Hubby's Birthday
Shotaro yang kini marganya sudah berganti dengan Jung itu berjalan turun dari ranjang, berjalan ke arah pintu kamar dimana suaminya sudah menunggu.
Pintu dibuka, Sungchan masuk tanpa memberi salam apapun langsung memeluk Shotaro dan memojokkannya di dinding.
“Uchan gak jadi lembur?” Tanya Shotaro membuka obrolan.
“Kamu tuh udah tau aku orangnya kepo mampus, kalo digantungin gitu ya mana bisaaaa... Yang ada malah kepikiran jadi gak fokus kerjanya.”
“Ih kan Taro udah bilang besok aja. Besok kan bisa?”
“Noooooo... Cepet kasih tau aku ada apa, atau nanti taro aku hukum ya udah bikin aku ngebut di jalan.”
“UCHAN NGEBUT?! BAHAYA TAUK! AH UDAH LAH TARO NGAMBEK! (╯ರ ~ ರ)╯”
“Yah jangan gitu dong sayanggggg.... Maafin aku tadi buru-buru takut ada apa-apa yang penting dari kamu kan, makanya aku agak ngebut. Lain kali gak gitu lagi deh janji.” Sungchan memberikan peace sign dengan mata yang berbinar agar Shotaro tidak berakhir merajuk.
“Humph! Iya deh Taro kasih tau tapi Sungchan harus bersih-bersih dulu, cuci kaki, cuci muka, gosok gigi—HARUS WANGI POKOKNYA YA!” Ujar Shotaro sambil melepaskan dasi yang Sungchan kenakan, lalu mengecup singkat pipi Sungchan sebelum naik ke tempat tidur.
Setelah selesai melakukan semua yang disuruh suaminya itu, Sungchan udah rapih sama baju tidurnya—atasan kaos putih sama bawahan piyama yang serasih sama punya Shotaro.
“Kamu gak enak badan, sayang?” Sungchan ngeliat Shotaro rebahan selimutan sampe batas leher langsung mengecek suhu tubuhnya dengan menempelkan punggung tangan di dahi Shotaro.
“Engga kok, Taro ngantuk ajaaa...”
“Yaudah kalo ngantuk tidur dong jangan nonton terus. Aku matiin ya tv nya—”
“NOOOUUUUU...! GA BOLEH YA! Taro nonton biar gak ketiduran, emangnya Uchan gak penasaran sama yang mau Taro kasih?”
“Oh penasaran donggg... Mana?”
Shotaro melirik ke jam digital di nakas sebelah tempat tidur. Waktu masih menunjukkan pukul 11.51, belum sesuai dengan jam yang direncanakan. “Iya tapi tunggu dulu.”
“Sampe kepan?”
“10 menit, okee??”
Sungchan sebenarnya tidak punya ide sama sekali dengan apa yang ingin Shotaro tunjukkan itu. Dirinya sudah bela-bela meninggalkan pekerjaan yang segunung itu demi pulang ke rumah bertemu kesayangannya. Sebenarnya selain Shotaro, ia mendapatkan panggilan pulang dari Beomgyu juga. Adiknya itu menyuruh dirinya pulang karena “ada sesuatu yang harus ia ketahui”.
Selang beberapa menit, Shotaro kembali melirik jam dan diam-diam mengeluarkan sesuatu dari laci nakas sewaktu Sungchan sedang serius-seriusnya dengan film di TV.
“Jam nya Uchan masih di servis?”
“Iya, baru selesai minggu depan kayaknya.”
“Kenapa gak beli yang baru aja?”
“Jam yang itu dulu dibeliin daddy, udah lama banget versinya sekarang gak keluar lagi. Aku nemu sih di eBay waktu itu, tapi kan ini dari daddy beda lah, masih bisa di servis juga kan. Kenapa tiba-tiba nanya, hm?” Ucap sang suaminya sambil menyalipkan rambut Shotaro ke telinga.
“Aku waktu itu lagi jalan-jalan bareng Beomgyu, sore-sore di jalan belakang taman sekarang suka ada bazzar makanan gitu tauuu!”
“Oh ya? Kok aku baru tau sih?”
“Iyalah ka Uchan sering berangkat pas langit masih gelap terus pulang pas langit udah gelap lagi. Sibuk banget kayaknya.” Shotaro mempoutkan bibirnya tanda protes beserta perkataannya barusan. Ia sebenarnya tidak masalah dengan Sungchan yang sudah bekerja sekarang, toh ini buat mereka berdua juga. Tapi tetap saja Shotaro sering merasa kesepian, akhir-akhir ini Sungchan lebih sering lembur.
“Taro liat toko jam waktu itu. Beomgyu mau masuk jadi kita masuk berdua. Terus masa Taro liat jam bagus banget, kata mas-mas di tokonya itu edisi terbaru. Taro langsung keinget Uchan, tapi pas mau beli harganya mahal banget!”
“Oh terus terus???”
“Tapi kata Beomgyu beli aja, soalnya jam Uchan kumuh-kumuh semua katanya.”
Sungchan memutar bola matanya malas, ia memang tidak bisa damai dengan Beomgyu. Tetapi yang dibicarakan itu bukan fitnah melainkan fakta. Jam tangan yang Sungchan pakai kebanyakan memang edisi lama. Selain pemberian orang terdekat termasuk keluarganya, Sungchan menyukai model-model jamnya. Ia memiliki satu jam pintar namun hanya dipakai saat berolahraga pagi.
“Terus katanya Beomgyu jam Uchan semuanya emang mahal-mahal. Jam nya juga cocok kalo Uchan pake menurut Beomgyu.”
“Terus? Kamu beli?”
“Iya.”
“KOK? KAMU PAKE UANG KAMU?!”
“Iyaaaa gak papa kan?”
“Wah bener-bener si gyu—”
“Ih jangan salahin Beomgyuuu~” Tangan Shotaro langsung mengalung di leher suaminya, “Taro juga mau beliin buat Uchan kok!”
“Tapi kan itu uang kamu sayangg... Tabungan kamu kan? Jadinya kepake dehh... Harusnya nanti kita aja beli sama-sama, kamu bisa pilihin tapi aku yang bayar.”
“Udah dibeli Uchaannn... Gak bisa dibalikin lagi ih.” Shotaro menyodorkan kotak yang sadari tadi ia pegang, dengan berbalut pita merah itu.
“Ini...apa? Boleh dibuka kah?”
“Iyaaaaa itu buat Uchan...!”
Dibukanya kotak krem itu, bisa dilihat sebuah jam (yang merk nya gak bisa disebutin) terpampang mewah di depan mata Sungchan. Ia mengetahui model ini yang pasti harganya tiga kali lipat lebih mahal dari smartwatch nya. Jujur Sungchan memang menyukai detail jam itu, sangat elegan dan warnanya cocok dengannya.
“Hmmm uchan...suka gak...?” Dengan nada yang agak takut-takut Shotaro bertanya. Takutnya suaminya itu tidak menyukai pilihannya dan berakhir menjadi pajangan tidak terpakai.
“Taro serius ini...”
“Kenapa? Mh! Gak suka ya?”
“Noooo bukan itu sayang.... Ini bagus banget, bisa aku pake kemana-mana nanti, tapi ini pasti mahal kan?”
“Udah Taro bilang tadi, tapi gak papa asal Uchan suka!” Girang Shotaro menunjukkan gigi-gigi putihnya. “Jangan pikirin uangnya, bukannya Taro kalo mau apa-apa selalu minta sama Uchan? Jadi sekarang gantian ehehehe(≧▽≦)”
Sungchan meletakkan jam nya di nakas sebelahnya dan langsung mendekap Shotaro. Nanti saja coba jam-nya, ia ingin memeluk suami mungil menggemaskannya ini. Setiap saat, setiap jam, setiap menit, setiap detik, Shotaro berhasil membuat hatinya tidak karuan dengan wajah yang mirip berang-berang imut itu.
Sungchan mengecupi setiap inci dari wajah Shotaro, membuat sang empu terkikik kegelian.
“Kamu punya siapa sih gemes banget ih sebel pengen gigit!”
“Punya ayah Yuta.”
“Iya tapi ayah Yuta udah ngasih tanggung jawab sekarang ke aku, jadi kamu punya aku—CUMA AKU POKOKNYA!”
Chup!
Chup!
Chup!
Tolong hentikan raksasa yang ingin menggigit pipi Shotaro ini. Shotaro dalam bahaya Aaaaaa! Kedua pipinya sudah menjadi korban Jung Sungchan, baju piyama nya juga semakin lama semakin kusut. Kedua anak adam yang sudah menyandang status pasusu itu asyik bergumul dibalik selimut.
“Uchan tau hari ini hari apa?” Tiba-tiba pertanyaan itu Shotaro lontarkan di tengah-tengah pergumulan mereka.
Melihat jam, “senin?”.
Keduanya saling memandang, mata Sungchan dan Shotaro. Perlahan lelaki berdarah Jepang itu mendekatkan wajahnya hingga tidak ada lagi jarak antara mereka. Kedua belahan kenyak itu bertemu, menghasilkan lumatan-lumatan dengan cinta yang menyelimuti keduanya. Walaupun usia pernikahan mereka hampir genap 2 tahun, rasanya masih sama seperti saat mereka baru-baru menikah. Tiada hari tanpa kasih sayang di antara dua anak adam ini.
Lidah mereka mulai bermain, saling melilit satu sama lain, sudah terbiasa jika saliva mereka pada akhirnya akan menyatu. Seperti layaknya malam-malam yang lalu, suasana di kamar semakin lama semakin memanas. Masih dalam rasa pasangan baru, Sungchan dan Shotaro mendekap tubuh pasangan mereka dengan tambahan sentuhan-sentuhan kecil yang lebih seduktif.
Dirasa pasokan udara menipis, keduanya memutuskan kontak antara dua belan bibir itu. Benang saliva menjadi satu-satunya penghubung yang tersisa. Perasaan yang membara kembali hadir tiap kali keduanya menautkan bibir. Rasanya seperti mereka jatuh cinta untuk yang kesekian kalinya.
Jam digital menunjukkan pukul tengah malam lebih sepuluh menit. Perlahan yang lebih tua mendekatkan bibirnya ke telinga Sungchan, “Happy birthday my hubby...” Untuk yang kedua kalinya mereka menyatukan bibir. Namun kali ini tangan Sungchan mulai masuk ke dalam piyama milik Shotaro, mengelus permukaan yang rata di sana. Seakan ada listrik yang menyetrum nya, Shotaro akhirnya mengeluarkan erangan kecilnya. Kini lehernya menjadi korban dari cumbuan sang suami. Lidah Sungchan sesekali juga bermain di sana, menyapu leher jenjang kesayangannya yang membuat Shotaro semakin menjadi-jadi.
“Nghhh Uchan t-tunggu sebentar...”
“Ung kenapa?”
“Coba liat di kantong piyama Shotaro ada apa.” Dengan dagunya, Shotaro mengarahkan Sungchan ke kantong yang ada di bagian dada.
Dengan wajah yang bertanya-tanya Sungchan mengambil sesuatu yang ada di sana. Dari bawah sini Shotaro sedang menyaksikan reaksi apa yang akan Sungchan berikan kalan melihat benda tersebut.
“Sayang?”
“Um iya? Ayahnya baby kaget ya?”
Sungchan langsung menegakkan tubuhnya. Jantungnya seketika berdegup kencang melihat benda yang menunjukkan dua garis tersebut. Rasanya campur aduk. Antara kaget, senang dan ingin menangis. Akhirnya seluruh perasaan itu menyebabkan air mata yang membasahi wajah Sungchan.
“Uchaannn jangan nangis aduuuhhh.... Cup cup cup calon ayah masa nangis sihhh...”
Sungchan tidak bisa menyembunyikan air mata bahagianya itu. Sedangkan Shotaro sudah memeluk dirinya, memberikan comfort sebisa mungkin untuk menenangkan Sungchan.
“Makasih sayang...” Masih dalam isakan nya, Sungchan menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher Shotaro. Ia tidak percaya bahwa hari yang ditunggu-tunggu datang saat ini. Ia menyeka air matanya dan langsung memberikan banyak kecupan manis di pipi serta dahi Shotaro.
Mengetahui fakta bahwa mereka tidak berdua lagi. Kini ada seseorang di dalam perut Shotaro yang tentunya masih sangat kecil. Sungchan merebahkan tubuh Shotaro dengan perlahan seakan Shotaro adalah barang yang mudah rusak. Ia mengecup dahi, lalu turun, ke leher lalu ke perut ratanya. Disingkapnya sedikit baju piyama itu, dan menempelkan bibirnya tepat di atas perut Shotaro.
“Taro masih banyak yang lain dan hasilnya positif semua hehehehe... Taro juga gak percaya waktu pertama kali nyoba, jadi beli banyak. Dan hasilnya positif semua yeay!”
“Kamu itu salah satu berkat paling berharga yang pernah aku dapet. Aku janji, dalam hidup dan mati aku bakal jagain kalian. Bahkan kalaupun suatu saat nanti aku udah keriput dan gak bisa jalan, gak bakal aku biarin ada seorangpun yang ngerampas kalian dari hidup aku.”
“Hmmm... Uchan barusan ngarang itu ya?”
“Noooo... Aku cuma bilang apa yang ada di dalem hati aku sekarang.” Tangannya mengelus wajah kesayangannya itu, mereka berdua bertatapan penuh kebahagiaan. Sebagai calon orang tua yang sebentar lagi akan bertemu sang buah hati, kini keduanya sangat menantikan saat dimana orang yang akan menjadi tanggung jawab dan mereka jaga sampai mati hadir ke dunia.
“Aku gak tau harus bilang aku sayang kamu berapa kali dan gimana. Yang pasti semuanya gak bisa aku ungkapin pake kata-kata. Aku benar-benar speechless, pengen aku keluarin semuanya tapi aku terlanjur bahagia banget hari ini.”
“Taro juga sayang uchan hihi!(・◡・)”
Chu~
©NOVADELUE_2021🍿