38. Naik

Jeno side

Lagu di akhiri dengan Brian (YoungK) yang menyanyikan bait terakhir di lagunya. Setelah musik habis, semua penonton yang berada di bawah panggung memberikan tepuk tangan serentak.

Saat keadaan kembali tenang, sang leader alias Sungjin kembali pada posisi awalnya untuk menyapa orang-orang yang masih setia berdiri menonton.

“Oke selanjutnya, gue pengen ngundang orang nih! Siapa yang mau naik ke atas panggung, yang berani nanti kita nyanyi bareng-bareng. Terserah mau lagu apa aja. Ayo gak?”

Penonton saling melihat satu sama lain, ada pula yang menunjuk temannya agar naik ke atas panggung. Ada juga yang setengah angkat tangan karena masih terbebani dengan pikiran, “nggak ah nanti malu.”

Ada pula yang tangannya diangkat paksa oleh temannya agar Sungjin dapat melihat dan menunjuknya.

“Jangan saling nunjuk lah, satu yang berani angkat tangan sendiri, kemauan sendiri, itu yang gue pilih.” lanjut Sungjin.

Di barisan tengah Mark dan Jeno berdiri sambil menunggu ada penonton yang dipilih untuk maju ke atas panggung.

Dari sekian banyak orang belum ada yang dipilih untuk maju oleh Sungjin.

“Lu maju lah Jen.”

“Kagak ah males.”

“Kan lu bisa main gitar tuh, bisa nyanyi juga, gas lah bro!”

“Ga mood.”

Mark tidak sabaran, ia ingin segera menikmati penampilan DAY SIX selanjutnya. Dengan segala bujukannya, Mark meminta sahabatnya itu untuk naik ke atas panggung dan menyanyikan satu lagu.

Mark tahu betul bahwa Jeno juga memasukkan banyak lagu DAY SIX ke dalam playlist nya. Mark bisa saja, tapi ia lebih suka menggoda Jeno, lelaki sipit itu mudah kesal.

“C'mon Jen!” Mark mendekatkan dirinya ke telinga Jeno untuk membisikkan sesuatu.

”.....”

“Iya kan?”

”.....”

Karena perkataan Mark itu, hati Jeno sedikit meluluh. Pandangannya kembali mengarah ke atas panggung, masih ada kesempatannya untuk maju.

“Ck!” Perasaan yang sebenarnya bimbang, namun perlahan tangan Jeno diangkat ke atas agar Sungjin yang berdiri di atas panggung bisa melihatnya.

“Yang itu? Ayo sini maju!” Bukan Sungjin yang berbicara, melainkan Jae yang kebetulan melihat Jeno mengangkat tangannya sendiri.

“Boleh bro, ayo sini!” Sungjin pun setuju dan memberikan isyarat agar Jeno berjalan ke atas sana.

Suara tepukan tangan kembali menyelimuti kawasan panggung itu kala Jeno berjalan meninggalkan Mark menuju panggung. “Gas Jen!” Seru Mark yang mendapat tatapan tajam dari Jeno.

Mungkin karena paras Jeno yang bisa dibilang cukup tampan, beberapa siswi di sana pun saling berbisik kala semua pandangan sudah mengarah ke Jeno, mereka baru menyadari bahwa ada sesosok manusia yang tidak kalah tampan diantara mereka.

“Bro nama lu siapa?” Tanya Sungjin yang kini memegang mic sambil merangkul Jeno.

“Jeno.”

“Oke Jeno, lo tadi angkat tangan berarti lo nerima tantangan gue untuk nyanyi di atas panggung. Kalo boleh tau nih bro, lu mau nyanyi lagu apa sih?” Sungjin mengarahkan mic nya pada Jeno.

Jeno melihat ke arah temannya yang hanya memberikan dua jari jempol sebagai tanda penyemangat. Sedangkan Jeno menatap Mark dengan pandangan yang seakan berkata, “sialan Mark.”

Ia tampak sedang berpikir. Menyusun beberapa list lagu di kepalanya lalu memilih salah satu yang cocok untuk dinyanyikan saat ini.

Satu lagu tebersit di kepalanya.

“Gue mau... I like you.

Samar-samar para penonton menyerukan “ciee” pada Jeno yang kemudian berubah menjadi seluruh penonton.

“Hahaha oke.... Kalo boleh tau lo bisa main gitar gak nih bro?”

Jeno mengangguk, Sungjin langsung antusias. “Sip, lo mau pake gitar gue nih?” Sungjin melepas gitarnya dan meminjamkannya pada Jeno.

Gitar Sungjin kini di tangan Jeno, dan sang leader DAY SIX mempersilahkan Jeno untuk berdiri di depan tempat berdiri mic.

Jujur Jeno agak gugup karena penonton semakin berdatangan, lebih banyak dari sebelumnya—antara banyak yang tertarik dengan lagu DAY SIX atau melihat ada murid tampan dari Sekolah lain tengah bersiap menyanyikan sebuah lagu.

Iringan lagu yang akan dinyanyikan Jeno hanya akan bersumber dari gitar yang Jeno pegang. Seluruh member DAY SIX akan beristirahat sejenak dan menikmati penampilan dari salah satu penonton pemberani ini.

Memejamkan matanya, dengan satu tarikan nafas Jeno mulai memainkan senar gitar milik Sungjin. Rasa gugup Jeno tak bisa berbohong, kakinya hampir bergetar hebat namun Jeno tetap berusaha tenang.

Para penonton mulai menikmati iringan lagu. Jeno benar-benar pandai memainkan alat musik yang disebut gitar itu. Mereka pun tambah antusias, penasaran bagaimana Jeno menyanyikan lagu pilihannya.

♪ Salda bomyeon mamdaero doeneun nari Hari-hari yang berjalan sesuai keinginanku

♪ Geuri manhjineun anhassjyo Tidaklah banyak

♪ Sasil an geureon nari manhassjyo Sebenarnya banyak yang tidak berjalan sesuai yang kumau

♪ Oneuldo geureon nari doeeobeorilkka Rasanya hari ini mungkin jadi salah satunya

♪ Gomini manhi doegineun haneyo Ini membuatku khawatir


Jaemin side

Jaemin masih sibuk dengan tugasnya sebagai panitia acara sekolahnya. Tentunya tidak hanya Jaemin, semua yang termasuk anggota tengah menjalankan tugasnya.

Lagi-lagi Jaemin tengah berdiri di luar pagar sekolah namun kali ini Yangyang menemaninya.

Mereka memesan minuman untuk para anggota OSIS yang berkerja hari ini. Tepat saat itu juga sang driver datang, menanyakan nama sang pemesan untuk memastikan.

“Terima kasih pak.”

Jaemin dan Yangyang masing-masing membawa dua plastik yang berisi minumanice. Lalu mereka kembali ke dalam sekolah untuk membagikan kepada anggota yang mungkin tengah beristirahat. Mereka semua akan mendapat satu setiap orang.

Jaemin yang memang sedari tadi sibuk pergi sana-sini hanya dapat mendengar perfomance band Day Six tanpa menonton. Hanya sesekali dan itu juga kalau Jaemin kebetulan melewati panggung.

Namun perhatian Jaemin teralihkan ketika mendengar ada suara yang asing—bukan suara personil band Day Six.

Saat itu Jaemin dan Yangyang tentunya melewati panggung untuk menuju ruangan para anggota. Dan saat itu juga Jaemin melihat seseorang yang tak asing tengah bernyanyi sambil memainkan gitar di atas panggung.

♪ Johahapnida Menyukaimu

*♪ Chameuryeo haebwassjiman *Aku berusaha untuk menahannya

♪ Deoneun andoegesseoyo Tapi aku tak boleh melakukannya lagi

Oh, Jaemin mengingatnya. Itu adalah lelaki yang ia lihat di Gor. Si pentolan yang sudah membawa pulang mendali emas dua tahun berturut-turut.

Kalau tidak salah namanya Je...

Je...

Je...................—sesuatu.

Apa lah itu Jaemin tidak mengingat namanya.

Jaemin tak berekspektasi bahwa lelaki itu bisa bernyanyi, bahkan sambil memainkan gitar! Well pantas saja orang itu memiliki banyak penggemar, mungkin salah satunya karena memiliki banyak kelebihan yang bisa membuat gadis manapun terpikat.

Menurut Jaemin itu keren. Ia akui suara laki-laki itu cukup rendah namun tetap dapat diterima kuping dengan baik. Bahkan Jaemin kini masih berdiri di tempatnya, memperhatikan penampilan yang tengah berlangsung di atas panggung.

♪ Nan geudael ireohge saenggakhaewassjiman

♪ Manyak geudaeneun aniramyeon

♪ Geujeo mianhaeran hanmadiman haejumyeon dwaeyo

♪ I'll be fine~

Tak sengaja pandangan Jaemin bertemu dengan Jeno yang sedang melihat satu persatu orang yang menonton. Hanya sekilas, namun Jaemin sedikit tercekat.

Walau hanya sekilas, namun dipandang oleh seseorang yang tampan rasanya... Woah~

DAEBAK!

Jaemin merasa spesial—AH TIDAK. Ia terlalu banyak membaca novel romansa, hal-hal yang seperti itu tidak akan mungkin terjadi di kehidupannya.

Sadar itu Jaemin!

Sebelum Jaemin larut dalam wajah tersipunya, ia disadarkan oleh Yangyang yang ternyata masih menunggu.

“Jaem, ayo! Nungguin apa??”

“Enggak kok tadi lagi liat panggung aja, yuk.”

Keduanya pun pergi. Dengan perasaan yang lega karena pekerjaan mereka sudah banyak yang selesai dan kini waktunya istirahat. Ditambah di tangan mereka saat ini sudah ada minuman dingin yang siap menghilangkan dahaga di siang yang terik ini.


© novadelue_2021 🍿