan desahanmu, Jungwoo-ssi.” Lucas memainkan nipple serta meremas dada Jungwoo yang semakin berisi itu. Lucas menaikkan getaran vibrator nya hingga ke getaran normal.
“Luke eunghh!... Ah- enghh...” Erangan Jungwoo semakin terdengar disaat ia merasakan kenikmatan di bagian bawah serta dadanya.
“Sudah kubilang, ini akan membuat mu nikmat.” Sounding rod didalam lubang penis Jungwoo juga menyala, hal itu membuat Jungwoo semakin cepat mencapai pelepasannya.
“Tugasmu hanya menahan cum selama beberapa menit, mengerti?”
“Luke please no...” Jungwoo berusaha memberontak saat Lucas memasang cock ring untuk mempermudah Jungwoo menahan pelepasan.
Jungwoo tak bisa melakukannya, tubuhnya kian lemas. Bejatnya lagi, Lucas menaikkan tempo vibrator hingga max sampai-sampai benda itu bergetar hebat didalam hole Jungwoo.
“Akh Lucas! Nghhh...sshhh.... Ah!” Jungwoo merasakan penisnya sakit karena cock ring sialan itu. Air matanya tak mampu ia tahan lagi, bahkan pelipisnya sudah dibasahi keringat.
“Mmhhh...uhh...” Lucas mengerang rendah saat Jungwoo bergerak tidak beraturan, membuat bokongnya terus bergesekan dengan kejantanan Lucas yang masih terbalut rapih oleh celana.
Karena Jungwoo membelakangi Lucas, sang dominan memutuskan untuk berpindah ke hadapan Jungwoo sedangkan lelaki manis itu direbahkan.
Lucas kini dapat melihat wajah Jungwoo yang telah memerah padam, air mata, serta keringat yang membasahi seluruh badannya.
“I'm in love with the shape of you, so beautiful.” Lucas membelai wajah hingga meremas dada Jungwoo dengan nipple pink nya.
“Ah...eughhh!... Berhenti memujiku fugh...shhh... lepaskan semua ini! Uh....anghh!...” Kepalanya pening, Jungwoo frustasi.
“Kau masih meninggikan suaramu, apakah kau ingin aku bermain lebih kasar, hm?” Lucas mencengkram pipi Jungwoo dengan satu tangannya hingga sang empu terduduk.
Jungwoo dibuat terdiam oleh ucapan Lucas. Lucas memaksanya untuk menatap tepat dimata. Terlihat jelas kalau emosi Lucas sedang naik.
“Tidak ingin kan?! Mintalah baik-baik kepadaku.” Lucas melepaskan cengkeramannya dan menunggu reaksi apa yang kekasihnya lakukan.
“Uh... Luke kumohon hentikan ng-nghhh...” Jungwoo mendekatkan tubuhnya hingga wajahnya semakin dekat dengan Lucas. Jungwoo mengecup sudut bibir serta tengkuk Lucas dengan lembut.
“Aku tidak suka pistol air, aku lebih suka senjata sungguhan. Aku tidak suka mainan, aku lebih suka milikmu yang asli.” Jungwoo mengelus leher Lucas, turun ke dada dan berakhir di kejantanan Lucas seraya meremasnya.
Lucas tak bisa membohongi dirinya sendiri. Ia pun sudah merasa sesak di bagian selatannya sedari tadi. Hanya saja ia ingin kekasihnya ini membelai dan meminta secara lembut.
“Ini akan jauh lebih baik dari getaran *vibrator.” Aku tau milikmu ini juga merindukan sarangnya.” Jungwoo mencoba menggoda Lucas agar lelaki jangkung itu segera memasuki Jungwoo.
“Buka pakaianku.” Jungwoo membuka rompi jas milik Lucas serta dasi di leher Lucas. Gerakan tangan Jungwoo lambat karena ia melakukannya seraya menahan rasa sakit di bagian selangkangannya.
Tak sabaran, Lucas melepas seluruh kancing kemeja putihnya dengan cekatan hingga tubuh atletisnya terlihat jelas di netra Jungwoo.
“Suka dengan apa yang kau lihat, sayang?” Lucas memang agak menyombongkan diri karena memiliki tubuh yang bagus.
“Eunghh... aku jarang melihatmu berolahraga, tapi mengapa bentuk perutmu tidak pernah berubah dan semakin berbentuk?” Lucas menyeringai karena reaksi Jungwoo.
Jungwoo memberikan kecupan kupu-kupu di sekitar area perut Lucas, naik ke lehernya hingga ia dapat mengalungkan tangannya dan menuntun Lucas kedalam ciuman panas.
Jungwoo membuka mulutnya, memberikan akses agar Lucas dapat mengabsen deretan giginya serta berbagi saliva bersama.
Tangan Lucas melepaskan cock ring serta sounding rod yang di penis Jungwoo. Untuk membantu Jungwoo mencapai klimaks, Lucas mengeluar masukan vibrator di anal Jungwoo.
“Anghhh! Ah!... Ah!.... Lucaseu... Nghhh... I wanna cum!“
“Keluarkan saja baby.”
“Enghmm... Lucas akh!...” Sperma Jungwoo mengotori perutnya serta Lucas. Sang dominan membiarkan kekasihnya itu menikmati saat saat pelepasannya.
Jungwoo lega, tubuhnya terkulai lemas dengan dada naik turun menghirup pasokan oksigen dengan rakus.
Melihat Lucas yang tengah mengukung seraya menatapnya dalam, dengan cepat Jungwoo merubah posisinya menjadi diatas Lucas.
“Tidak adil jika hanya aku yang merasakannya.” Dengan cekatan, Jungwoo melepas kancing serta zipper di celana Lucas untuk mengeluarkan kejantanannya yang telah mengeras itu.
“Ya shhh!... Aku suka caramu mempermainkan lidah itu sayang mhhh....” Lucas membelai surai Jungwoo yang menghisap kuat kejantanan miliknya.
Rongga mulut hangat dapat ia rasakan, kepala Jungwoo yang maju mundur mengulum mainan favoritnya, dengan tangan satunya memainkan sisa kejantanan Lucas yang tidak masuk.
“Perhatikan gigi mu, Kim Jungwoo-ssi! Akh!” Lucas mendorong pinggulnya beberapa kali hingga penisnya semakin masuk kedalam membuat Jungwoo kesusahan. Bahkan rahang Jungwoo kini mulai lelah melayani batang berukuran tidak normal itu.
Jungwoo memperbanyak hisapan dan permainan lidahnya berharap agar Lucas cepat mengeluarkan cairan semennya.
“Jungwoo ah!” Akhirnya Lucas melepaskan putihnya di dalam mulut Jungwoo. Mulut lelaki berdarah Korea itu menampung seluruh cairan Lucas lalu menelannya.
“Kau lelah.” Tanya Lucas seraya membelai surai Jungwoo yang tengah terbaring diatas dadanya. Lelaki manis itu mengangguk, tetapi ini memang belum sampai ke kegiatan inti jadi Jungwoo menyanggupi nya.
“Berbaringlah.” Kini Lucas mengukung Jungwoo dengan tatapan laparnya. Sungguh wajah sensual Jungwoo sangat menaikkan libido napsu Lucas.
Tanpa menunggu lama, Lucas memposisikan miliknya pada lubang Jungwoo. Perlahan ia mulai memasuki tempat sempit itu, dinding rektum Jungwoo menjepit kejantanan Lucas dengan kuat.
Jungwoo terlihat sedang menyesuaikan diri dengan kejantanan Lucas. Walaupun dirinya sudah berkali-kali dimasuki oleh benda panjang itu, Jungwoo tetap merasakan perih tiap kali awal Lucas memasukinya.
“Bergeraklah...” Dengan suara yang lemah, Jungwoo memberikan lampu hijau untuk Lucas.
Pria berdarah Hongkong itu menggerakkan pinggulnya dengan tempo yang lambat. Mengundang desahan Jungwoo yang awalnya pelan menja semakin kencang saat Lucas bergerak dengan tempo yang semakin cepat.
“L-luke... Akh! Nghhhh... Ahh!” Jungwoo merasakan titik nikmatnya berhasil ditumbuk oleh Lucas.
Melihat itu, Lucas menumbuk prostat Jungwoo berkali-kali, membuat lelaki manis di bawah kungkuhannya mendesahkan namanya dengan nikmat.
Lucas memang selalu bergerak dengan tempo yang cepat, kejantanannya yang besar membuat Jungwoo mengerang keras, tetapi Lucas selalu bisa membuat kekasihnya itu merasakan surga dunia nya.
“Eunghhhh.... Ahhh! Lu-lucas! Anghh pelan! Nghh—Mhhh...”
“Apa kau menikmatinya sayang?” Tanya Lucas tepat di telinga Jungwoo tanpa mengurangi tempo sodokannya.
“S-sangat... Anghh! Nikmat Luke... Ahh! Ah! Nghh...” Jungwoo memeluk leher Lucas erat saat lelaki jangkung itu kembali menyerang lehernya. Tanda-tanda ruam kemerahan di lehernya tentu membutuhkan waktu untuk menghilangkannya. Jungwoo tidak perlu terlalu menutupinya, karena hubungannya dengan Lucas bukanlah sebuah rahasia umum lagi untuk para bawahan maupun semua anggota naungan kelompok Lucas.
Tangan Lucas tidak tinggal diam. Ia memilin puting yang sudah membengkak itu, sesekali menariknya kecil. Puting laki-laki memang memiliki jaringan saraf lebih besar, sehingga membuat respon sensorik mereka lebih sensitif.
Lucas mengangkat satu kaki Jungwoo dan meletakkannya diatas pundak guna mempermudah dirinya dalam menyodok.
“Luke ahh! A-aku ingin nghhh... Keluar anghhhh! Mhhh...”
“Bersama sayang...” Gerakan brutal Lucas yang mengenai titik manis Jungwoo membuat penis lelaki manis itu siap mengeluarkan cairannya.
Sedangkan penis Lucas juga sama menggembung nya. Beberapa sodokan terakhir, Jungwoo mengeluarkan pelepasannya bersamaan dengan Lucas yang keluar memenuhi lubang sempit Jungwoo hingga tak mampu menampungnya sehingga menetes hingga paha dalam.
Tubuh Lucas ambruk di sebelah kekasihnya. Dada mereka sama-sama naik turun guna mengatur napas masing-masing. Sungguh kegiatan tadi menjadi olahraga malam bagi pasangan mafia ini.
“Sayang...” Panggil Lucas lembut.
“Hum?...”
“Bisakah kau terjaga sebentar saja?”
“Ada apa?” Jungwoo yang hendak tertidur kembali membuka matanya dan melihat Lucas mencari sesuatu di laci sebelah ranjang nya.
“A-apa yang... Luke?” Jungwoo langsung membolakan matanya saat Lucas membuka sebuah kotak merah kecil dengan benda kecil yang terbuat dari berlian itu.
“Aku adalah milikmu, bukan? Maka dari itu, aku juga ingin membuat dirimu sentuhnya menjadi milik ku, Kin Jungwoo...” Iris Lucas menatap lekat pada mata jernih itu.
Jungwoo masih tidak percaya apa yamg dilihatnya. Ia tidak berekspektasi apapun tentang omongan Lycas beberapa saat lalu, tapi yang dilakukan lelaki Hongkong itu sangat membuat Jungwoo ingin menangis.
“Luke apa kau yakin? Aku ini laki-laki... Aku tidak bisa—”
“Aku tidak peduli. Bukannya itu sudah pilihan kita? Lagipula aku bukan menginginkan keturunan, aku hanya menginginkan dirimu. Aku sudah yakin seratus persen, bahkan lebih. Aku akan memakaikan benda ini pada jari mu, aku ingin menjadikanmu pasangan hidup sampai akhir hayatku. Jadi... Will you marry me, Kim Jungwoo?”
Ya memang tidak semua orang ingin memiliki keturunan. Lucas meyakinkan Jungwoo agar lelaki itu tidak ragu dengan keputusannya. Lucas benar-benar serius mengatakannya.
Kata-kata yang Lucas ucapkan barusan membuat Jungwoo tersentuh. Lelaki manis itu langsung memeluk Lucas, hingga air matanya membasahi pipi nya. Jungwoo tidak melihat satupun kebohongan dari sorot mata Lucas.
“Yes! Yes I will, Lucas!” Jungwoo tak bisa menyembunyikan senyum bahagianya. Tentu saja ia tidak akan menolaknya. Hanya saja terkadang ia ragu dengan Lucas, tetapi malam ini Lucas itu benar-benar mengatakan hal yang sudah lama Jungwoo bayangkan.
Bayangan Jungwoo saat itu, benar-benar terjadi. Hal itu tidak hanya menjadi bayangan semata, tetapi kata-kata itu terucap jelas dari mulut Lucas.
Lucas melepaskan pelukannya lalu memakaikan cincin itu tepat di jaris manis Jungwoo. Ditatapnya jari cantik Jungwoo yang sudah memakai barang pemberiannya lalu Lucas mencium punggung tangan kekasihnya.
“Terima kasih telah menerimaku...”
“Terima kasih juga sudah mengatakan hal manis itu. Apa kau sudah lama menyusunnya? Apa kau baru saja merangkainya?” Jungwoo tau bahwa Lucas bukanlah tipe orang yang sering membuat kata-kata menyentuh. Ucapan Lucas sehari-harinya hanya berisi flirt.
“Aku hanya mengucapkan apa yang aku rasakan, aku mengucapkan nya dari hati. Kau suka? Aku akan membuat lebih banyak.”
“Tidak, sepertinya karangan mu itu semakin lama akan semakin cheesy~ Aku sangat anti dengan itu—menggelikan.”
“Tapi aku menyukainya kan? Kau sampai menangis...”
“Yak! Kau hanya beruntung kata-kata itu lewat di otak mu. Tapi jika kau mengarangnya dan mengatakan gombalan setiap hari, itu sangat menjijikan.”
“Hahahaha... Baiklah-baklah kalau itu maumu... Tapi sebaiknya sekarang kita tidur, kau pasti sangat lelah.”
“Sangat, sangat lelah. Terima kasih sekali lagi, aku sangat mencintaimu~” Setelah mengatakan itu, Jungwoo menyembunyikan wajahnya di dada bidang Lucas.
Lucas terkekeh lalu mengecup puncak kepala Jungwoo. “Aku juga mencintaimu sayang...”
Setalah itu mereka memejamkan mata dengan posisi merengkuh satu sama lain, pergi ke alam mimpi.
Malam ini menjadi salah satu malam paling bahagia untuk Jungwoo. Mungkin posisi malam ini akan terganti dengan hari pernikahan nya.
Siapa yang tau?
Setidaknya dua anak adam ini menikmati waktu-waktu mereka dengan bahagia, dengan Lucas yang akan selalu menjaga Jungwoo walaupun lelaki manis itu adalah pengawal nya, Lucas akan selalu melindungi lelaki yang kini menjadi tunangannya setiap saat.
[ Fin . ]