Markhyuck in Miami Beach
Haechan melempar kecil hp nya ke space kasur sebelahnya, ia menatap langit-langit kamar hotel dengan bosan. Sudah pukul setengah sembilan malam dan rasanya sangat sulit untuk tertidur padahal besok NCT 127 masih ada jadwal.
Ya, mereka sekarang tengah menginap di salah satu hotel dekat pantai Miami. Haechan yakin semua member rata-rata sudah tertidur, mungkin hanya tinggal Johnny yang belum memejamkan matanya karena hyung nya yang satu itu selalu tidur larut malam.
Manager sudah memberi tahu agar mereka semua segera beristirahat untuk hari esok tapi maknae yang satu ini sudah mencari berbagai macam cara dari menonton video membosankan di YouTube, mendengar lagu mellow, sampai menghitung domba yang melompati pagar di kepalanya (kata orang tua di luar negeri bisa bikin cepet tidur).
“Mataku tolong kerja samanya, besok giliran dipake kerja malah redup!” Haechan benar-benar frustasi dibuatnya.
Melihat keluar jendela yang sebagian hanya ditutupi gorden tipis, Haechan menyingkapnya untuk ia dapat melihat keluar jendela. Beberapa orang masih berlalu-lalang, dan tentu kebiasaan orang-orang luar negeri mereka sering mengadakan pesta. Apalagi di waktu-waktu ini memang bukan saatnya untuk tidur namun bersenang-senang. Masih ada beberapa stand yang berdiri, hanya sekedar menjual makanan ringan maupun minuman di sekitar pantai.
Haechan melihatnya tertarik. Di luar sana masih ramai, sedangkan lampu kamarnya sudah dimatikan karena Taeil (hyung yang sekamar dengan Haechan) sudah tertidur.
Manager hyung juga pastinya sudah tertidur dan Haechan melihat kesempatan bahwa mungkin ia bisa diam-diam keluar tanpa sepengetahuan manager hyung.
Ia mengambil dompetnya yang berisi beberapa pecahan dollar—berjaga-jaga ia nantinya ia tergiur oleh makanan-makanan ringan di bawah sana.
Haechan turun perlahan dari ranjang, berusaha agar tidak membangunkan Taeil, lalu ia keluar dari kamar setelah memakai sandalnya.
Kret~
Di lorong kamar terdengar ada kamar lain yang terbuka. Menoleh ke asal suara, Haechan mendapatkan salah satu kamar terbuka yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.
“Mark?”
“Eoh, Haechan-ah? Kamu ngapain keluar? Mau cari manager hyung kah?”
“Engga, aku cuma... bosen?” Haechan takut bahwa Mark akan melaporkannya pada manager hyung jika ia mengatakan akan pergi keluar. Namun ketika melihat Mark menggendong gitar, ia memutuskan untuk mengatakan yang sebenarnya.
“Kamu... Mau jalan-jalan?”
Haechan membolakan matanya, “um... kita?”
“Iya, maksudnya kita....” Ujar Mark yang entah mengapa ia menjadi kikuk akhir-akhir ini setiap mengobrol berduaan dengan Haechan. Berbeda jika mereka bersama para hyung, namun jika hanya ada mereka berdua suasana seketika menjadi canggung!
Pada akhirnya duo maknae NCT 127 itu pergi bersama, dengan Haechan yang memakai sweater putihnya sedangkan Mark menggunakan topi dan membawa gitar miliknya.
“Uwaahhh~” Berbinar mata Haechan kala ia menginjakkan kaki di jalanan penuh stand makanan dan minuman. Para turis sedang lalu-lalang, bau makanan yang hangat langsung tercium di indra penciuman Haechan membuat pertahanan untuk tidak “makan apapun” nya goyah.
“Kenapa, kamu mau?” Tanya Mark di sela-sela perjalanan mereka.
“Udah malem sih, tapi pengen...”
“Yaudah mau apa, aku temenin.”
“Bingung~” Haechan melihat ke satu persatu stand yang ada disana sambil mengerucutkan bibirnya. Mark dibuat terkekeh diam-diam oleh kelakuan Haechan, tal jarang juga ada penjaga stand yang menawarkan dagangan kepada mereka.
“Mark, mau itu!” Haechan menunjuk ke salah satu stand yang menjual kentang goreng. Kentang goreng itu terlihat sangat lezat apalagi saat penjualnya mengeluarkan dari wajan dalam keadaan panas lalu ditaburi bumbu yang pasti menambah cita rasanya.
“Okay. Hello, can I get one please?” Mark berbicara dengan sang penjual menggunakan bahasa Inggris. Benar juga, jika Haechan jalan-jalan sendirian dan hendak membeli makanan mungkin ia akan kesulitan berbicara. Tapi untung saja ia bersama dengan Mark, untuk masalah komunikasi dengan orang asing tidak perlu khawatir.
“Nih, aku traktir.” Mark memberikan kentang goreng yang di sajikan dengan tusuk (yang ketang digoreng, dipotong-potong terus kayak ditusuk gitu jadinya panjang, ku lupa namanya apa༎ຶ‿༎ຶ).
“Eh, thanks Mark.”
Oh ya, Haechan lupa tadi ia belum bilang ingin rasa apa, namun ajaibnya Mark memesan apa yang ada di pikirannya. Tak terduga, namun Mark memang sering melakukannya seakan dia benar-benar tahu Haechan sedang ingin apa.
Wah... Ternyata ini alasannya mengapa para fans sering menyebut ia dan Mark sebagai soulmate...
Setiap memikirkan sijeuni yang mengatakan hal-hal tentang ia dan Mark, Haechan sering dibuat salah tingkah. Ia senang walaupun ia melihat ekspresi Mark seperti biasa saja dan merasa bahwa hanya ia disini yang senang saat para penggemar menyocokkan mereka.
“Mark mau?”
“Nanti aja.” Jawab Mark yang lagi sibuk liat ke pantai. Mereka masih belum masuk ke area pantai, mereka masih berdiri di jalan sekitar penjual-penjual stand.
“Nanti dinginkan cepetan! Kalo nggak aku abisin nih!” Mark menoleh dan mendapatkan Haechan dengan ekspresi kesalnya dengan kedua pipi mengembung sambil mengunyah.
“Buat kamu aja, nanti kamu nggak kenyang.”
“Nooo! Mark harus coba, ayok!” Haechan menyodorkan kentangnya yang disambut baik oleh Mark. Karena Haechan sudah berkata demikian, Mark tidak bisa menolak lagi.
Mereka kedua melanjutkan perjalanan dengan Haechan yang menghabiskan sisa kentang gorengnya. Tak butuh waktu lama, kentang goreng itu sudah lenyap. Mengikuti protokol kebersihan, tentu Haechan mencari tempat sampah untuk membuang tusuk kentangnya.
“MARK, SEBELAH SINI!” Mark sedang mendeskripsikan pantai Miami itu dalam hatinya, tapi itu sebelum Haechan meneriaki namanya dari ujung sana sambil melambaikan tangan. Entah sejak kapan anak itu sudah berada disana, Mark terlalu sibuk dengan merangkai kata-katanya.
Haechan kini berlarian di atas pasir pantai. Karena jarak mereka yang semakin jauh, Mark ikut mengejar takut jika ia kehilangan Haechan di tempat ramai ini.
“MARK SINI!” Haechan berada di bibir pantai, menunggu Mark yang tengah menuju padanya, agak kesulitan karena lelaki itu membawa gitar di punggungnya.
“Hahh... Kamu cepet banget!” Mark mencoba mengatur napasnya saat ia berhasil sampai ke Haechan.
Byur!
“Akh Haechan!”
“Hehehehe Mark wleee~” Haechan menjulurkan lidahnya sebelum ia kembali menyipratkan air laut pada Mark.
Pada akhirnya mereka bermain air, saling menyiprat satu sama lain sambil kejar-kejaran. Hampir saja Mark menjadi korban lagi, ia hampir di gendong oleh Haechan untuk di lempar ke air namun terhalangi karena gitar di punggungnya berhasil menyulitkan Haechan.
“Mark gak kena AHAHAHAHA~”
“Sini kamu Haechan! Awas yaaa!”
Setelah kejar-kejaran cukup lama, Haechan menyerah karena kelelahan, alhasil tubuhnya ditubruk oleh Mark hang berhasil menangkapnya.
“Yeeee ketangkep kan.”
“Ahahahaha Mark geli Mark hhh!”
“Lagian siapa juga yang mulai duluan?”
“Kamu!”
“Udah salah nggak mau ngaku, kamu!” Mark menggelitiki perut Haechan membuat yang lebih muda terkikik kegelian.
Merasa kakinya sudah dipenuhi pasir, Mark bangkit dan duduk di sebelah Haechan. Ia menyeka lengangnya yang terkena pasir, serta pasir yang masuk ke sela-sela kakinya.
Begitu pula dengan Haechan. Namun karena melihat kondisinya lebih parah, Mark membantu Haechan menyeka pasir di leher belakangnya serta bagian pipi.
“Hati-hati masuk mata.”
“Ini udah masuk baju.”
Mark terkekeh, ia melepaskan gitarnya dan meletakkannya di atas pangkuan. Sambil memandang laut di hadapannya, Mark sedang memikirkan lagu apa yang berhubungan dengan laut.
“Mark, nyanyi please?”
“Hm?”
“Itu nyanyi~” Haechan menunjuk gitar yang dipegang oleh Mark.
“Kamu mau lagu apa?”
“Mmm... Terserah Mark?”
Hati Mark berdegup saat Haechan memintanya untuk menyanyikan sebuah lagu. Jujur momen-momen seperti ini sudah sering terjadi namun entah kenapa kali ini ada yang berbeda.
Duduk berdua di atas pasir pantai, ditemani suara air laut yang tenang, Mark memikirkan satu lagu yang mungkin bisa mendeskripsikan apa yang sedang ia rasakan pada Haechan saat ini. Sangat sulit jika harus mengatakannya langsung, jadi mungkin saja bisa lewat lagu?
Mark mengangguk paham. Tak lama kemudian Mark mulai memetik senar gitarnya, suara dari benda tersebut mulai mengalun. Haechan pun merapatkan kakinya tanda, sangat excited ia siap mendengarkan nyanyian Mark.
“When your legs don't work like they used to before”
“And I can't sweep you off of your feet”
“Will your mouth still remember the taste of my love?” Mark menoleh pada Haechan sekilas.
“Will your eyes still smile from your cheeks?” Dan Haechan hanya membalasnya dengan senyuman kecil.
“And, darling, I will... Be loving you 'til we're 70”
Suara dari gitar Mark seakan menutupi seluruh kebisingan hiruk pikuk pantai Miami, dan dunia kini hanya berpusat kepada dua insan yang tengah larut dalam lagu.
“And, baby, my heart... Could still fall as hard at 23”
“And I'm thinking 'bout how...”
Baiklah sepertinya disini Mark menyadarkan sesuatu. Alasan mengapa ia akhir-akhir ini lebih canggung saat berduaan dengan sahabat seperjuangannya itu karena satu hal...
“People fall in love in mysterious ways”
“Maybe just the touch of a hand”
Mark mendongakkan kepalanya pada Haechan yang juga tengah menatapnya sambil bertumpu dengan lutut.
Haechan seperti...
Seperti Mark rasa ia sedang melihat dunianya?
“Well me, I fall in love with you every single day”
“And I just wanna tell you I am...”
Haechan mengangkat kepalanya. Ia melihat sesuatu yang lain di mata sahabatnya itu. Lirik serta perlakuan yang diberikan Mark seakan terhubung satu sama lain. Hatinya menghangat, malam yang terasa dingin ini tertutup oleh sang debaran hati yang tiba-tiba datang.
“So, honey, now... Take me into your loving arms...”
“Kiss me under the light of thousand stars...”
Haechan memegangi pipinya yang merah padam, di sisi lain Mark terkekeh melihat reaksinya.
“Place your head on my beating heart... I'm thinking out loud”
“Maybe we found love right where we are”
Haechan menggerakkan kepalanya saat hampir di penghujung lagu. Petikan gitar Mark yang mengiringi melengkapi setiap bait yang Mark nyanyikan. Dan Haechan di akhir juga ikut menyanyikan lirik yang sebelumnya kembali dinyanyikan untuk menutup lagu.
“Maybe we found love right where we are...”
Haechan menepuk tangannya kala lagu ditutup oleh gabungan suara mereka berdua yang terdengar serasih. Bahkan mereka tidak sadar beberapa orang yang lewat juga ikut terkagum saat mendengar lagu Ed Sheeran itu dinyanyikan oleh dua musisi asal Korea Selatan dan Kanada ini.
“Yashh daebak!”
“Hahahaha kamu bisa aja...”
“Tapi beneran, aku udah sering denger kamu nyanyi—bahkan kita sering collab tapi tadi keren banget.”
“Dimana kerennya?”
“Yaa... Kayak ada yang beda aja gitu...”
“Beda, hm?” Mark menatap Haechan bermaksud menggodanya.
“IH YA GITU DEH POKOKNYA, GATAUU!!” Haechan menutup mukanya dengan kedua tangan, terlalu malu untuk melihat Mark.
“Good deh kalo kamu suka.”
Mark menyenderkan gitarnya di sebelah dirinya, lalu ia selonjorkan kakinya yang mulai terasa pegal.
Haechan melirik Mark yang sedang menikmati angin sepoi-sepoi. Diam-diam Haechan mendekatkan duduknya pada Mark, sedikit demi sedikit hingga jarak mereka semakin mendekat.
Melihat itu Mark juga mengikutinya, melihat ke arah lain namun diam-diam mendekatkan duduknya ke Haechan sambil bersiul-siul kecil.
Kedua tangan mereka menjadi tumpuan, yang artinya posisinya kini berada di belakang badan.
Mark mengangkat jari-jarinya seakan sedang berjalan mendekati tangan Haechan di sebelahnya. Perlahan, jari-jari Mark naik ke punggung tangan Haechan dan mulai mengganggam nya dari sana.
Haechan yang terkejut langsung menoleh ke arah Mark, namun yang lebih tua ternyata juga sedang nyengir tanpa melihat Haechan.
“Mark!”
“Hm?”
Mata mereka akhirnya kembali bertemu. Namun kali ini Mark lebih menggoda membuat Haechan ikut terkekeh. “Jangan gitu ih liatnya!”
“Kenapa emangnya?”
“Bikin salting!”
“Salting apa salting???”
“Ih Mark!”
“AHAHAHAHA” Mark menarik Haechan ke pelukannya. Ia mencubit hidung Haechan gemas dan hampir saja menggigit pipi gembil itu.
“Udah ih, kamu suka banget bikin aku geli.”
“Kamu gemes sih.”
“Engga!”
“Ngoceh terus, mau aku cium?”
“Cium? Yaudah nih huuuummmmm~” Mark membolakan matanya saat Haechan memajukan bibirnya seakan benar-benar memintanya.
Mark menangkup pipi Haechan, dan benar-benar mendaratkan bibirnya di atas bibir ceri kenyal itu.
“Kok dilepas?!” Haechan tidak terima saat Mark mengangkat kepalanya lagi.
Karena kecupan saja tidak cukup, Mark menarik lengan Haechan yang membuat tubuh keduanya semakin menempelkan dan kembali menempelkan bibir mereka namun kali ini dengan sedikit pergerakan.
Keduanya saling menyesap dan memiringkan kepalanya kala menikmati bagian bibir atas dan bawah satu sama lain.
Rasanya menyenangkan! Perasaan gembira itu bergemuruh dalam dadanya, ribuan kupu-kupu menyerbu mereka berdua seakan pertanda bahwa degupan-degupan itu memang mutual. Perasaan yang mereka rasakan tidak perlu diungkapkan dengan kata-kata, tapu dengan hanya sentuhan-sentuhan seperti ini mereka bisa merasakan betapa terikatknya hati mereka berdua.
Awalnya Mark memang tidak percaya apa itu cinta. Iya sadar bahwa cinta dan rasa sayang itu memiliki perbedaan.
Ia mendapatkan rasa sayang dari para hyung serta keluarganya. Namun bersama Haechan, ia melihat bentuk dunianya lewat lelaki manis itu.
Bentuk cinta; Mark Lee = Lee Haechan.
.
.
.
.
.
Fin.
Sesekali liat orang pacaran gapap lah—yang galau jangan sedih terus, jangan lupa bahagia!
꒰⑅ᵕ༚ᵕ꒱˖♡
© NOVADELUE_2021 🍿